“Penyampaian  dakwah  dengan  cara  mendorong  audience peserta pengajian untuk menyatakan sesuatu masalah yang
dirasa  belum  dimengerti  agar  lebih  aktif  dan  bersungguh- sungguh  memperhatikan  materi  yang  diberikan.  Sehingga
dengan  metode  ini  pendengar  akan  langsung  memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya.”
17
Metode  dengan  pengertian  di  atas  ini  digunakan  dengan membuka  forum  tanya  jawab  yang  berkaitan  dengan  materi  yang
sedang  dibahas.  Forum  tersebut  diadakan  setelah  pembimbing menyampaikan  dan  menjelaskan  kepada  penerima  manfaat,  kemudian
mereka diperbolehkan bertanya jika memang ada hal yang belum jelas dan ada sesuatu yang mengganjal yang berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas pada pengajian saat itu. c.
Metode Membaca dan Menghafal Al-Qur’an Pada metode ini, pembimbing hanya mendengarkan bacaan al-
Qur`an  terbimbing  kemudian  membetulkan  bacaan  dan  menerapkan tajwidnya  itupun  jika  ada  yang  salah.  Hal  ini  dilakukan  untuk
memperlancar  dalam  membaca  al-Qur`an  dan  Iqra.  Selain  metode membaca, pembimbing juga menerapkan metode menghafal al-Qur`an
dari Surat an-Naas sampai Surat adh-dhuha.
18
4. Media Bimbingan Rohani Islam.
Media merupakan
suatu wadah
atau sarana
dalam menyampaikan suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media
didefinisiskan  sebagai  “segala  bentuk  dan  saluran  yang  dapat
17
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, cet. Ke-1, h. 124.
18
Wawancara  pribadi  dengan  Bapak  Sudirman  pada  tanggal  10-04-2013,  pukul  10.43 WIB, di Ruang konsultasi PSMP Handayani.
digunakan  dalam  suatu  proses  penyajian  informasi.”
19
Bertolak  dari definisi  ini,  maka  untuk  mencapai  hasil  yang  diinginkan  dalam
memberikan  bimbingan  rohani  Islam  selain  dari  segi  subyek,  materi, dan  metode  juga  diperlukan  adanya  media  sebagai  sarana  dalam
pelaksanaan bimbingan rohani Islam. Adapun secara garis besar media bimbingan rohani islam yang
digunakan  di  PSMP  Handayani  dapat  dikelompokkan  menjadi  dua, yaitu:
a. Media Lisan
Media  ini  digunakan  sebagai  sarana  pendekatan  secara langsung  dalam  upaya  membimbing  dan  membina  para  penerima
manfaat.  Adapun  media  ini  biasa  diterapkan  oleh  pembimbing  rohani di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dengan menggunakan model
sebagai berikut: 1
Perorangan Program  bimbingan  model  ini  sangat  memperhatikan
kepentingan,  kemampuan,  minat,  kecepatan  belajar  dari  masing- masing penerima manfaat sebagai terbimbing. Mengingat penerima
manfaat  di  panti  ini  sangat  heterogen,  maka  teknik  ini  sangat efektif membantu pembimbing rohani untuk bertatap muka dengan
penerima  manfaat,  sehingga  dapat  menyampaikan  materi bimbingan  tanpa  adanya  batasan  ruang  dan  waktu,  sehingga
19
Latuheru,  Media  Pembelajaran  Dalam  Proses  Belajar  Mengajar  Masa  Kini  Jakarta: Depdikbud, 1988, h. 11.
pembimbing  rohani  dapat  dengan  mudah  mengetahui  kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh mereka.
20
Model  semacam  ini  lebih  sering  dipakai  oleh  pembimbing rohani  di  PSMP  Handayani    untuk  pembelajaran  Iqra`.  Dalam
pelaksanaannya,  pembimbing  rohani  terlebih  dahulu  menguji bacaan  Al-Qur`an  penerima  manfaat,  karena  tiap-tiap  penerima
manfaat  memiliki  penguasaaan  yang  berbeda  –  beda  dalam membaca  Al-Qur`an.  Cara  seperti  ini  sangat  penting  karena  akan
menentukan dan mempermudah pemberian materi bimbingan yang akan dipelajari.
21
2 Klasikal
Pada  dasarnya  dengan  bentuk  klasikal  ini  pembimbing rohani  dapat  menyampaikan  bimbingan  suatu  kelompok  dengan
jumlah  penerima  manfaat  yang  tak  terbatas.  Materi  bimbingan yang diberikan di PSMP Handayani dengan model ini menekankan
dasar-dasar  pemahaman  agama  seperti  tauhid,  akhlak  dan  fikih serta materi umum seperti kultum dan peringatan hari besar Islam.
Dari  hasil  pengamatan  penulis  dan  wawancara  dengan pembimbing  rohani,  model  klasikal  yang  digunakan  di  PSMP
Handayani menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan teknik  probing-prompting  agar  partisipasi  dan  aktivitas  penerima
20
Wawancara  pribadi  dengan  Bapak  Jubaidi  Hambali  pada  tanggal  26-04-2013,  pukul 09.30 WIB di ruang bengkel las PSMP Handayani.
21
Wawancara  pribadi  dengan  Bapak  Sudirman  pada  tanggal  09-04-2013,  pukul  10.30 WIB, di ruang konsultasi PSMP Handayani.
manfaat  tinggi.  Pada  umumnya  penerima  manfaat  akan  belajar berpikir-bekerja  secara  individu,  sehingga  mereka  dapat  melatih
diri dalam memupuk rasa percaya diri.
22
3 Media Tulisan
Media  tulisan  merupakan  “suatu  media  yang  penyampaian pesan  dakwahnya  dalam  bentuk  tulisan.  Termasuk  didalamnya
koran, majalah, buku, pamflet, brosur dan novel.”
23
Selain media lisan sebagaimana definisi yang disebutkan di atas, media tulisan pun menjadi salah satu yang penting digunakan
oleh  para  pembimbing  rohani  di  Panti  Sosial  Marsudi  Putra Handayani  ini  agar  penerima  manfaat  memahami  materi-materi
yang disampaikan oleh pembimbing melalui media tulisan ini.
24
Uraian  di  atas  menggambarkan  secara  jelas  pelaksanaan bimbingan  rohani  Islam  di  Panti  Sosial  Marsudi  Putra  Handayani
Bambu  Apus.  Selanjutnya,  diuraikan  mengenai  analisa  peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di
kalangan  remaja  Panti  Sosial  Marsudi  Putra  Handayani  Bambu Apus sebagaimana berikut.
22
Wawancara  pribadi  dengan  Bapak  Jubaidi  Hambali  pada  tangaal  26-04-2013,  pukul 09.30 WIB di ruang bengkel Las PSMP Handayani.
23
Ardani,  Memahami  Permasalahan  Fiqih  Dakwah  Jakarta:  PT.  Mitra  Cahaya  Utama, 2006, h. 38.
24
Wawancara pribadi dengan Bapak Jubaidi pada tanggal 12-04-2013, pukul 09.15 WIB, di Ruang konsultasi PSMP Handayani.
C. Peran  Bimbingan  Rohani  Islam  dalam  mengatasi  Perilaku
Menyimpang  di  Kalangan  Remaja  pada  Panti  Sosial  Marsudi  Putra Handayani Bambu Apus.
Dengan mengacu pada hasil penelitian dari 7 informan yang terdiri dari 2 pembimbing rohani Islam dan 5 penerima manfaat, ternyata terdapat
berbagai  macam  permasalahan  yang  dihadapi  oleh  penerima  manfaat, khususnya  keterlibatan    dalam  penyalahgunaan  narkoba.  Umumnya,  para
penyalahguna  narkoba  berasal  dari  kalangan  muda,  yaitu  remaja. Walaupun  tidak  semua  remaja  melakukan  penyalahgunaan  obat-obatan
terlarang, namun ada kecenderungan jumlahnya semakin banyak. Penyalahgunaan  obat  substance  abuse  dapat  membahayakan  diri
penyalahguna maupun orang lain. Bahaya pada diri penyalahguna maupun orang lain. Bahaya pada diri penyalahguna adalah terjadi  ketergantungan
pada  obat-obatan  substance  dependence  atau  addiction,  baik  bersifat fisiologis, psikologis, maupun spritual. Apabila tidak dapat dihentikan atau
ditanggulangi dengan baik, maka ketergantungan akan berlangsung sampai masa  tua.  Sementara  itu  bahaya  yang  ditimbulkan  penyalahgunaan
narkoba  pada  orang  lain,  misalnya,  adalah  menimbulkan  pertengkaran, percekcokan,  dan  dapat  mengganggu  keharmonisan  keluarga.  Pengguna
menjadi  tidak  bersahabat  dengan  sesama  anggota  keluarga  lain, mengucilkan  diri,  dan  menggunakan  berbagai  macam  cara  untuk
mendapatkan  obat-obatan  tersebut  termasuk  melakukan  tindakan
pemerasan,  pencurian,  atau  menjual  barang-barang  apa  saja  demi memperoleh obat itu.
25
Walaupun  mengetahui  akibat  buruk  yang  ditimbulkan  dari penyalahgunaan  narkoba,  namun  sering  kali  seorang  individu  tak  mampu
menolak  ajakan,  bujukan,  atau  menghindari  pengaruh  dari  lingkungan sosial  yang  cenderung  menjerumuskannya.  “Untuk  itu,  usaha  untuk
menanggulanginya  sangat  penting  preventif-promotif.  Beberapa  upaya yang  dapat  dilakukan  di  antaranya  adalah  dengan  membangun  kehidupan
rohani dan program pelatihan keterampilan psikososial.”
26
Dalam  kaitannya  dengan  remaja  yang  telah  terlibat  dalam penyalahgunaan  narkoba,  “proses  penyembuhannya  harus  melalui
beberapa  tahap,  di  antaranya  dengan  pengobatan  adiksi,  pengobatan infeksi,  dan  rehabilitasi.  Mereka  ditangani  secara  multi-disipliner
profesional,  baik  dari  dokterpsikiater,  psikolog,  maupun  pemuka agama.”
27
Program-program dalam
rehabilitasi ini
bertujuan memberdayakan  mantan  pecandu  untuk  memiliki  modal  pengertian  dan
pemahaman  diri  sehingga  dapat  merasa  siap  mental-rohaniah  untuk menyesuaikan  diri  dalam  lingkungan  sosial.  Dengan  demikian,  mereka
tidak  terpengaruh  lagi  untuk  menggunakan  obat  atau  alkohol.  Pada  tahap
25
Agoes  Dariyo,  “Memahami  dan  mengatasi  Penyalahgunaan  Narkoba  pada  Remaja” dalam  Singgih  D.  Gunarsa,  Bunga  Rampai  Psikologi  Perkembangan;  dari  Anak  sampai  Usia
Lanjut Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, h. 195-196.
26
Agoes  Dariyo,  “Memahami  dan  mengatasi  Penyalahgunaan  Narkoba  pada  Remaja” dalam  Singgih  D.  Gunarsa,  Bunga  Rampai  Psikologi  Perkembangan;  dari  Anak  sampai  Usia
Lanjut Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, h. 222-224.
27
Agoes  Dariyo,  “Memahami  dan  mengatasi  Penyalahgunaan  Narkoba  pada  Remaja” dalam  Singgih  D.  Gunarsa,  Bunga  Rampai  Psikologi  Perkembangan;  dari  Anak  sampai  Usia
Lanjut Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, h. 221-223.
inilah  PSMP  Handayani  memainkan  perannya  dalam  menyediakan program-program  rehabilitasi  yang  tersusun  secara  sistematis  khususnya
dalam bimbingan rohani Islam sebagaimana fokus penelitian ini. Peran  bimbingan  rohani  Islam  sebagai  bagian  dari  program
rehabilitasi  yang  telah  disebutkan  atas  dapat  ditelusuri  dari  hasil wawancara penulis dengan 3 informan sebagai berikut:
Usman  Ari  merasakan  betul  bahwa  program  bimbingan  rohani Islam  yang  diikutinya  di  PSMP  Handayani  seperti  materi  bimbingan  al-
Qu`an dan pengetahuan  tentang  agama  Islam memberikan pengaruh  yang besar  terhadap  dirinya.  “Setiap  kali  mengikuti  kegiatan  tersebut  jiwanya
merasa tenteram. Ketenangan dirasakannya manakala ia tersentuh dengan nasehat-nasehat agama yang disampaikan pembimbing rohani.”
28
Untuk menanggulangi tindak kekerasan dan perilaku amoral, maka bimbingan  rohani  Islam  harus  lebih  dikembangkan  dengan  arif  dan
bijaksana  dalam  arti  dapat  menyentuh  hati  sanubari  remaja.  Namun demikian karena remaja sosok manusia yang sangat sensitif, maka dakwah
tidak  bersifat  menggurui.  Itulah  yang  diharapkan  masyarakat,  khususnya remaja di PSMP Handayani sebagaimana yang diutarakan Usman Ari.
29
Ketenangan  batin  sebagai  buah  dari  bimbingan  rohani  Islam  juga dirasakan  oleh  Gilang  Maulana.  Bimbingan  rohani  Islam  yang  diikutinya
sudah  menjadi  kebutuhan  jiwa  bagi  perjalanan  hidupnya.  Ada  perubahan
28
Wawancara pribadi dengan  Usman  Ari pada tanggal 19-03-2013, pukul 19.56 - 20.20 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
29
Wawancara pribadi dengan  Usman  Ari pada tanggal 19-03-2013, pukul 19.56 - 20.20 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
positif  yang  dirasakannya  setelah  mengikuti  bimbingan  rohani  Islam. Menurutnya  setelah  mengikuti  bimbingan  rohani  Islam  dia  menjadi  lebih
rajin  melaksanakan  shalat  fardhu  sebagai  sarana  komunikasi  dengan penciptanya.  Bahkan  ditegaskannya  pula  bahwa  ada  perasaan  risih  jika
tidak menunaikan shalat.
30
Pengalaman  rohani  yang  dialami  Gilang  Maulana  di  atas menandakan  bahwa  bimbingan  rohani  Islam  memberikan  pengaruh  yang
positif pada pemenuhan sisi spiritual manusia. Sebagaimana telah dibahas pada  bab  sebelumnya  bahwa  manusia  terdiri  dari  ruh  dan  jasad.  Apabila
kebutuhan  salah  satunya  tidak  terpenuhi,  maka  ketidakseimbanganlah yang  akan  terjadi.  Keseimbangan  antara  jasmani  dan  rohani  inilah  yang
sebetulnya hendak dicapai oleh bimbingan rohani Islam. Hal  tersebut  dikuatkan  pula  bahwa  apa  yang  dialami  oleh  Gilang
Maulana  sebagai  buah  dari  bimbingan  rohani  Islam  bukan  hanya  tampak dari  sisi  dzahir  seperti  dia  rajin  mengerjakan  shalat,  lebih  jauh  dari  itu
buah  dari  bimbingan  rohani  Islam  yang  efektif  telah  menancapkan pengaruh  hingga  ke  alam  bawah  sadarnya  sehingga  ibadah  shalat  sudah
menjadi  kebutuhan  jasmani  dan  rohaninya.  Inilah  sebetulnya  yang diharapkan  dari  bimbingan  rohani  Islam.  Umat  manusia  jangan  hanya
terjebak pada tindakan ritual semata yang kering akan penghayatan agama. Akan  tetapi  nilai-nilai  ibadah  mestilah  didasari  pada  ketundukan  dan
30
Wawancara  pribadi  dengan  Gilang  Maulana  pada  tanggal  21-03-2013,  pukul  20.10  - 20.30 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
kepasrahan  sebagaimana  makna  dasar  dari  Islam  yang  tampak  pada kesadaran total manusia akan perannya sebagai khalifah di muka bumi.
31
Selain sisi spiritual manusia, bimbingan rohani Islam juga berperan menyentuh  sisi  kemanusiaannya  yang  khas.  Bagaimana  manusia
dipandang  sebagai  individu  yang  utuh  dan  bagian  dari  sistem  sosial merupakan  kenyataan  yang  perlu  diperhatikan.  Hasil  wawancara  penulis
dengan  Gilang  Maulana  adalah  salah  satu  bukti  bahwa  bimbingan  rohani Islam  membuat  jiwa  manusia  tersentuh  dan  dihargai  keberadaannya.
Karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa terjerumusnya remaja ke dunia  narkoba  salah  satunya  adalah  disebabkan  karena  kurangnya
perhatian  lingkungan  keluarga  di  mana  tidak  ada  kasih  sayang, komunikasi,  keterbukaan,  perhatian,  dan  saling  menghargai  di  antara
anggotanya. Bila  kita  perhatikan,  pertumbuhan  seorang  remaja  sangat
ditentukan  oleh  bagaimana  cara  keluarga  membina  anak  remaja  itu. Seorang  yang  bertumbuh  dan  berkembang  dalam  lingkungan  keluarga
yang  penuh  cinta  kasih  dan  perhatian  maka  kecenderungan  anak  itu, mencintai dan mengasihi sesamanya. Sebaliknya remaja yang hidup dalam
keluarga  yang  penuh  dengan  dendam,  kebencian,  kekerasan  dan  masa bodoh, maka remaja itu akan menjadi anak yang cenderung asosial, amoral
dan  merugikan  orang  lain.  Karena  itulah  bimbingan  rohani  Islam  yang
31
Wawancara  pribadi  dengan  Gilang  Maulana  pada  tanggal  21-03-2013,  pukul  20.10  - 20.30 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
dilaksanakan  di  PSMP  Handayani  sedapat  mungkin  untuk  terus mengedepankan suasana harmonis dan penuh keterbukaan.
Selanjutnya,  apabila  kita  menganalisa  lebih  lanjut  mengenai bimbingan rohani Islam di PSMP Handayani maka akan ditemukan bahwa
bimbingan rohani Islam dapat berperan sebagai proses individuasi. Hal ini dilandasi bahwa setiap penerima manfaat bersifat unik berbeda satu sama
lainnya,  dan  melalui  bimbingan  rohani  Islam  dibantu  untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Pernyataan tersebut
berdasarkan  fakta  bahwa  bimbingan  rohani  Islam  di  PSMP  Handayani difokuskan  atas  kenyataan  bahwa  yang  akan  merasakan  manfaat  dari
bimbingan  rohani  Islam  adalah  diri  klien  itu  sendiri.  Hal  itu  pula  yang diakui  oleh  Dwi  Akbar  pada  saat  wawancara  dengan  penulis.
32
Peran  ini juga  berarti  bahwa  yang  menjadi  fokus  sasaran  bantuan  adalah  pribadi
penerima  manfaat,  meskipun  pelayanan  bimbingannya  terkadang menggunakan teknik kelompok.
Bantuan tersebut sangat berperan penting dalam meluruskan sudut pandang  dan  jalan  hidup  mereka.  Hal  ini  disebabkan  karena  mereka
mengalami  kesulitan  akibat  pengaruh  dari  perilaku  menyimpangnya  di masa  lalu  mereka.  Hasil  wawancara  penulis  dengan  Dwi  Akbar
menyiratkan  bahwa  mereka  sangat  memerlukan  bimbingan  untuk mengarahkan  kembali  pada  jalan  yang  benar  sehingga  iman  dan  takwa
32
Wawancara pribadi dengan Dwi Akbar pada tanggal 18-03-2013, pukul 19.51 - 20.15 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.