Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Tidak Aman Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman

5. Menghilangkan alat pengaman 6. Membuat alat pengaman tidak berfungsi 7. Menggunakan peralatan yang rusak

8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai

9. Tidak menggunakan APD dengan benar

10. Pengisianpembebanan yang tidak sesuai

11. Cara mengangkat yang salah 12. Posisi atau sikap tubuh yang benar 13. Memperbaiki peralatan yang beroperasi 14. Berkelakar atau bersenda gurau 15. Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan

2.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Tidak Aman

Perilaku manusia seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 2003 merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, yang meliputi pengetahuan, keinginan, minat, sikap, persepsi, dan motivasi. Perilaku seseorang merupakan resultansi dari faktor internal maupun eksternal lingkungan. Hal yang sama juga didukung beberapa ahli, seperti Gibson 1996 dan Geller 2001 dalam Pratiwi 2009, yang menyatakan bahwa perilaku tidak aman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Gibson menggunakan aspek –aspek yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja menjadi aspek individu atau psikologis dan aspek organisasi. Aspek individu atau psikologis adalah sebagai faktor internal, meliputi pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap. Sedangkan aspek organisasi merupakan faktor eksternal yang meliputi sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan dan sanksi serta struktur dan desain pekerjaan. Menurut Geller 2001 dalam Pratiwi 2009, faktor internal yang mempengaruhi perilaku tidak aman adalah persepsi, nilai, peralatan, sikap, keyakinan, perasaan, pemikiran dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal mencakup pelatihan, pengakuan, pengawasan secara aktif dan kepatuhan terhadap peraturan.

2.3.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang. Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan oleh orang yang mempunyai sertifikat juru las sesuai dengan kelas untuk pekerjaan las yang sedang dilaksanakan. Juru las yang telah tersertifikasi adalah orang yang diberi wewenang untuk melakukan jenis pengelasan tertentu, dengan suatu syarat mempunyai kecakapan dan pengalaman teknis serta terampil dalam bidangnya Suhulman, 2008. 2. Gagal dalam memberi peringatan. Sebuah peringatan biasanya diberikan kepada pekerja yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan perusahaan. Peringatan dapat berupa himbauan atau teguran yang berguna untuk mengingatkan pekerja agar pekerja tidak melakukan tindakan yang berbahaya atau agar pekerja tidak mengulangi kesalahannya dalam bekerja. Peringatan adalah suatu bentuk tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja guna menunjang kedisiplinan pekerja Nitisemito, 1984 dalam Sudrajat, 2008. 3. Gagal dalam mengamankan Setiap petugas yang mengetahui setiap terjadinya kerusakan mesin saat operasi harus segera mematikan tenaga penggerak. Mesin tersebut harus diberi alat pengaman atau tanda yang bersifat pengumuman yang mudah dibaca dengan ditempelkan pada mesin tersebut dan melarang penggunaanya sampai perbaikan yang diperlukan telah dilakukan dan mesin tersebut berada dalam keadaan baik Suhulman, 2008. 4. Bekerja dengan kecepatan yang berbahaya. Salah satu alasan paling lazim untuk mengambil risiko dalam bekerja adalah menghemat waktu agar bisa mendapatkan waktu santai atau waktu untuk menghasilkan uang lebih banyak atau sekedar menghemat waktu dengan mempercepat menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak aneh apabila keinginan menghemat waktu ini menyebabkan perilaku tidak aman International Labour Office, 1989. 5. Menghilangkan alat pengaman. Tujuan alat pengaman safety device dipasang pada fasilitas kerja atau mesin yang berbahaya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan untuk menjamin keselamatan para pekerja. Berbagai alat pengaman berfungsi secara mekanik, seperti misalnya alat pengaman untuk mesin pres atau katup pengaman pada ketel uap. Alat pengaman, seperti alat penutup pengaman gir atau gerinda, dipasang secara tetap di satu tempat. Peralatan pengaman merupakan peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada tempat-tempat tertentu dan berfungsi untuk memberi keamanan tambahan bagi para pekerja O’Brien, 1974 dalam Helliyanti, 2009. Menurut International Labour Office ILO 1989, tujuan alat pengaman pada mesin adalah mencegah sesuatu bagian tubuh atau pakaian pekerja agar jangan tersentuh bagian berbahaya mesin yang sedang bergerak. Sebuah mesin mungkin dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga semua daerah berbahaya yang ada tertutup atau terlindungi. Pengaman mesin dan alat pelindung lainnya dapat dipasang pada mesin. Metode manapun yang dipakai, sebuah pengaman yang berhasil adalah yang memungkinkan pekerja mengoprasikan mesin dengan mudah tanpa risiko atau takut terluka. Pada beberapa kasus, biasanya pengaman yang dibuat hanya mengutamakan kepentingan persyaratan hukum atau menghindari satu risiko dan kurang memikirkan pengaruh pengaman terhadap produksi atau gangguan yang dapat ditimbulkan para pekerja. Hal ini dapat menghambat efisiensi produksi dan menyebabkan operator tidak nyaman serta tidak leluasa dalam bekerja. Akibatnya, pekerja akan menyingkirkan pengaman tersebut yang menyebabkan kegunaannya hilang. Hal ini sangat berbahaya karena dapat memperbesar peluang kontak antara tubuh dengan mesin- mesin yang berbahaya. Apabila hal ini terjadi, kecelakaan kerja pun tidak dapat terelakkan. 6. Membuat alat pengaman tidak berfungsi. Pada beberapa kasus, alat pengaman yang dapat menghambat efisiensi produksi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, dapat mendorong pekerja untuk menyingkirkan atau bisa dengan jalan merusak alat pengaman tersebut. Membuat alat pengaman menjadi tidak berfungsi sangat berbahaya karena kegunaannya sebagai pengaman pun akan hilang sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya kontak antara pekerja dengan alat yang berbahaya International Labour Office, 1989. 7. Menggunakan peralatan yang rusak. Peralatan kerja yang digunakan harus berfungsi dengan baik dan dalam kondisi layak pakai. Menggunakan peralatan kerja yang sudah tidak layak pakai dapat membahayakan keselamatan pekerja. Oleh karena itu, semua peralatan harus dirawat menurut kondisi bagian dari peralatan tersebut dan bukan menurut waktu pemakaian. Tanpa perawatan yang teratur, keadaan peralatan berubah menjadi salah satu faktor bahaya. Jadi, perawatan yang tidak teratur adalah perbuatan yang berbahaya karena dapat menimbulkan keadaan berbahaya Silalahi, 1985. 8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai. Menurut Silalahi 1985, menggunakan peralatan kerja yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan dan peraturan yang telah ditetapkan dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini merupakan tindakan yang berbahaya karena dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. 9. Tidak menggunakan APD dengan benar. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar terlindung dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan maka badan kita perlu menggunakan ala-alat pelindung ketika melaksanakan suatu pekerjaan. Personal Protective Equipment atau Alat Pelindung Diri APD didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya hazard di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya Rijanto, 2011. Setiap pekerja harus memakai apron, sarung tangan, dan perlengkapan pelindung lain, pakailah sarung tangan yang kering untuk melindungi tangan dari kemungkinan terkena aliran listrik electric shock, pakailah penutup mulut dan hidung sebagai filter agar asap dan gas yang timbul pada saat pengelasan sedang berlangsung tidak berbahaya bagi kesehatan Suhulman, 2008. 10. Pengisianpembebanan yang tidak sesuai. Penyebab lain terjadinya kecelakaan kerja adalah akibat beban yang berlebihan sehingga melebihi kemampuan tubuh dalam menyangga over load. Membawa atau mengangkat barang yang terlalu berat, terlalu besar, dan sulit untuk dipegang akan membahayakan diri kita. Akan jauh lebih aman bagi Anda untuk meminta bantuan orang lain atau menggunakan alat bantu saat menemui barang-barang tersebut dalam bekerja Hendarta, 2012. 11. Cara mengangkat yang salah. Menurut Nurmianto 1996, pekerjaan mengangkat barang sering menyebabkan cedera pada punggung bawah. Pekerjaan mengangkut barang adalah satu pekerjaan yang berisiko terjadinya cedera kesakitan pada punggung. Pekerjaan ini membutuhkan aktivitas mengangkat beban yang cukup berat dan berulang-ulang sehingga membutuhkan peran yang sangat besar dari otot-otot punggung dan tulang belakang. Penggunaan otot-otot punggung dan tulang belakang yang berlebihan dan kesalahan dalam aktivitas mengangkat sangat memungkinkan pekerja pengangkut barang akan mengalami gangguan nyeri punggung bawah. Sebanyak 80 populasi orang dewasa dalam rentan hidupnya akan mengalami cedera punggung bawah. Cedera ini biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam teknik mengangkat suatu benda dan juga penggunaan yang berlebihan. Dengan menggunakan teknik mengangkat yang benar diikuti dengan latihan penguluran dan penguatan, Anda dapat mengurangi risiko cedera punggung. Sekitar 745 cedera tulang belakang disebabkan karena aktivitas mengangkat. Mengingat tingginya risiko cedera tulang belakang pada aktivitas mengangkat maka hal ini perlu mendapatkan perhatian tersendiri dengan teknik mengangkat yang benar Tarwaka, 2004. Menurut Silalahi 1985, sewaktu mengangkat dan membawa, bagian tubuh yang paling terpengaruh dan dapat cedera adalah tulang punggung. Ketegangan yang diderita tulang punggung semakin berat diukur dalam kilogram gaya jika beban semakin berat. Teknik mengangkat dan membawa yang tepat akan memungkinkan beban maksimum karena beban tersebut tidak lagi tergantung pada tulang punggung melainkan pada otot tubuh. Teknik ini hanya dapat diterapkan melalui latihan. Beberapa pokok penting yang harus diperhatikan adalah: a. Kapasitas fisik karyawan b. Sifat beban c. Keadaan lingkungan d. Latihan mengangkatmembawa yang dijalani karyawan Adapun cara mengangkat yang baik menurut Tarwaka 2004 adalah sebagai berikut: 1. Posisi tulang belakang dan punggung harus tetap lurus atau tidak membungkuk. 2. Kedua tungkai ditekuk ke arah posisi jongkok sehingga tenaga angkat yang digunakan untuk mengangkat beban tidak murni berasal dari kontraksi otot-otot punggung. 3. Pegangan atau handling terhadap barang yang akan diangkat harus kuat. 4. Lengan berada sedekat mungkin dengan badan 5. Dagu segera ditarik setelah kepala ditegakkan 6. Posisi kaki merenggang untuk membagi momentum dalam posisi mengangkat. 7. Badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, gaya untuk gerakan dan perimbangan. 8. Beban diusahakan sedekat mungkin dengan garis vertical yang melalui pusat gravitasi tubuh. 9. Untuk beban yang akan diangkat, usahakan pada posisi yang tidak terlalu rendah 10. Usahakan jumlah beban yang akan diangkat tidak melebihi batas kemampuan individu yang akan mengangkat. 12. Posisi tubuh yang salah. Sikap atau posisi tubuh dalam bekerja memiliki hubungan yang positif dengan timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk, atau dalam sikap posisi kerja yang lain, dimana pertimbangan-pertimbangan ergonomik yang berkaitan dengan sikap posisi kerja akan sangat penting Suma’mur, 1999. Menurut Wignjosoebroto 2003, beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, melakukan banyak kesalahan, dan menderita cacat tubuh. Postur yang baik merupakan bagian penting dalam pemeliharaan diri. Membiasakan diri dengan kondisi postur yang baik akan membantu dalam mencegah berbagai gangguan fisik, seperti kelelahan, memperbaiki bentuk tubuh, memberi kesan penampilan diri lebih luwes dan tidak kaku. Disiplin diri merupakan unsur yang menentukan bagi suatu kepribadian yang tertib, tenang, menyenangkan serta menyehatkan. Berdiri dalam posisi yang benar akan menjaga otot-otot dan tubuh dalam kondisi yang baik. Postur yang baik sangat tergantung pada kebiasaan seseorang, untuk itu hindari sikap malas, posisi punggung yang membungkuk atau posisi tubuh yang membuat lekukan pada tulang punggung ketika sedang bekerja. Saat berjalan harus dibiasakan berdiri dengan benar, berat tubuh harus terbagi sama rata untuk mendapatkan keseimbangan tubuh. Selain dari sikap tubuh saat berdiri, sikap duduk yang baik pun penting diperhatikan untuk mencegah kelelahan pada umumnya dan ketegangan pada punggung. Sikap duduk yang baik yaitu punggung tegak dan posisi duduk menekan bagian belakang Wignjosoebroto, 2003. 13. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi. Pada saat memperbaiki peralatan kerja yang menggunakan aliran listrik, pekerja diharuskan untuk mematikan terlebih dahulu aliran listrik pada alat tersebut karena untuk mengisolir bagian sistem tenaga listrik pada alat tersebut agar aman untuk kerja ketika memperbaikinya. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi atau memperbaiki peralatan tanpa mematikan terlebih dahulu aliran listriknya merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Sebagai contoh, ada seorang pekerja yang sedang memperbaiki suatu mesinperalatan, tiba-tiba tanpa disengaja mesinnya menyala dan pada akhirnya membahayakan pekerja tersebut Suhulman, 2008. 14. Berkelakar atau bersenda gurau. Bersenda gurau pada saat bekerja merupakan suatu perilaku yang harus dihilangkan karena dapat mengakibatkan kejadian yang sangat fatal sehingga tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian nonmaterial, contoh ketika para pekerja sedang melakukan tugasnya menuangkan semen kedalam mesin pencetak, tiba-tiba ada salah seorang pekerja lainnya mengejutkannya dari belakang sehingga secara tidak sengaja dia tersentak hebat dan tanpa dia sadari tangannya masuk ke dalam mesin pencetak. Mungkin bisa kita tebak apa yang terjadi selanjutnya. Benar, tangan para pekerja tersebut patah dan terputus sehingga akan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi para pekerja itu sendiri, dimana kerugian yang diderita bukan merupakan kerugian material melainkan kerugian non material Apri, 2012. Bersenda gurau pada saat bekerja sangat dilarang karena dapat mengganggu konsentrasi pekerja sehingga pekerja kurang fokus terhadap pekerjaannya, apalagi jika pekerja tersebut bekerja dengan peralatan atau tempat kerja yang berbahaya. Hal tersebut akan membuat pekerja berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam bekerja yang akibatnya dapat menyebabkan kecelakaan kerja. 15. Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan. Menurut Tanjung 2005, alkohol dan obat-obatan termasuk ke dalam NAPZA. NAPZA Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain adalah bahanzatobat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otaksusunan saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan adiksi serta ketergantungan dependensi terhadap NAPZA. Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu konsentrasi, penilaian, penglihatan, dan koordinasi pada orang yang mengonsumsinya. Kombinasi alkohol dengan obat-obatan lain sangat berbahaya karena hal ini meningkatkan efek dan pengaruh negatif yang tidak dapat diperkirakan, termasuk kerusakan serius yang menetap. Karena efek negatif yang ditimbulkan dari alkohol dan obat-obatan tersebut, seorang pekerja tidak boleh berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan pada saat bekerja karena dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

2.4 Pengelasan