Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

stabil. Mereka cenderung kurang dapat menguasai diri dan tidak lagi memperhatikan keadaan sekitarnya. Tentu kondisi perilaku dan kepribadian remaja yang demikian sangat jauh dari yang diharapkan. Apalagi jika terjadi perilaku yang cenderung menyimpang dari nilai-nilai ajaran agama, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya. Contohnya adalah remaja usia sekolah yang terjerumus pada pergaulan bebas atau bahkan seks bebas, pemakai dan pengedar narkoba, terlibat dalam kasus-kasus kriminal, seperti pencurian, perampokan dan pemerkosaan. Hal ini menunjukkan betapa kondisi anak-anak remaja usia sekolah pada saat ini berada dalam masalah besar sebagai akibat dari perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang di kalangan remaja merupakan salah satu problema lama yang senantiasa muncul ditengah-tengah masyarakat. “Masalah tersebut hidup, berkembang, dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa yang sulit untuk dicari ujung pangkalnya, sebab kenyataan perilaku menyimpang telah merusak nilai-nilai susila, agama, dan hukum.” 5 Sebagai contohnya adalah penyalahgunaan narkotika. “Tidak sedikit negara-negara di dunia, baik di negara-negara maju maupun berkembang, masalah narkotika ini merupakan problem sosial yang masing-masing negara tengah mencari upaya untuk menanggulangi dan begitu juga dengan Indonesia.” 6 Narkoba merupakan racun yang tidak hanya merusak manusia secara fisik, tetapi juga merusak jiwa dan masa depannya. Bahaya narkoba nyata terlihat pada pemakainya bahwa “secara fisik semakin lama semakin ambruk, sedangkan 5 M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001, h. 155. 6 M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001, h. 155. mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan pemenuhan narkoba yang semakin tinggi. Jika dia tidak menemukan narkoba maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan.” 7 Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh masalah narkotika sebagaimana disebutkan di atas bukan lagi merupakan masalah sosial. Fakta-fakta menunjukkan bahwa narkotika sudah merupakan masalah nasional dan nilainya pun sejalan dengan subversif dan hampir 25 korban penyalahgunaan narkotika di Indonesia adalah remaja sebagaimana yang diungkapkan oleh Gun Gun Siswandi berikut ini. “Menurut data Badan Narkotika Nasional Pada tahun 2012 pengguna narkoba di Indonesia ada sekitar 4.000 orang atau sekitar 2,8 dari jumlah keseluruhan penduduk nasional, dimana 70 atau sekitar 2.800 orang merupakan pecandu dari kalangan pekerja, mulai dari karyawan perusahaan swasta, pegawai negeri PNS dan pegawai BUMN. Sementara sekitar 25 atau sekitar 1.000 orang merupakan pecandu narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiwa se Indonesia. Baru 5 atau sekitar 200 orang merupakan penyalahguna narkoba dari kalangan ibu rumah tangga dan lainnya.” 8 Terlepas dari data tersebut, maksud dari perilaku menyimpang dengan bentuk penyalahgunaan narkoba, baik dipandang buruk atau perbuatan dosa maupun sebagai manifestasi dari rasa tidak puas dan kegelisahan ialah perbuatan- perbuatan yang mengganggu ketenangan dan kepentingan orang lain, dan diri sendiri. Efek dari perilaku menyimpang inilah yang akan berdampak besar bagi kehidupan bangsa kita. Karena budaya mencerminkan bangsa dan yang seperti kita ketahui bahwa remaja adalah penerus generasi bangsa yang sangat di 7 Abu Al-Ghifari, Generasi Narkoba Bandung, PT. Mujahid, 2003, cet. ke-3, h. 10. 8 Laporan Gun Gun Siswandi Direktur Diseminasi BNN RI pada seminar terbuka di Universitas Riau UR di Pekanbaru bertema Mahasiswa dan Bahaya Narkotika, Senin,362013. http:www.republika.co.idberitanasionaldaerah130603mntpkf-bnn-seribu-pelajar-indonesia- pengguna-narkoba. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014. Lihat juga http:www.republika.co.idberitanasionalumum140325n2zx7v-bnn-dki-gencar-bentuk-kader- antinarkoba. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014. harapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa ini agar lebih maju dan sejahtera. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan keagamaan khususnya terhadap remaja yang berperilaku menyimpang, salah satu diantaranya adalah bimbingan rohani Islam, karena bertujuan untuk menuntun agar mereka mengenal dan mengetahui ilmu agama lebih dalam di kehidupan sehari-hari. Bimbingan dapat diartikan sebagai “proses bantuan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan sehingga mereka menentukan sendiri jalan hidupnya, serta bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain.” 9 Berdasarkan definisi ini bimbingan yang diberikan kepada para remaja adalah dengan memberikan bekal ilmu akhlak, dengan itu mereka dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang dilarang, juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Akhlak yang dimaksud di atas adalah akhlak menurut Imam al-Ghazali – sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Mubarok- yaitu ‘keadaan yang bersemayam di dalam jiwa yang menjadi sumber keluarnya tingkah laku, dengan mudah tanpa berpikir untung ruginya.’ 10 Dari definisi ini jelas bahwa akhlak itu bukan perbuatan, tetapi keadaan rohani yang menjadi sumber lahirnya perbuatan. Apabila akhlak dan tingkah lakunya baik di dalam kehidupan seseorang itu, maka dia akan memperoleh hasil yang baik pula. Perbaikan akhlak adalah merupakan diantara misi Rasulullah diatas dunia ini, untuk memperbaiki tingkah laku, perbuatan dan kehidupan umat manusia. 9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling Suatu Uraian Ringkasan, Denpasar: Ghalia Indonesia, 1984, h. 17. 10 Ahmad Mubarok, Meraih Bahagia dengan Tasawuf Jakarta: Dian Rakyat, 2010, h. 91. Definisi akhlak tersebut menyiratkan bahwa terdapat akhlak yang baik atau akhlak yang buruk. “Akhlak buruk menjadi musuh Islam yang utama karena misi Islam pertama-tama untuk membimbing manusia berakhlak mulia, untuk itu Islam sangat memerangi akhlak yang buruk terutama terhadap orang tuanya sendiri. Misalnya seperti bohong atau dusta, takabbur, bakhil dan amarah.” 11 Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw dimana beliau diutus menjadi Rosul adalah untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak manusia, ِإ ﱠ َ ُ ِ ْ ُ ُ ِ َ ﱢ َ َﻣ َ ِر َم َ ا ْ َ ِق . 12 “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. 13 Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam Islam akhlak merupakan tolok ukur tingginya peradaban suatu masyarakat. Ketidakberdayaan masyarakat dalam memilih perbuatan baik atau buruk untuk dilakukan telah menjadi bukti bahwa masyarakat kita sedang mengalami demoralisasi kemerosotan moral. Kurangnya pemahaman baik tentang nilai-nilai akhlak telah menjadikan sebagian masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang sangat berlawanan dengan norma-norma yang ada. Oleh karena itu, sangat penting kiranya menumbuhkan nilai-nilai akhlakul karimah pada anak-anak terutama remaja agar mereka dapat bertindak sesuai dengan petunjuk agama. Tentu memiliki akhlakul karimah tidaklah mudah sebagaimana yang dicita-citakan. Oleh karena itu, bimbingan rohani Islam menjadi sangat penting bagi remaja dalam menumbuhkan sikap sosial dan keagamaan yang baik 11 Ahmad Mahmud Subhi, Filsafat Etika: Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intuisionalis Islam Jakarta: Serambi, 2001, h. 30. 12 Abu Bakar Ahmad Ibn al-Husain al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi al-Kubra Makkah: Dar Al-Baz, 1994, Jilid X, h. 191. 13 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Bandung: Penerbit Mizan, 1997, h. 252. khususnya dalam mengatasi perilaku yang menyimpang. Melalui bimbingan rohani Islam mereka mendapat bimbingan agama dengan cara berkesinambungan, karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Sikap keberagamaan sebagaimana yang disinggung di atas merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja diluar masalah kesejahteraan. Hal ini dikarenakan “sikap keberagamaan ini dapat mengendalikan emosi yang kerap kali muncul karena soal kesejahteraan. Jika lingkungan mendukung untuk melakukan kegiatan keberagamaan, maka sikap itu akan muncul dengan sendirinya tetapi dapat hilang dengan sendirinya.” 14 Sikap keberagamaan itulah yang menjadi salah satu fokus pembinaan di Panti Sosial. Panti Sosial adalah “lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental dan sosial.” 15 Panti Sosial sebagaimana disinggung di atas berada di bawah pengawasan Direktorat Pelayanan Sosial Anak yang melakukan program rehabilitasi untuk anak-anak yang berhadapan dengan hukum melalui panti sosial. Di bidang perlindungan anak, Direktorat Pelayanan Sosial Anak memiliki child protection home rumah perlindungan sosial anak. Rumah perlindungan anak ini akan menjadi rencana aksi nasional mengenai perlindungan anak. Sebagai contoh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani PSMP-Handayani yang terletak di wilayah 14 Charletty Choesyana Sofat, “Pengembangan Karakter Melalui Pendidikan Keluarga: Studi Komparatif Teori al-Ghazali dan Teori Kornadt,” Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 4. 15 Jurnal info Societa: informasi pembangunan kesejahteraan sosial edisi khusus kaleidoskop 2009, h. 23 Cipayung, Jakarta Timur. Panti Sosial ini menerima anak-anak dan remaja dari penduduk setempat yang kurang mampu, pelimpahan keluarga dan hasil sidang. Remaja yang ada di Panti ini diberikan pendidikan serta bimbingan rohani Islam. Karena pada masa remaja ini merupakan kesempatan yang sangat tepat untuk membentuk pengendalian agama, sehingga mereka dapat mengetahui mana pekara-perkara yang di haramkan dalam agama dan mana yang diperbolehkan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus dalam sebuah bentuk karya ilmiah skripsi yang berjudul : “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam mengatasi Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pokok pemikiran pada latar belakang masalah tersebut, maka perlu adanya pembatasan untuk lebih mengarah pada titik poin yang diharapkan. Untuk itu, penulis membatasi pada masalah peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja yang menyalahgunakan narkotika di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta, pada aspek pembimbing, terbimbingklien, metode dan materi.

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain :

a. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pendidikan akhlak yang lebih baik dan dapat menjadi suri tauladan yang baik untuk anak-anak penerima manfaat.

b. Manfaat Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk para penyuluh atau konselor dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Tinjauan Kepustakaan Dalam penelitian ini, penulis mengambil referensi dari beberapa pustaka dan menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat dan mepertajam analisa. Penelitian ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya, yaitu : 1. Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Akhlak Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan oleh Rike Aryana mahasiswi jurusan BPI tahun 2007. Hasil penelitiannya adalah penekanannya pada hal pola pendidikan, pola asuh orang tua dan pola perilaku mereka dengan menggunakan metode pendekatan perorangan, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan massal atau umum. Penelitiannya hanya difokuskan pada aktifitas seorang penyuluh agama dalam membina akhlak anak pemulung dengan menggunakan pola pendidikan, pola asuh orang tua dan pola perilaku mereka. Tentu catatan kritis perlu ditujukan pada karya ini, dimana faktor penghambat pembinaan akhlak yang