Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan a.

Hasil belajar ranah kognitif Hasil belajar aspek kognitif diperoleh berdasarkan hasil posttest I dan posttest II. Pada posttest I dilaksanakan pada pertemuan II di siklus I dan posttest II dilaksanakan pada pertemuan II di siklus II. Pada posttest I diperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 64,76 dan tidak ada siswa yang mencapai KKM. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada posttest I yaitu sebesar 76,67. Pada posttest II diperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 78,62 dan yang mencapai KKM ada 16 siswa atau 57 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada posttest II yaitu sebesar 85,83. Hasil belajar pada ranah kognitif ini belum mencapai indikator keberhasilan yaitu sebanyak 75 siswa mencapai KKM. Adapun perbandingan hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diperoleh dari hasil posttest I dan posttest II dapat dilihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.6 berikut : Tabel 4.5 Data hasil posttest I dan posttest II siswa Keterangan Posttest I Posttest II Nilai tertinggi 76,67 85,83 Nilai terendah 47,5 66,67 Rata - rata nilai 64,76 78,62 Jumlah siswa yang mencapai KKM 16 Jumlah siswa yang tidak mencapai KKM 28 12 siswa yang mencapai KKM 57 siswa yang tidak mencapai KKM 100 43 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 siklus I Siklus II Tuntas Tidak Tuntas Hasil Rata-rata P e rs e n ta se J u m lah S is w a Gambar 4.6 Hasil Belajar Ranah Kognitif Dari hasil yang telah dipaparkan di atas, terjadi peningkatan pada hasil tes. Namun peningkatan hasil kognitif ini belum sesuai dengan target yang ingin dicapai. Siswa yang tuntas pada posttest II berjumlah 16 orang sehingga menghasilkan 57 siswa yang mencapai KKM. Hasil yang diharapkan adalah 75 siswa yang mencapai KKM. Pencapaian hasil kognitif yang belum sesuai ini bisa terjadi karena soal posttest II yang dirasa lebih rumit dan kompleks oleh siswa. Selain itu juga dipengaruhi oleh kemampuan intelektual siswa yang relatif tidak tinggi. Model yang diterapkan yaitu PBL lebih cocok dan sesuai dengan siswa yang mempunyai intelektual yang tinggi sedangkan kemampuan intelektual siswa yang diajar pada saat penelitian masih tergolong di bawah rata-rata. Siswa juga kurang begitu paham dalam mengerjakan LKS karena siswa dituntut untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis dan menguji hipotesis lalu membuat kesimpulan. Hanya beberapa siswa saja yang mengerti dengan penjelasan peneliti bagaimana mengerjakan LKS yang diberikan. Untuk soal posttest, pada soal pilihan ganda pada posttest I jika siswa menjawab semua soal dengan benar akan mendapat skor 40 sedangkan untuk soal uraian jika siswa menjawab semua soal dengan benar akan mendapat skor 60. Untuk soal pilihan ganda posttest II jika siswa menjawab semua soal dengan benar juga akan mendapat skor 40 sedangkan untuk soal uraian jika siswa menjawab semua soal dengan benar akan mendapat skor 60. Hasil perolehan nilai rata-rata jawaban siswa pada siklus I yaitu untuk jawaban soal pilihan ganda nilai rata-rata siswa adalah 71,78 dan untuk soal uraian nilai rata-rata siswa adalah 57,67. Pada siklus II, hasil perolehan nilai rata-rata jawaban siswa untuk jawaban soal pilihan ganda nilai rata-rata siswa adalah 81,07 dan untuk soal uraian nilai rata-rata siswa adalah 76,2. Berdasarkan hasil di atas, dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata siswa lebih tinggi pada soal pilihan ganda daripada soal uraian sedangkan untuk soal uraian lebih berpengaruh pada perolehan nilai karena skornya jauh lebih besar. Jadi hal tersebut berpengaruh pada perolehan hasil belajar siswa karena walaupun siswa menjawab banyak soal dengan benar pada soal pilihan ganda tetapi jika pada soal uraian siswa tidak menjawab soal dengan benar maka sangat berpengaruh pada nilai akhir siswa. Hal tersebut berlaku untuk soal posttest I dan posttest II. Hal lain yang mempengaruhi rendahnya perolehan nilai rata-rata adalah banyak siswa yang tidak mengerjakan soal pada posttest I terutama pada soal uraian. Hal ini disebabkan karena soal uraian memiliki kandungan soal yang mengajak siswa untuk mengingat, memahami, merangkum dan menganalisis sehingga sulit bagi siswa untuk menjawabnya dengan benar dan terdapat beberapa siswa yang tidak menjawab soal tersebut. Hal ini mempengaruhi karena setiap nilai siswa digunakan sebagai pembagi untuk memperoleh nilai rata-rata. Hal lain juga yang mempengaruhi nilai kognitif siswa pada siklus I adalah kurangnya konsentrasi siswa. Siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran akibat mata pelajaran sebelumnya yaitu pendidikan jasmani dan orkes, dimana masih ada siswa yang izin keluar masuk kelas untuk mengganti pakaian, masih ada siswa yang makan dan minum, serta siswa kelelahan akibat olahraga. Selain itu sama halnya dengan pengambilan nilai kognitif pada siklus II siswa harus mengerjakan dengan waktu terbatas karena akan mengisi kuesioner sebelum jam pelajaran berakhir.

b. Hasil belajar ranah afektif

Hasil belajar pada ranah afektif diperoleh menggunakan lembar observasi dan lembar kuesioner. Lembar observasi untuk melihat dan mengamati sikap dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran sedangkan lembar kuesioner untuk melihat sikap dalam diri siswa. Observasi dilakukan untuk mengamati aspek afektif siswa yang meliputi antusias dalam menanggapi pertanyaan guru, motivasi siswa mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar yang lain. Hasil belajar ranah afektif melihat sikap dan nilai siswa dalam belajar sistem sirkulasi menggunakan model PBL. Data yang diperoleh pada hasil belajar ranah afektif melihat 10 aspek, yaitu 1 siswa memperhatikan guru saat memberikan penjelasan, 2 motivasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran, 3 siswa antusias menerima pertanyaan dari guru, 4 siswa aktif dalam diskusi kelompok, 5 siswa mengerjakan dengan baik LKS yang sudah diberikan, 6 siswa aktif mencari jawaban dari buku dan sumber lainnya, 7 siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan baik, 8 siswa memperhatikan presentasi kelompok lain, 9 siswa menanggapi hasil presentasi kelompok lain, 10 siswa dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Adapun hasil observasi yang dilakukan yaitu pada siklus I siswa termasuk dalam kategori rendah sebanyak 14,28 dan dalam kategori sedang sebanyak 85,72. Pada siklus II hasil belajar aspek afektif mengalami peningkatan yaitu sebanyak 42,85 siswa termasuk dalam kategori tinggi dan 57,15 siswa termasuk dalam kategori sedang. Hasil belajar pada ranah afektif dapat dikatakan baik karena mengalami peningkatan walaupun tidak sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu sebanyak 75 siswa yang mencapai kategori tinggi.