commit to user
40
yang tinggi mungkin akan cenderung menghindar untuk menghindari perbuatan yang membuat malu keluarga.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan suatu kerangka pemikiran yang bertujuan untuk memperoleh kejelasan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
penelitian. Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor- faktor yang mempengaruhinya. Belajar matematika bukanlah pelajaran yang
membosankan dan bersifat memaksa bila pelajaran itu disampaikan dengan baik dan menarik. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, di
antaranya adalah penggunaan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika dan harga diri siswa.
Harga diri merupakan bagian dari dalam diri manusia dan yang menentukan keberhasilan dalam hidup manusia. Orang akan berhasil dalam
hidupnya jika ia mempunyai harga diri yang kuat. Sekolah merupakan tempat dimana siswa belajar, berinteraksi, dan memperdalam ilmu. Siswa menghabiskan
waktu hidupnya yang kedua berada di sekolah. Di sana mereka berinteraksi dengan teman sebayanya, dengan teman yang lebih tua atau lebih muda, tenaga
kependidikan, kepala sekolah, dan guru. Interaksi inilah yang dapat mempengaruhi harga diri siswa.
Selama ini, pembelajaran berlangsung dengan kurang memperhatikan perkembangan harga diri siswa, tak terkecuali dalam pembelajaran matematika.
Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai peluang yang sangat besar untuk membuat kesalahan dan respon dari hal ini yang mempengaruhi harga diri
commit to user
41
siswa. Banyak peristiwa yang mengakibatkan siswa tidak menyukai pelajaran matematika sehingga prestasi belajar untuk mata pelajaran matematika seringkali
berada di bawah nilai mata pelajaran lainnya. Siswa menjadi enggan untuk belajar matematika karena mereka beranggapan bahwa matematika merupakan suatu
mata pelajaran yang sulit, banyak rumus, dan banyak tugas. Pembelajaran matematika seringkali menggunakan model pembelajaran
yang berupa ceramahpenjelasan, dan kemudian diberi contoh soal serta tugas. Pembelajaran yang menggunakan model ini merupakan pembelajaran dengan
pendekatan mekanistik dan pembelajaran yang sering digunakan oleh guru pada umumnya pembelajaran Konvensional. Pembelajaran ini merupakan andalan
guru matematika untuk dapat menyelesaikan target kurikulum. Guru merupakan sumber informasi dan siswa aktif mendengar dan mencatat penjelasan guru. Hal
yang dilakukan siswa adalah menerima, mencatat, dan menghafalkan materi yang diberikan guru serta mengerjakan soal-soal latihan. Pembelajaran yang demikian
lebih mementingkan penguasaan akademik dan kurang memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika. Selain itu, pembelajaran yang demikian
belum menanamkan dan mengajarkan konsep matematika sehingga siswa mengalami kesulitan mempraktekkan ilmunya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan nyata. Selain itu, interaksi yang terjalin hanya satu arah, yaitu dari guru kepada siswa karena dalam pembelajaran ini, siswa bekerja secara individualis.
TGT Team Game Tournament merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam TGT, siswa dikondisikan untuk aktif
memecahkan masalah yang diberikan dengan menggunakan dan memberdayakan
commit to user
42
ide dan gagasan yang mereka miliki. Selain itu, siswa dikondisikan untuk aktif mengemukakan pendapat, berdiskusi, bertanya, bekerja sama, memahami dan
bertoleransi dengan teman, menghargai teman sekelompok dan kelompok lain, menemukan ide dan gagasan baru, serta mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Guru berperan sebagai fasilitator dan mediator. Guru aktif dan siswapun juga aktif selama pembelajaran berlangsung. Interaksi yang terjadi terdapat 3 macam, yaitu
guru ke siswa, siswa ke guru, dan siswa ke siswa. Dalam pembelajaran TGT terdapat persaingan antar siswa dengan kemampuan akademik yang relatif sama,
sehingga diharapkan
dapat memotivasi
siswa untuk
meningkatkan kemampuannya. Dalam pembelajaran ini tidak hanya mementingkan penyelesaian
target kurikulum, tetapi juga mengandung makna dan nilai-nilai kehidupan yang akan menjadi bekal dan keterampilan hidup siswa, serta membentuk kepribadian
siswa. TTW Think-Talk-Write merupakan model pembelajaran yang dapat manumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa. Alur
model TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara, dan membagi ide
dengan teman dalam kelompoknya kemudian menulis hasil diskusinya. Dalam kelompok semua siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan,
mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW tidak hanya mementingkan penyelesaian target kurikulum, tetapi juga mengandung makna dan
nilai-nilai kehidupan yang akan menjadi bekal dan ketrampilan hidup siswa, serta
commit to user
43
membentuk kepribadian siswa. Terkait dengan tingkat harga diri yang dimiliki siswa maka tercermin bahwa siswa yang memiliki harga diri tinggi dan sedang
lebih menyukai model pembelajaran matematika ini. Hal ini disebabkan oleh karakteristik dari model pembelajaran ini, yaitu yang mengharuskan siswa aktif
dalam pembelajaran. Siswa yang mempunyai harga diri tinggi dan sedang akan dapat mengeksplorasi kemampuan mereka sehingga prestasi belajarnya akan
semakin meningkat. Hal ini belum tentu berlaku bagi siswa yang mempunyai harga diri rendah. Bagi siswa yang mempunyai harga diri rendah, model
pembelajaran ini sangat memaksa dan tidak sesuai dengan diri mereka sehingga mereka kurang menyukainya. Mereka akan cenderung menarik diri dan berusaha
berlindung pada teman-temannya yang aktif. Oleh karena itu, siswa yang mempunyai harga diri rendah cenderung menyukai pembelajaran matematika
yang tidak mengharuskan mereka berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran atau dapat dikatakan mereka cenderung menyukai pembelajaran Konvensional.
Hubungan antara model pembelajaran dan harga diri siswa terhadap prestasi belajar siswa inilah yang diteliti dalam penelitian ini. Hubungan antar
variabel dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran danatau harga diri siswa terhadap prestasi belajar dapat digambarkan dalam pola paradigma penelitian
sebagai berikut:
commit to user
44
Diagram 2. Paradigma Penelitian dengan 2 Variabel Bebas D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dari masalah yang diajukan, serta kerangka berpikir yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW memberikan prestasi
belajar matematika yang sama baik. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
model pembelajaran Konvensional. 2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat harga diri tinggi
lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat harga diri sedang maupun rendah dan prestasi belajar matematika
siswa yang mempunyai tingkat harga diri sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat harga diri rendah.
3.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW, siswa dengan harga diri tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baik, siswa
dengan harga diri tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa
dengan harga diri rendah, sedangkan pada model pembelajaran Konvensional, siswa dengan harga diri tinggi dan sedang
Model pembelajaran
Harga diri Prestasi Belajar
commit to user
45
mempunyai prestasi belajar yang sama baik, siswa dengan tingkat harga diri rendah mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan
tingkat harga diri tinggi dan sedang. Pada tingkat harga diri tinggi dan sedang, siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW
mempunyai prestasi belajar yang sama baik, siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW mempunyai prestasi belajar yang
lebih baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran Konvensional, sedangkan pada siswa dengan tingkat harga diri rendah, siswa yang diberi
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW mempunyai prestasi belajar yang sama baik, siswa yang diberi model pembelajaran Konensional
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TTW.
commit to user
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek, Waktu dan Jenis Penelitian 1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Bisnis Manajemen Kota Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Kota Salatiga mempunyai SMK
Jurusan Bisnis Manajemen sebanyak 7 SMK yang meliputi 1 SMK Negeri dan 6 SMK Swasta.
Tabel 1. Daftar SMK Jurusan Bisnis Manajemen Kota Salatiga SMK Negeri
1 SMK Negeri 1 Salatiga
SMK Swasta
1 SMK Sudirman Tingkir
2 SMK Diponegoro Salatiga
3 SMK PGRI 2 Salatiga
4 SMK Pelita Salatiga
5 SMK Kristen Bisnis Manajemen
6 SMK Sultan Fattah Salatiga
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 3 Tahun Pelajaran 20102011.
2. Waktu Penelitian
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Tahap Perencanaan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta