4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PANGAN DARURAT EMERGENCY FOOD PRODUCT
Pangan darurat Emergency Food ProductEFP merupakan bentuk pangan yang dikonsumsi saat terjadi bencana, seperti kebakaran, banjir, kekeringan, wabah penyakit,
maupun bencana akibat kesalahan manusia, seperti dalam kecelakaan industri. Pangan darurat EFP diproduksi untuk memenuhi kebutuhan energi harian yang direkomendasikan
sebesar 2100 kkal. Pangan darurat harus dapat memenuhi kebutuhan gizi dari segala usia di atas 6 bulan, dapat digunakan sebagai sumber penghidupan hingga 15 hari, dapat diterima
dari berbagai etnis dan budaya, serta dari berbagai latar belakang agama, mudah dikonsumsi tanpa persiapan khusus, minimal stabil hingga 3 tahun, dan penyalurannya dapat dilakukan
baik dari pengiriman darat atau udara IOM 2002. Pangan darurat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu produk pangan yang dirancang
untuk kondisi, dimana air bersih dan bahan bakar untuk memasak masih tersedia, serta produk pangan yang dirancang untuk menghadapi situasi dimana air bersih tidak tersedia
serta tidak bisa memasak. Pangan darurat untuk korban bencana, terutama yang bersifat siap santap, sampai saat ini belum dikembangkan di Indonesia tetapi sudah banyak berkembang
untuk kepentingan tentara di lapangan Syamsir 2008. Terdapat lima karakteristik kritis keberhasilan dalam mengembangkan pangan darurat,
yaitu; 1 Aman, 2 Memiliki kualitas yang dapat diterima oleh konsumen penampakan, warna, rasa, aroma, 3 Mudah didistribusikan, 4 Mudah digunakan, dan 5 Gizi lengkap,
Zoumas et al. 2002 menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pangan darurat selama pengungsian, yaitu:
1. Konsumsi pangan darurat bagi wanita hamil sedang menyusui, diasumsikan lebih dari 2100 kkal untuk mendukung kebutuhan energi selama mengandung dan menyusui.
2. Pangan darurat tidak didesain untuk memenuhi kebutuhan energi atau gizi bagi orang yang sedang hamil tetapi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi wanita normal.
3. Pangan darurat tidak didesain untuk individu yang mengalami penyakit gizi buruk yang membutuhkan perlakuan medis khusus.
4. Pangan darurat bukan Therapeutic Nutritional Supplement. 5. Pangan darurat bukan merupakan makanan substitusi untuk anak menyusui yang berusia
dari 0-6 bulan. 6. Pangan darurat bukan dirancang untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari young infants
0-6 bulan, tetapi pangan darurat dapat dikombinasikan dengan air untuk menghasilkan nasi sebagai makanan pelengkap bagi older infants 7-12 bulan.
Pangan darurat memiliki karakteristik energi yaitu mengandung lemak 35-45 per 2100 kkal, dengan kadar air yang rendah. Minimal energi dari pangan darurat per 50 gram harus
233 kkal McMahon et al. 2009. Komposisi lemak untuk pangan darurat harus didefinisikan secara rinci yaitu: total lemak harus menyumbang kalori pada interval 35-45 dari total
energi, energi dari lemak jenuh paling sedikit harus 10 dari total energi, energi dari total PUFA Poly Unsaturated Fatty Acid harus 7-10 dari total energi, dan perbandingan antara
asam linoleat dengan linolenat harus 5:1 McMahon et al. 2009. Standar gizi pangan darurat
5
yang dipakai merujuk pada Institute of Medicine IOM yaitu sebesar 2100 kkal dengan komponen makronutrien dan mikronutrien seperti terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi produk pangan darurat
Zat gizi Rentang Usia
Jumlah Minimum Densitas Gizi per 1000 kkal
a
Lemak -
-
Protein
b
- -
Karbohidrat -
-
Natrium
c
2-5 tahun, anak-anak 1.3 gram
Kalium
c
2-5 tahun, anak-anak 1.7 gram
Klor
c
2-5 tahun, anak-anak 2.0 gram
Kalsium 9-13 tahun, anak-anak
768 mg Fosfor
9-13 tahun, anak-anak 740 mg
Magnesium 14-18 tahun, laki-laki
190 mg Kromium
- 13 µg
d
Tembaga 51 tahun ke atas, perempuan
560 µg
d
Iodine 1-3 tahun, anak-anak
105 µg
d
Mangan 1-3 tahun, anak-anak
1.4 mg Besi
e
19-50 tahun, perempuan 16 mg
d
Selenium 14-18 tahun, perempuan
28 µg
d
Seng 14-18 tahun, laki-laki
10.5 mg
d
Vitamin A 14-18 tahun, laki-laki
500 µg
d
Vitamin D 51-70 tahun, perempuan
5.2 µg
d
Vitamin E 14-18 tahun, perempuan
16 mg
d
Vitamin K 19-50 tahun, laki-laki
60 µg
Vitamin C 51 tahun ke atas, laki-laki
100 mg
d
Thiamin 1-3 tahun, anak-anak
12 mg
d
Riboflavin 14-18 tahun, laki-laki
1.2 mg
d
Niasin 14-18 tahun, laki-laki
11.2 mg
d
Vitamin B
6
51 tahun ke atas, perempuan 1.2 mg
d
Folat 14-18 tahun, perempuan
310 µg
d
Vitamin B
12
14-18 tahun, perempuan 12 µg
d
As Pantotenat 14-18 tahun, perempuan
3.9 mg
d
Biotin 51 tahun ke atas, perempuan
24 µg
d
Kolin 51 tahun ke atas, laki-laki
366 mg
d a
rasio yang dibuat pada jumlah energi 2100 kkalhari IOM 1995
b,c
berdasarkan berat IOM 1995, nilai berdasarkan desirable intake
d,e
diadopsi dari nilai densitas gizi, berdasarkan nilai bioavailabilitas dari besi
6
Kebutuhan energi lainnnya akan dipenuhi dari protein dan karbohidrat. Saat proses pembuatan pangan darurat tidak boleh dilakukan suplementasi asam amino, karena dapat
mengakibatkan perubahan rasa, meningkatkan biaya produksi, dan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan jumlah akibat salah perhitungan premixing, karena kadar protein di dalam
pangan darurat 10-15 dari total keseluruhan sumber energi Briend Golden 1993. Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama pada produk pangan darurat selain
lemak dan protein. Karbohidrat memiliki beberapa fungsi dalam penyusunan pangan darurat, yaitu sebagai sumber energi, memberi rasa manis, menghasilkan sifat-sifat fisik yang
diinginkan pada produk, dan juga berperan dalam penyerapan natrium Na untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit tubuh.
Konsumsi pangan darurat yang diatur oleh Institut Medis didasarkan pada perhitungan kebutuhan energi rata-rata per kepala untuk pangan darurat IOM 1995. IOM
mendeskripsikan kebutuhan energi sesuai dengan usia, jenis kelamin, berat badan, dan rasio metabolisme basal BMR. Perhitungan kebutuhan gizi ini dibuat berdasarkan penelitian pada
warga Amerika Serikat IOM 1995.
B. RETORT POUCH RP