Makna sosio-kultural adalah makna yang sangat berkaitan dengan budaya penggunanya. Misalnya kata “thanksgiving” yang meskipun
menyerupai “syukuran” akan tetapi mengandung makna budayasejarah yang berbeda dengan yang dikandung “syukuran”.
4. Konsep Metode, Strategi Penerjemahan
Terdapat perbedaan pendapat dan sudut pandang diantara para ahli terkait dengan metode, strategi dan teknik penerjemahan. Perbedaan tersebut
tidak hanya sekedar mengenai istilah yang digunakan terminological tetapi juga mengenai konsep teknik penerjemahan itu sendiri conceptual. Belum
ada konsensus persetujuan umum mengenai istilah yang seharusnya dipakai untuk merujuk suatu konsep tertentu. Sebagaimana dinyatakan Molina dan
Albir 2002: 506 sebagai berikut: Terminological diversity and the overlapping of terms make it difficult
to use these terms and to be understood. The same concept is expressed with different names and the classifications vary, covering different
areas of problem. In one classification one term may over-lap another in different system of classification
Albir dan Molina sendiri menilai bahwa metode, strategi dan teknik penerjemahan merupakan kategori yang sangat berbeda, menyatakan bahwa:
Translation method refers to the way a particular translation process is carried out in terms of the translator objective. i.e., a global option that
affects the whole text.
Dengan kata lain, metode penerjemahan merupakan cara proses penerjemahan yang dilakukan dalam kaitannya dengan tujuan penerjemah. Metode
penerjemahan ini bersifat global sehingga mempengaruhi keseluruhan teks. Albir dan Molina menambahkan “ The translation method affects the way
micro unit of the text are translated: the translation techniques”. Pernyataan tersebut menekankan bahwa metode penerjemahan mempengaruhi cara
penerjemahan pada tataran mikro teknik penerjemahan. Sebagai contoh, apabila tujuan dari metode yang digunakan adalah untuk menghasilkan suatu
karya terjemahan yang berorientasi pada budaya bahasa sumber foreignisasi maka borrowing teknik peminjaman akan menjadi teknik yang paling banyak
digunakan. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Sebagaimana dipaparkan oleh Albir dan Molina 2002.:508 metode apapun yang digunakan, penerjemah akan tetap menghadapi masalah dalam
proses penerjemahan baik karena kesulitan menemukan padanan ataupun karena adanya celah antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penerjemah. Oleh
karena itu
dibutuhkan strategi
penerjemahan. Mendefinisikan strategi penerjemahan sebagai berikut
Strategies are the procedures conscious or unconscious, verbal or nonverbal used by the translators to solve problems that emerge when
carrying out the translation process with a particular objective in mind.
Berdasarkan pernyataan tersebut, strategi penerjemahan dianggap sebagai prosedur yang digunakan oleh penerjemah untuk memecahkan permasalahan
yang muncul pada saat proses penerjemahan berlangsung dan menambahkan bahwa strategi penerjemahan berperan penting dalam proses penyelesaian
masalah. Oleh karena itu, strategi penerjemahan dianggap sebagai bagian utama dari kompetensi penerjemahan.
Lebih lanjut , Albir dan Molina 2002.:508 menjelaskan bahwa strategi penerjemahan membuka jalan untuk menemukan solusi yang tepat dalam
mengatasi permasalahan penerjemahan. Solusi tersebut diwujudkan dalam bentuk teknik penerjemahan. Oleh karena itu, strategi dan teknik penerjemahan
memiliki fungsi yang berbeda dalam hal pemecahan masalah: strategi merupakan bagian dari proses, sedangkan teknik mempengaruhi hasil.
Meskipun demikian, suatu strategi penerjemahan bisa berfungsi sebagai teknik penerjemahan sekaligus. Misalnya adalah parafrase yang berfungsi untuk
memecahkan suatu masalah dalam proses penerjemahan. Dalam hal ini strategi tersebut diwujudkan dengan penggunaan teknik amplifikasi amplification
yaitu teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber Bsu. Hal tersebut bukan berarti
parafrase sebagai strategi menuntut penggunaan teknik aplikasi, karena bisa saja digunakan teknik lain seperti kreasi diskursif, adaptasi, dan lain-lain.
Molina dan Albir 2002.:509 mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai berikut
commit to user
A technique is the result of a choice made by a translator, its validity will depend on various question related to the context, the purpose of
the translation, audience expectation, etc.
Dengan kata lain, teknik penerjemahan adalah hasil dari proses pengambilan keputusan oleh penerjemah yang nilai keabsahannya bergantung pada konteks,
tujuan penerjemahan itu sendiri, harapan pembaca, dan lain-lain. Menyimpulkan bahwa teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk
menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung. Dalam hal ini, terdapat lima ciri utama dari teknik penerjemahan:
1 teknik penerjemahan mempengaruhi hasil karya terjemahan, 2 teknik penerjemahan dikelompokan berdasarkan perbandingan antara Bsu dengan
Bsa, 3 teknik penerjemahan mempengaruhi tataran mikro, 4 teknik penerjemahan bersifat diskursif dan kontekstual, dan 5 teknik penerjemahan
bersifat fungsional. Teknik penerjemahan sendiri bukanlah satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu karya terjemahan. Adapun
koherensi hubungan , kohesi kepaduan, pengembangan tema, dan dimensi kontekstual merupakan beberapa hal yang juga dapat mempengaruhi analisis
karya terjemahan. Dengan kata lain, metode penerjemahan mengacu pada cara proses
penerjemahan terkait dengan tujuan penerjemah, sedangkan strategi penerjemahan menitik beratkan pada cara pemecahan masalah yang muncul
ketika proses penerjemahan berlangsung. Sementara teknik penerjemahan dapat dikatakan sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan
bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ketiganya memiliki konsep yang berbeda namun memiliki kaitan
yang erat satu sama lain.
5. Penilaian Kualitas Terjemahan