7. Variabel Love: Diperoleh nilai R
2
Change sebesar 0.003 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.3660,05 p0,05. Hal ini berarti variabel Love
memberikan sumbangan sebesar 0,3 bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.
8. Variabel Self Regulation: Diperoleh nilai R
2
Change sebesar 0.008 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.1350,05 p0,05. Hal ini berarti variabel Self
Regulation memberikan sumbangan sebesar 0,8 bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.
9. Variabel Hope: Diperoleh nilai R
2
Change sebesar 0.001 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.5190,05 p0,05. Hal ini berarti variabel Hope
memberikan sumbangan sebesar 0,1 bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.
10. Variabel Humor: Diperoleh nilai R
2
Change sebesar 0.007 dan nilai Sig. F Change sebesar 0,000,05 p0,05. Hal ini berarti variabel Humor
memberikan sumbangan sebesar 0,7 bagi bervariasinya stres akademik dan signifikan.
11. Variabel Spirituality: Diperoleh nilai R
2
Change sebesar 0.005 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.2570,05 p0,05. Hal ini berarti variabel Spirituality
memberikan sumbangan sebesar 0,5 bagi bervariasinya stres akademik dan tidak signifikan.
12. Variabel gender: Diperoleh nilai R
2
Change sebesar 0.019 dan nilai Sig. F Change sebesar 0.0190,05 p0,05. Hal ini berarti variabel gender
memberikan sumbangan sebesar 1.9 bagi bervariasinya stres akademik dan signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima variabel yang memberikan sumbangan terhadap bervariasinya stres akademik secara signifikan,
yaitu open mindedness 2,1, bravery 3,2, persistence 5,1, humor 0,7, dan gender 1,9.
90
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan hasil serta menganalisis hasil- hasil yang didapat, maka pada bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil dari
penelitian. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Peneliti akan memaparkannya pada penjelasan berikut ini.
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah “ada pengaruh yang signifikan dari character
strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja”. Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji
signifikansi masing-masing koefisien regresi Independent Variable IV terhadap Dependent Variable DV, diperoleh bahwa variabel bravery, persistence, dan
gender memberikan pengaruh signifikan terhadap stres akademik.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa character strengths dan gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik mahasiswa
UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Park 2004 menyatakan bahwa beberapa character strengths tertentu
dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan, mencegah, atau mengurangi pengaruh negatif dari stres. Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh
Fredrickson 2001, character strengths memungkinkan seseorang untuk melihat
makna dari peristiwa yang mereka alami yang kemudian mempengaruhi cara yang mereka yang pilih untuk mengurangi stres dan membangun resiliensi.
Dari hasil penelitian ini, dua dimensi character strengths yang termasuk dalam courage virtue yaitu bravery dan persistence memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap stres akademik. Courage merupakan kekuatan emosional yang mengandung keinginan yang kuat untuk menyelesaikan tujuan walaupun terdapat
halangan yang bersifat eksternal maupun internal. Bravery merupakan keberanian terhadap ancaman, tantangan, kesulitan
atau rasa sakit. Bravery memiliki pengaruh secara negatif yang signifikan terhadap stres akademik di mana semakin tinggi bravery maka semakin rendah
stres akademik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil bahwa bravery memiliki korelasi yang rendah dengan tingkatan ketegangan
di bawah tekanan Cox, Hallam, O’Connor, Rachmanm ; O’Connor, Hallam Rachman dalam Peterson Seligman, 2004. Menurut peneliti, bravery juga akan
mendorong seseorang untuk menghadapi fight tantangan yang harus dihadapi sehingga akan membantu dalam mengurangi tekanan.
Sama seperti bravery, persistence juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap stres akademik di mana semakin tinggi persistence maka
semakin rendah stres akademik. Persistence merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan walapun
terdapat hambatan dan kesulitan. Individu yang memiliki karakter persistence senang menyelesaikan tugas walaupun sulit tanpa banyak mengeluh Seligman,
2002. Di samping itu. persistence berkaitan dengan hardiness. Orang-orang yang
memiliki hardiness tinggi tidak akan mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan kemuduran Kobasa dalam Peterson Seligman, 2004.
Variabel gender berpengaruh signifikan terhadap signifikan terhadap stres akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja artinya ada perbedaan stres
akademik antara mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah sambil bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan hasil bahwa terdapat
perbedaan stres akademik yang signifikan antara laki-laki dan perempuan Misra Castillo, 2004; Hamaideh, 2010; Ahmed, Riaz, Ramzan, 2013; Kai-Wen,
2009; Thawabieh Qaisy, 2012. Selanjutnya, jika dilihat dari proporsi varians, terdapat variabel yang tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik namun memiliki sumbangan yang signifikan terhadap bervariasinya stres akademik. Variabel
tersebut adalah open mindedness dan humor. Open-mindedness tidak mempengaruhi stres akademik secara signifikan.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa individu dengan open mindedness yang tinggi lebih mampu untuk
mengakomodasi stres Bieri ; Suedfeld Piedrahita dalam Peterson Seligman, 2004. Pada masa kini dimana teknologi informasi dan komunikasi telah
berkembang pesat, mahasiswa bisa mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi terhadap orang lain dengan mudah. Hal ini dapat mendukung
keterbukaan pikiran dari mahasiswa. Namun, open mindedness tidak hanya meliputi keterbukaan pikiran namun juga meliputi pertimbangan seseorang
terhadap informasi tersebut di mana seseorang dapat memilih dan memilah informasi yang bermanfaat atau yang merusak.
Humor juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Shaunessy dan Suldo dalam
Kuiper, 2012 yang menunjukkan hasil bahwa siswa yang dapat menggunakan humor mereka dengan lebih efektif dapat merasakan emosi yang lebih positif
ketika melakukan persiapan ujian. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Martin dan Lefcourt dalam Kuiper, 2012 yang menunjukkan bahwa
bahwa individu dengan level humor yang tinggi dapat lebih kebal terhadap dampak negatif dari stressor dalam kehidupan mereka dibandingkan dengan
individu dengan level humor yang rendah. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilham et al. dalam Kuiper, 2012 yang
juga menggunakan Value In Action-Inventory Strengths VIA-IS namun tidak menemukan adanya pengaruh humor terhadap well being atau life satisfaction.
Kuiper 2012 menjelaskan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh cara mendefinisikan dan mengukur humor. VIA-IS hanya mengukur aspek positif
dalam humor sedangkan humor merupakan sebuah konstruk yang terdiri dari aspek positif yang bersifat adaptif dan aspek negatif yang bersifat maladaptif.
Selain itu, mungkin mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tidak mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk menjaga atau meningkatkan sense of humor
mereka. Tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, beberapa variabel character
strengths lainnya yaitu creativity, curiosity, vitality, love, self regulation, hope,