commit to user
37
3 Faktor pendekatan belajar
Faktor  pendekatan  belajar  dapat  dipahami  sebagai  segala  cara  atau strategi  yang  digunakan  siswa  dalam  menunjang  keefektifan  dan
efesiensi proses mempelajari materi tertentu.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang digunakan mendukung peneliti ini adalah: 1.
Helmaheri  2004  dengan  judul  “Mengembangkan  Kemampuan  Komunikasi dan  Pemecahan  Masalah  Matematis  Siswa  SLTP  Melalui  Model
Pembelajaran  Kooperatif  Tipe  TTW Think-Talk-Write dalam  Kelompok Kecil”.  Hasil  penelitiannya  adalah  kemampuan  komunikasi  dan  pemecahan
masalah  matematis  siswa  yang  belajar  dalam  kelompok  kecil  dengan  model TTW lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Indri  Yulianti 2008  dengan  judul  Keefektifan  Model  Pembelajaran
Kooperatif  Tipe  TGT  Team  Game  Tournament Pada  Pencapaian  Hasil Belajar  Matematika  Materi  Pokok Bilangan  di  SMP N  1 Dukun. Hasil
penelitiannya  adalah  kemampuan  komunikasi  dan  pemecahan  masalah matematis  siswa  yang  belajar  dalam  kelompok  kecil  dengan  pembelajaran
TGT lebih baik dibandingkan siswa dengan pembelajaran konvensional. 3.
Mandal. 2009 yang berjudul “Cooperative  Learning Strategies to Enhange Writing  Skill”.  Kesimpulan  dari  pnelitian  ini  adalah  siswa  yang  belajar
kelompok  akan  saling  bertanya  dan  menolong.  Mereka  akan  menunjukkan sikap  antusias  yang  tinggi,  keingintahuan  dan  perkembangan  dalam
menangkap pelajaran pada pembelajaran kooperatif.
commit to user
38
4. Baumeister. 2003  yang  berjudul  “Does  High  Self  Esteem  Cause  Better
Performance,  Interpersonal  Succes,  Happiness,  or  Healthier  Lifestyle?”. Hasil  dari  penelitian  ini  adalah  orang  dengan  harga  diri  tinggi  mempunyai
prestasi  yang  lebih  baik  di  sekolah.  Orang  dengan  harga  diri  tinggi menganggap  dirinya  lebih  disukai  dan  atraktif,  mempunyai  hubungan
pertemanan yang lebih baik, dan menciptakan sikap yang baik kepada orang lain. Harga diri mempunyai hubungan yang kuat terhadap kebahagiaan. Harga
diri  tinggi  tidak  dapat  mencegah  anak  dari  aktivitas  merokok,  minum,  obat- obat terlarang dan pergaulan bebas.
5. Tan,  dkk  1999  yang  berjudul “Using  Cooperative  Learning  to  Integrate
Thinking  and  Information  Technology  in  a  Content-Based  Writing  Lesson”. Hasil  dari  penelitian  ini  menyatakan  bahwa  pembelajaran  kooperatif  dapat
meningkatkan  efektifitas  pembelajaran  melalui  kemampuan  berpikir  dan kreatifitas,  dan  teknologi  informasi.  Kemampuan  berpikir  dan  kreatifitas
meningkat  ketika  siswa  berinteraksi  dengan  teman-teman  mereka  untuk mengemukakan  gagasan,  menjelaskan,  bertanya,  menyanggah,  meyakinkan,
dan pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif menawarkan berbagai cara untuk munyusun jenis-jenis interaksi berpikir.
6. Grabowski dan  Ke. 2007  dalam  British  Journal  of  Educational  and
Technology:  Gameplaying  for  maths  learning:  cooperative  or  not?, menyatakan  bahwa  Teknik  kooperatif  TGT  lebih  efektif  dibandingkan
persaingan antar individu dalam menfasilitasi sikap positif dalam metematika.
commit to user
39
Hasil  pembelajaran  kooperatif  dalam  metematika  memberikan  efek  positif pada prestasi, sikap dan teknik berpikir.
7. Ross  dan  Broh.  2000  dalam  “The  Roles  of  Self-esteem  and  the  Sense of Personal  Control  in  the  Academic  Achievement  Process”  dengan  hasil
penelitian  bahwa  siswa  yang  mempunyai  prestasi  belajar  bagus  akan mempunyai harga diri dan kontrol pribadi yang lebih tinggi. Pengaruh orang
tua  terhadap  harga  diri  lebih  besar  daripada  pengaruh  orang  tua  terhadap control pribadi.
8. Wentzel, Caldwell,  dan Barry.  2004  dalam  journal “Friendships  in  Middle School: Influences on Motivation and School Adjustment” menyatakan bahwa
dalam  sebuah  kelompok  teman  sebaya,  perasaan  mempunyai  hubungan  dan diterima,  dapat  berpengaruh  langsung  pada  perasaan  positif  tentang  harga
diri. 9. Tim Urdan 2004 dalam journal “Predictors of Academic Self-Handicapping
and  Achievement:  Examining Achievement  Goals,  Classroom  Goal
Structures,  and  Culture”  yang  menyatakan  bahwa,  hubungan  antara  tujuan pembelajaran  di  kelas  dan  tujuan  dari  tiap  individu  telah  dihipotesa  untuk
dibedakan berdasarkan orientasi keluarga. Walaupun siswa  merasakan pesan yang sama dalam pencapaian tujuan di kelas penekanan pada persaingan dan
perbandingan  sosial,  mereka  akan  menerima  pesan  tersebut  dengan  cara yang  berbeda.  Seorang  siswa  dengan  orientasi  keluarga  yang  rendah  akan
merespon  pesan  tersebut  dengan  mendekatinya sebagai  sebuah  keinginan untuk dihargai dan meningkatkan harga diri, siswa dengan orientasi keluarga
commit to user
40
yang  tinggi  mungkin  akan  cenderung  menghindar  untuk  menghindari perbuatan yang membuat malu keluarga.
C. Kerangka Berpikir