jamak multidisciplines; dan 9 Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Penyempurnaan pola pikir yang sesuai dengan tantanagan Kurikulum SD
2013 ini akan menjadi acuan kemana arah perubahan kurikulum. d. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Menurut Hidayat 2013: 127 ada 7 elemen perubahan dimaksud yang masuk dalam bahan Uji Publik Kurikulum SD 2013 yaitu Kompetensi Lulusan,
Kedudukan Muatan Pelajaran, Pendekatan, Struktur Kurikulum SD 2013, Proses pembelajaran penilaian, penilaian, dan Ekstrakurikuler.
1. Kompetensi Lulusan
Kompetensi lulusan yang diharapkan adalah peningkatan dan keseimbangan soft skills
dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2. Kedudukan Mata Pelajaran
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi.
3. Pendekatan
Kompetensi yang dikembangkan melalui pendekatan tematik integratif dalam semua mata pelajaran dan saintifik.
4. Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum SD 2013 mengalami berubahan yaitu :
Holistik berbasis sains yaitu alam, sosial, dan budaya.
Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6 mata pelajaran.
Jumlah jam bertambah 4JPminggu akibat perubahan pendekatan
pembelajaran. 5.
Proses Pembelajaran Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dilengkapi dengan
mengamati, menanya,
mengolah, menyajikan,
menyimpulkan dan mencipta. Belajar bisa dilakukan diluar kelas dan tidak harus didalam kelas. Sumber belajar tidak hanya pada guru
6. Penilaian
Penilaian menggunakan penilaian otentik yang dapat mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
7. Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler yang ada di SD yaitu Pramuka bersifat wajib, UKS dan Bahasa Inggris.
Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013 merupakan suatu yang wajar dan merupakan alasan yang kuat mengapa kurikulum 2013
diberlakukan. Perubahan ini terdapat tuju elemen penting dalam kurikulum SD yaitu Kompetensi Lulusan, Kedudukan Muatan Pelajaran, Pendekatan, Struktur
Kurikulum, Proses Pembelajaran, Penilaian dan kegiatan Ekstrakurikuler.
2.1.3 Penguatan Pendidikan Karakter
Penguatan pendidikan karakter sangatlah penting dalam kurikulum 2013 dan menjadi poin dalam tujuan dibentuknya kurikulum ini. Pendidikan karakter
merupakan suatu istilah yang semakin hari semakin mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia. Salahudin 2013: 42 mengartikan bahwa pendidikan
karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pengerti , pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk
memberi keputusan baik dan buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebarkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Menurut
Raharjo dalam Zubaedi 2011: 15 pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang berhubungan dengan moral dan sikap sosial dalam kehidupan peserta didik
sebagai dasar terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah cara yang dilakukan guru untuk mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang berkaitan
dengan nilai-nilai tertentu dalam diri anak baik bersifat sosial maupun personal. Pendidikan karakter juga merupakan proyek awal dan akhir yang
diperlukan oleh setiap individu untuk menjadi orang yang lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik.
Pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini, oleh karena itu saat sekolah dasar pendidikan karakter sangat tepat bila diterapkan. Pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan.
Pendidikan karakter menurut Dharma 2011: 9 memiliki tujuan yaitu pertama
menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadiankepemilikan peserta didik yang
khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Kedua mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
sekolah. Ketiga membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara
bersama. Menurut Kemendikbud ada 18 karakter keSD yang harus dikembangkann.
Pusat Kurikulum telah mengkaji secara empirik sejumlah nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan
nasional, sebagai berikut: 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokrasi, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat
kebangsaan, 11
cinta tanah
air, 12
menghargai prestasi,
13 bersahabatkomunikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16 peduli
lingkungan, 17 peduli sosial, 18 tanggung jawab.
2.1.4 Kemampuan Berpikir Tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan anak merupan hal yang sangat penting dan menjadi hal yang ingin diterapkan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Bloom Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses yang terjadi pada ranah kongnitif manusia yang berguna untuk
mengembangkan pengetahuan siswa. Taksonomi Bloom dalam Sa’dun 2013: 11
menggolongkan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu pertama ranah kognitif berkaitan dengan kognisi atau penalaranpemikiran
–dalam bahasa pendi
dikan Indonesia disebut “cipta.” Kedua ranah afektif berkaitan dengan afeksi atau “rasa”. Ketiga ranah psikomotor yang berkaitan dengan psikomotor
atau gerak jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa; mirip dengan “karya”–walau sebenarnya tidak sama persis. Bloom juga menjelaskan
jika kemampuan berpikir itu seperti piramida yang semakin tinggi akan semakin baik. Berikut ini gambar mengenai tingkatan berpikir tingkat tinggi mulai dari
mengingat sampai mencipta :
Gambar. 2.1 Revisi Taksonomi Bloom Berdasarkan gambar di atas, berikut penjelasan dari setiap tahapan menurut
taksonomi Bloom Purwanto 2013: 50-51
1
Tahap mengingat merupakan kemampuan mengeluarkan fakta yang disimpan di dalam otak yang digunakan untuk merespons suatu
permasalahan.
2
Tahap memahami merupakan kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Mengingatmenghafal dianggap tidak cukup karena
memahami lebih baik dalam melihat hubungan antara pengetahuan dengan fakta.
3
Tahap mengaplikasikan merupakan menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
4
Tahap menganalisis merupakan tahap memecah-mecah materi jadi bagian- bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu
dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
5
Tahap mengevaluasi merupakan kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaian.
6
Tahap mencipta merupakan memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru atau untuk membuat suatu produk yang baru.
Menurut Rusman 2013: 174 taksonomi Bloom mempunyai beberapa kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan yang dimiliki antara lain 1 Membentuk
kerangka disetiap program instruksional berdasarkan kompetensi dasar 2 Memberitahu siswa tentang apa yang diharapkan 3 Menolong guru dalam
berpikir spesifik, mempermudah, mengatur, dan menyusun pelajaran secara sistematis 4 Menunjukan ragam dan macam dari kegiatan yang diharapkan 5
Sarana komunikasi terhadap sesama pengajar, wali murid, dan pihak lain. Sedangkan Keterbatasan yang dimiliki dalam taksonomi Bloom antara lain 1
Tingkat penguasaan pengetahuan yang rendah, 2 Tujuan afektif sulit diketahui 3 Dalam pelajaran seni, ilmu sosial dan humanis penyusunan pelajaran tidak
mudah 4 Pembelajaran akan kaku karena tujuan belajar hanya diarahkan pada tujuan tertentu 5 Prosedur pendidikan terlalu mekanis dan tidak personal,
Pendidikan karakter sangatlah penting dalam dunia pendidikan karena dengan karakter bangsa yang baik maka akan lebih mudah dalam mencapai tujuan
pendidikan suatu bangsa.