Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan terdapat enam hal yang akan diuraikan oleh peneliti. Enam hal yang diuraikan dalam bagian pendahuluan adalah latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari beberapa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Humanities, yang mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat Suderadjat, 2004: 49 sedangkan pengertian IPS yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD MI SDLB sampai SMP MTs SMPLB. Ada 4 hal yang dikaji dalam IPS yaitu seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi melalui mata pelajaran IPS peserta didik dapat menjadi warga Negara yang bertanggung jawab dan cinta damai KTSP, 2007: 237. Menurut Sumaatmadja 2006 tujuan pendidikan IPS adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara .” Pernyataan tujuan pendidikan IPS yang dikemukakan oleh Sumaatmadja merupakan cakupan pendidikan IPS. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS dalam KTSP 2007 yaitu agar peserta didik; “1 mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2 memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3 memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4 memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.” Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPS dalam KTSP, subyek dari kegiatan pembelajaran IPS adalah peserta didik. Namun, pada kenyataannya seperti yang diungkapkan oleh Sukmadinata 2007 bahwa konsep mengajar adalah proses menyampaikan materi pelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Siswa dianggap sebagai individu yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga melalui proses pengajaran mereka dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan guru. Sepaham dengan Sukmadinata, Sanjaya 2007 berpendapat bahwa dalam perkembangan selanjutnya, mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek kognitif pengetahuan relatif mengutamakan eksplorasi pada salah satu segi siswa semata dalam artian kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotor siswa. Efek dari kegiatan ini mengakibatkan prestasi siswa kurang optimal karena siswa hanya sebagai penerima informasi atau pengetahuan dari guru dan berkembang secara aspek kognitif saja. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS kelas VB di SD Kanisius Sengkan pada tanggal 20 September 2012, terungkap bahwa beliau kesulitan dalam mengajarkan mata pelajaran IPS yang berkaitan dengan fakta peristiwa Kensi Jati, komunikasi pribadi, 20 September 2012. Lebih lanjut, guru mengungkapkan bahwa masalah yang dihadapi beliau adalah pada keterbatasan guru dalam merangkai serta menerapkan media pembelajaran selain media buku pelajaran dan Lembar Kerja Siswa LKS dari salah satu penerbit. Padahal di sekolah sudah terdapat fasilitas ruang Baca sekaligus ruang Audio-Visual dengan 1 satu viewer yang tergantung di langit-langit ruangan, laptop dan 2 dua viewer yang terdapat di lemari ruang Guru yang dapat digunakan sebagai sarana dan media pembelajaran. Namun pada kenyataannya sarana dan media pembelajaran yang ada jarang digunakan oleh guru dan perawatannya pun kurang diperhatikan terbukti dengan viewer yang ada di ruang Baca sekaligus ruang Audio-Visual tersebut dijadikan sarang oleh semut. Penerapan media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah jarang digunakan oleh guru dengan alasan bahwa menggunakan media itu repot dan memerlukan persiapan. Hal ini dipertegas oleh alasan beliau yang bertindak juga sebagai wali kelas VI yang memiliki keterbatasan waktu sehingga sulit untuk mempersiapkan media pembelajaran selain buku pelajaran IPS dan LKS. Guru kesulitan dalam mengajarkan materi pembelajaran dan belum digunakannya media pembelajaran yang lain selain buku pelajaran dan LKS yang mengakibatkan siswa sulit memahami materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Hal ini berdampak pada prestasi yang diperoleh oleh siswa dan dibuktikan dengan dokumentasi data nilai IPS yang peneliti peroleh dari guru. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Sengkan tahun 20122013 adalah 68. Siswa dikategorikan tuntas jika mencapai nilai 68 atau lebih. Berdasarkan data nilai IPS dari guru untuk nilai ulangan harian IPS I di semester ganjil tahun pelajaran 20122013 jumlah siswa yang sudah mencapai KKM atau lebih ada 17 dari 32 siswa, dengan persentase 53,12 dan rata-rata nilai ulangan harian IPS I adalah 65,31 lampiran 9 halaman 264 . Pada ulangan harian IPS II di semeseter ganjil tahun pelajaran 20122013 diperoleh data jumlah siswa yang sudah mencapai KKM atau lebih ada 13 dari 32 siswa, dengan persentase 40,63 dan rata-rata nilai ulangan harian IPS II adalah 59,56 lampiran 9 halaman 266 Hasil Ujian Tengah Semester UTS pada semester ganjil tahun pelajaran 20122013 diperoleh informasi jumlah siswa yang sudah mencapai KKM atau lebih ada 18 dari 32 siswa, dengan persentase 56,25 dan rata-rata nilai UTS IPS adalah 67,91 lampiran 9 halaman 268. Berdasarkan seluruh data nilai tersebut, rata-rata presentase jumlah siswa yang sudah mencapai KKM atau lebih pada mata pelajaran IPS adalah 50 dan rata-rata nilai IPS adalah 64,26. Selanjutnya peneliti melakukan observasi di kelas untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam Proses Belajar Mengajar PBM IPS di kelas VB SD Kanisius Sengkan pada hari Kamis, 25 Oktober 2012, siswa terlihat kurang memiliki motivasi belajar pada mata pelajaran IPS terlihat pada sebagian siswa yang tidak menunjukkan indikator siswa termotivasi. Indikator siswa termotivasi belajar adalah 1 memiliki keinginan belajar, 2 ulet dalam menghadapi tugas, dan 3 memiliki tujuan belajar Aritonang 2008; Sardiman 2001: 18. Keinginan belajar siswa terhadap pelajaran IPS masih relatif rendah. Hal ini terbukti saat dimulainya pembelajaran IPS, sebagian besar siswa laki-laki mengobrol kemudian yang lainnya ikut mengobrol juga dan ada satu siswa laki-laki yang berjalan-jalan di kelas ketika guru mulai menjelaskan materi pelajaran. Keuletan siswa dalam menghadapi tugas pun relatif rendah. Hal ini terbukti ketika guru memberikan tugas memberikan LKS 8 siswa mengeluh malas mengerjakan. Selama PBM IPS di kelas guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi yang ada di buku pelajaran yang dimiliki siswa. Apabila siswa sudah tidak memperhatikan penjelasan guru maka guru akan menegur siswa untuk diam. Hal ini membuktikan bahwa siswa belum memiliki tujuan belajar karena mereka diam jika ditegur oleh guru. Di akhir aktivitas pembelajaran, guru memberikan tugas kelompok untuk membuat slide powerpoint. Pembagian kelompok dilakukan guru dengan penghitungan dari 1 sampai 7 dan dimulai dari barisan depan ke arah kanan dan berlanjut sampai ke barisan belakang. Ada 3 siswa, 1 siswa perempuan di barisan belakang dan 2 siswa laki-laki di barisan depan, yang sudah mulai menghitung. Ketika guru mulai memberikan pengarahan tentang tugas kelompok yang harus siswa lakukan, siswa mulai memberikan pertanyaan kepada guru. Hal ini dibuktikan dengan kalimat yang diungkapkan seorang siswa:”Bu, tugas ini dikumpulkan minggu depan?” Dan ada pula yang bertanya:”Bu, saya boleh membuat powerpoint-nya di Lab. Komputer pas istirahat?”. Guru pun menjawab pertanyaan siswa:”Boleh, tapi minta ijin dulu sama Bu Tyas ya.” Bu Tyas adalah guru mata pelajaran Teknologi dan Informasi Komputer. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa siswa memiliki keinginan belajar, ulet menghadapi tugas dan memiliki tujuan belajar bila menggunakan media yang menarik perhatian mereka. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner motivasi belajar kepada siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan pada tanggal 11 Maret 2013. Kuesioner meliputi tiga indikator motivasi belajar yaitu memiliki keinginan belajar, ulet menghadapi tugas dan memiliki tujuan belajar. Hasil perhitungan kuesioner motivasi belajar IPS siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan pada kondisi awal diperoleh data jumlah siswa yang memiliki keinginan belajar ada 14 dari 32 siswa, dengan persentase 43,75, siswa yang ulet menghadapi tugas ada 17 dari 32 siswa, dengan persentase 53,12 dan siswa yang memiliki tujuan belajar ada 16 dari 32 siswa, dengan persentase 50 lampiran 10 halaman 270. Pada saat wawancara awal, guru berkeinginan untuk membuat media pembelajaran berbasis Ilmu Teknologi IT agar siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPS. Menurut Sadiman 2009: 8 ada bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman cone of experience dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu . Hamalik dalam Arsyad 2009: 15 mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, dokumentasi data nilai, paparan hasil observasi PBM IPS di kelas yang telah peneliti amati dan hasil perhitungan kuesioner motivasi belajar serta sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas VB SD Kanisius Sengkan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS dengan menggunakan media audio-visual. Peneliti akan menggunakan media audio-visual untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Peneliti memilih media audio- visual karena selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi Azhar 2009: 16. Penggunaan media audio-visual telah terbukti meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mukhoyyaroh 2009 membuktikan bahwa media audio-visual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SDI Wahid Hasyim Selokajang Kabupaten Blitar.

1.2 Batasan Masalah