Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur menggunakan media visual tahun ajaran 2012/2013.

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

2013

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

2013

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

2013


(2)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah Sederhana ini, penulis persembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan membantu disetiap langkah ku.

Bapakku, Petrus Ari Muryanto dan Ibuku, Catharina Sudarmi tercinta, kalian adalah semangat dan pendukung ku.

Bu Catur Rismiati dan Bu Eny Winarti yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan yang baru, serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Yulius Ganny Akbar Hartono, yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2009 di kampus Sanata Dharma. Bulik Chris, Pak Toto, Mbak Kiwik serta saudara-saudaraku tercinta, yang selalu mengingatkan ku.

Sahabat-sahabatku (Ratna, Ika, Tika, Puspa, Febri, dan Aries) yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya.


(6)

v MOTTO

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu Dan janganlah bersandar kepada Pengertianmu sendiri

Akuilah Dia dalam segala lakumu Maka Ia akan meluruskan jalanmu

(Amsal 3:5-6)

Takut akan TUHAN

Adalah permulaan pengetahuan Tetapi orang bodoh menghina

Hikmah dan didikan (Amsal 1:7)

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin Dan hari esok adalah HARAPAN


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

Setyaningsih, Novita. 2013. PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN 2012/2013. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelasV SD Kanisius Condongcatur dan mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi adalah kuesioner, yang diukur melalui 3 indikator motivasi yaitu (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Kuesioner tersebut diberikan sebelum penelitian (kondisi awal) dan pada akhir pertemuan (capaian). Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar yaitu soal objektif dengan bentuk pilihan ganda. Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 3 kali pertemuan, setiap pertemuan alokasi waktunya 3 x 40 menit.

Media visual yang digunakan yaitu melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kondisi awal untuk indikator I yaitu memiliki keinginan belajar ada 15 siswa (57,7%) menjadi 23 siswa (88,5%). Indikator II yaitu ulet menghadapi tugas ada 15 siswa (57,7%) menjadi 22 siswa (84,62%). Indikator III yaitu memiliki harapan dan cita-cita ada 17 siswa (65,4%) menjadi 24 siswa (92,3%). Selanjutnya media visual yang digunakan dengan cara menunjukkan gambar-gambar dan membuat bagan sederhana ketika mempelajari materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam satu kelas dari data kondisi awal yaitu 10 siswa (38,5%) yang mencapai KKM, setelah dilaksanakan siklus I menjadi 23 siswa (88,5%) yang mencapai KKM.


(10)

ix ABSTRACT

Setyaningsih, Novita. 2013. THE ENHANCEMENT OF MOTIVATION AND SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT ON FIFTH GRADERS KANISIUS CONDONGCATUR ELEMENTARY SCHOOL BY USING VISUAL MEDIA CLASS YEAR 2012/2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University

This research aimed to find out the using of visual media as an effort to enhance Social Science motivation on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School and to find out the using of visual media in enhancing Social Science learning achievement on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School. The research methodology that used was classroom action research. The participants of the research were the fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School class year 2012/2013; 26 students consisted of 13 female students and 13 male students.

Instruments that were used to measure the motivation was questionnaire, which measured through three motivation indicators; (1) having learning willingness (2) being diligent to face the assignments (3) having learning purpose. Those questionnaires given before the research (in the beginning of condition) and in the last meeting (achievement). Then, the instrument used to measure the learning achievement was objective questions in a form of multiple choices. This research done in one cycle (cycle 1) with three meetings. Indeed, every meeting allocated 3 x 40 minutes.

The visual media that were used through students’ activities in learning could enhance students’ motivation. It was shown by the beginning of condition for indicator 1; having learning willingness consisted of 15 students (57,7%) into 23 students (88,5%). Indicator II; being diligent to face the assignments consisted of 15 students (57,7 %) into 22 students (84,62%). Indicator III; having hope and dream consisted of 17 students (65,4%) into 24 students (92,3%). After that, the visual media that used by showing the pictures and making an ordinary scheme in learning the material can enhance students’ learning achievement. Actually, it shown by the number of students who reached standard score (KKM) in a class from the first condition; 10 students (38,5%) who reached KKM. After having cycle 1, it changed into 23 students (88,5%) who reachedKKM.

Keywords: learning motivation, learning achievement, Social Science, and visual media


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua anugrah serta kesempatan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Condongcatur Menggunakan Media Visual Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini lahir dengan adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Catur Rismiati, S.Pd., MA., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Guru Dasar Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan dan motivasi sehingga terciptanya skripsi ini.

4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga terciptanya skripsi ini.

5. R. Sutamta, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Condongcatur yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. MM. Lega Primasari, S.Pd., selaku wali kelas V SD Kanisius Condongcatur, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

7. Siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur Tahun Ajaran 2012/2013 yang telah berkenan bekerja sama dengan baik, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.


(12)

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 8

1.3 Perumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Batasan Pengertian ... 10


(14)

xiii

2.1 Kajian Pustaka... 12

2.1.1 Motivasi Belajar ... 12

2.1.2 Prestasi Belajar... 19

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21

2.1.4 Media Pembelajaran... 24

2.1.5Media Visual ... 30

2.1.6 Alat-alat Visual ... 33

2.1.7 Gambar... 33

2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas ... 34

2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan PTK... 35

2.2 Teori Belajar... 36

2.3 Penelitian-Penelitian yang Relevan... 38

2.4 Kerangka Berpikir ... 44

2.5 Hipotesis Tindakan... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis Penelitian... 48

3.1.1 Perencanaan... 50

3.1.2 Pelaksanaan ... 51

3.1.3 Observasi... 51

3.1.4 Refleksi ... 51

3.2 Setting Penelitian ... 52

3.2.1 Tempat Penelitian... 52


(15)

xiv

3.2.3 Subjek Penelitian... 52

3.2.4 Objek Penelitian ... 52

3.3 Rencana Tindakan ... 52

3.3.1 Persiapan ... 53

3.3.2 Siklus I ... 54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.4.1 Observasi... 57

3.4.2 Wawancara... 57

3.4.3 Kuesioner ... 58

3.4.4 Dokumen ... 59

3.5 Instrumen Penelitian... 61

3.5.1 Non Tes ... 61

3.5.2 Tes ... 63

3.6 Indeks Kesukaran (IK) Soal ... 65

3.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 69

3.7.1 Validitas ... 69

3.7.2 Reliabilitas ... 70

3.7.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 71

3.8 Teknik Analisis Data... 84

3.8.1 Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 84

3.8.2 Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 89

3.9 Indikator Keberhasilan ... 90


(16)

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 93

4.1 Deskripsi Penelitian ... 93

4.1.1 Siklus I ... 93

4.2 Hasil Penelitian ... 106

4.2.1 Kualitas Proses Pembelajaran ... 107

4.2.2 Kualitas Hasil Pembelajaran ... 119

4.3 Pembahasan... 122

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 134

5.1 Kesimpulan ... 134

5.2 Keterbatasan Penelitian... 135

5.3 Saran... 136


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 23

Tabel 2. Instrumen Pengumpulan Data ... 60

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi... 62

Tabel 4. Kuesioner Motivasi ... 63

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum dan Sesudah Validasi ... 64

Tabel 6. Kualifikasi Indeks Kesukaran... 67

Tabel 7. Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal ... 68

Tabel 8. Koefisien Reliabilitas ... 71

Tabel 9. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 73

Tabel 10. Kriteria Perangkat Pembelajaran ... 74

Tabel 11. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Validasi... 77

Tabel 12. Instrumen Penilaian Kuesioner Motivasi ... 77

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner... 79

Tabel 14. Kisi-kisi Kuesioner Setelah Validasi... 79

Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Validasi ... 81

Tabel 16. Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi ... 82

Tabel 17. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sesudah Validasi... 83

Tabel 18. Instrumen Penilaian Soal evaluasi... 84

Tabel 19. Kriteria Penilaian Skor Kuesioner... 85

Tabel 20. Acuan PAP Tipe I... 86

Tabel 21. Perhitungan Kuesioner Indikator I ... 86


(18)

xvii

Tabel 23. Perhitungan Kuesioner Indikator II ... 87

Tabel 24. Menentukan Golongan Motivasi Indikator II... 88

Tabel 25. Perhitungan Kuesioner Indikator III... 88

Tabel 26. Menentukan Golongan Motivasi Indikator III ... 89

Tabel 27. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 91

Tabel 28. Jadwal Penelitian ... 92

Tabel 29. Hasil Skor Motivasi Siswa ... 108

Tabel 30. Perolehan Skor Indikator I... 109

Tabel 31. Perolehan Skor Indikator II ... 111

Tabel 32. Perolehan Skor Indikator III ... 112

Tabel 33. Perhitungan Kuesioner Indikator I Siklus I ... 114

Tabel 34. Perhitungan Kuesioner Indikator II Siklus I... 116

Tabel 35. Perhitungan Kuesioner Indikator III Siklus I ... 118

Tabel 36. Hasil Prestasi Belajar Siklus I ... 120

Tabel 37. Hasil Ketercapaian Siswa Siklus I... 121


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale ... 28

Gambar 2. Skema Penelitian Relevan ... 43

Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir... 46

Gambar 4. Siklus PTK Menurut Kemmis dan MC. Taggart ... 50

Gambar 5. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan I... 96

Gambar 6. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan II ... 99

Gambar 7. Aktivitas Siswa Saat Melakukan Kuis ... 101

Gambar 8. Refleksi Siswa Pertemuan I... 104

Gambar 9. Refleksi Siswa Pertemuan II ... 105

Gambar 10. Refleksi Siswa Pertemuan III... 106

Gambar 11. Foto Pertemuan I ... 130

Gambar 12. Foto Pertemuan II... 131

Gambar 13. Foto Pertemuan III ... 132

Gambar 14. Grafik Hasil Peningkatan Motivasi ... 128


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 141

Lampiran 2. Perangkat Pembelajaran Sebelum Validasi ... 143

Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sesudah Validasi... 159

Lampiran 4. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sebelum Validasi... 238

Lampiran 5. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sesudah Validasi ... 244

Lampiran 6. Media Pembelajaran ... 250

Lampiran 7. Validitas dan Taraf Indeks Kesukaran... 283

Lampiran 8. Hasil Kualitas Proses Pembelajaran ... 293

Lampiran 9. Kualitas Hasil Pembelajaran... 307

Lampiran 10. Foto-foto Penelitian ... 312

Lampiran 11. Data Awal Motivasi Belajar Siswa... 315


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini, terdapat enam hal yang diuraikan oleh peneliti. Keenam hal tersebut, yaitu: latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan pengertian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5). Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5).

Tujuan dari pendidikan tersebut dibina mulai dari Sekolah Dasar (SD) dengan adanya program wajib belajar 9 tahun (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5). Peserta didik pada tingkat sekolah dasar akan mempelajari beberapa macam mata pelajaran yaitu: Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dari berbagai mata pelajaran tersebut, IPS mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 159).


(22)

Mata pelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar tersebut mempunyai peranan yang sangat penting. Hal tersebut ditunjukkan dengan mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 159). Oleh karena itu, mata pelajaran IPS bertujuan agar mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Selain itu IPS di tingkat sekolah, pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan perpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2009: 12). Dari tujuan mata pelajaran IPS tersebut, IPS sangatlah penting untuk dipelajari mulai dari sekolah dasar, karena IPS berhubungan dengan manusia serta lingkungan yang dinamis.

IPS sangat berhubungan dengan manusia serta lingkungan yang dinamis. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus diberikan melalui pendekatan siswa aktif agar pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Pendekatan siswa aktif atau lebih dikenal dengan nama Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ini didasari pada keyakinan pada hakekat belajar (Gora dan Sunarto, 2009: 9). Hekekat belajar dalam


(23)

PAKEM berarti proses membangun makna/ pemahaman, oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Oleh karena itu, siswalah yang harus aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai pemantau dan menciptakan suasana pembelajaran agar semua siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

Namun demikian, pembelajaran PAKEM seperti yang dipaparkan di atas belum tentu terjadi pada realita pembelajaran yang ada di sekolah, misalnya di SD Kanisius Condongcatur. Berdasarkan observasi di kelas V pada hari Kamis, tanggal 17 Januari 2013, pembelajaran yang terjadi di kelas tidak efektif. Ada 3 siswa yang tidak membawa buku paket IPS, ada 2 siswa yang terlihat melamun, ada 1 siswa yang sibuk menggambar, ada 4 siswa yang duduk di belakang dan tidak memperhatikan guru pada saat pelajaran, dan ada 16 siswa yang cukup memperhatikan guru ketika menjelaskan materi. Pada pembelajaran ini, guru terlihat sangat mendominasi pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi yaitu ceramah, dan tanya jawab. Guru tidak menggunakan media apapun untuk memperjelas materi yang dijelaskan. Selain itu, pada saat mengikuti pembelajaran, siswa hanya duduk diam, mendengarkan, kemudian mencatat materi yang ditulis oleh guru di papan tulis.

Peneliti tidak hanya melakukan observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, tetapi juga melakukan wawancara dengan siswa dan guru kelas V. Wawancara tersebut berlangsung pada tanggal 1 Febuari


(24)

2013. Siswa berinisial N tersebut berkata, “Saya sering merasa bosen ketika pelajaran IPS, karena materinya sangat banyak dan saya kesulitan untuk memahami ataupun mengingat”,jawab siswa ketika peneliti bertanya tentang pembelajaran IPS (siswa, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS karena materinya sangat banyak. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan untuk memahami ataupun mengingat materi IPS. Selanjutnya, siswa berinisial N juga berkata, “ketika pelajaran IPS, biasanya hanya dijelaskan, kemudian kami mencatat, dan dihafalkan”, jawaban siswa ketika peneliti bertanya tentang bagaimana proses pembelajaran IPS berlangsung (siswa, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, proses pembelajaran IPS yang berlangsung berpusat pada guru (dijelaskan), siswa mencatat dan menghafalkan. Guru tidak menggunakan media apapun dalam proses pembelajaran IPS. Selain siswa yang berinisial N, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa berinisial H dan L, mereka menyukai IPS, tetapi apabila peneliti melihat hasil ulangan yang mereka peroleh, siswa berinisial N memperoleh nilai 43, siswa berinisial H memperoleh nilai 52, dan siswa berinisial L memperoleh hasil 57. Dari hasil perolehan nilai ulangan ketiga siswa tersebut, hasil nilai yang diperoleh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60.

Selain wawancara dengan siswa kelas V, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V. Guru tersebut berkata, “ketika pelajaran berlangsung, siswa kelas V sering ramai dan tidak mendengarkan ketika saya


(25)

menjelaskan, kemudian ketika diberi tugas rumah, ada 3 atau 4 siswa yang sering lupa tidak mengerjakan dengan berbagai alasan, seperti tidak tahu kalau ada PR, buku ketinggalan di rumah, dan sebagainya”, jawab guru ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran IPS. Dari wawancara tersebut, peneliti memperoleh informasi bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa kelas V yang ramai, tidak mendengarkan ketika guru menjelaskan, dan sering lupa apabila ada tugas rumah. “Biasanya saya duduk diam, dan tidak lama kemudian siswa yang ramai, akan melihat saya dan diam. Selain itu, apabila siswa yang ramai, sulit dinasehati, saya akan berkata, kalian boleh ramai, asalkan nilai kalian besok pada saat ulangan 100”, jawab guru ketika peneliti bertanya cara mengatasi siswa yang ramai (guru kelas, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, peneliti memperoleh informasi tentang cara guru mengatasi siswa yang ramai, yaitu dengan cara duduk diam, dan ketika siswa masih ramai, guru mengijinkan ramai asalkan pada saat ulangan memperoleh nilai 100.

Dari hasil observasi saat pelajaran berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa, terlihat bahwa motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS itu rendah. Motivasi siswa tersebut, dapat dilihat melalui 3 indikator motivasi yang peneliti susun dari ketiga ahli. Ketiga indikator motivasi tersebut, yaitu; (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Dari indikator yang pertama, siswa tidak secara maksimal terlihat memiliki keinginan belajar. Hal tersebut terlihat ketika siswa tidak


(26)

memperhatikan guru saat menjelaskan. Pada indikator yang kedua siswa kurang memiliki keuletan dalam menghadapi tugas. Hal tersebut terlihat saat siswa sering lupa mengerjakan tugas rumah. pada indikator ketiga, siswa kurang memiliki tujuan belajar. Hal tersebut terlihat saat pelajaran berlangsung, siswa tidak fokus memperhatikan pembelajaran, dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Motivasi siswa yang rendah juga didukung dari hasil kuesioner yang peneliti berikan kepada siswa. Dari hasil kuesioner tersebut, terlihat bahwa motivasi siswa dalam mata pelajaran IPS rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil perolehan pada masing-masing indikator. Indikator I ada 15 siswa (57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator II ada 15 siswa (57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator III ada 17 siswa (65,4%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa.

Selain melihat hasil dari kuesioner pada kondisi awal, peneliti juga melihat dari dokumen semester gasal. Hasil observasi dokumen semester gasal menunjukkan bahwa hasil rata-rata ulangan harian seluruh siswa kelas V tahun 2012/2013 sebanyak 26 siswa adalah 60. Ditinjau dari ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebanyak 16 siswa dari 26 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 60. Dari hasil observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa (61,5%) yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan terdapat 10 siswa (38,5%) yang lolos KKM.


(27)

Peneliti tidak hanya melihat hasil dokumen semester gasal tahun 2012/2013, tetapi juga melihat pada tahun sebelumnya 2011/2012, yaitu dengan rata-rata ulangan harian sebanyak 21 siswa adalah 45. Sementara itu, ditinjau dari ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebanyak 16 siswa dari 21 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 60. Dari hasil observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa (76,2%) yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan 5 siswa (23,8%) yang lolos KKM.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, kelas V SD Kanisius Condongcatur perlu mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Siswa sulit untuk memahami materi IPS yang terlalu banyak dan hasil belajar yang belum maksimal. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Mustofa (2001). Penelitian tersebut membuktikan bahwa media cetak (surat kabar, majalah dan gambar) dinilai oleh siswa mengasyikan dan menyenangkan, karena mereka tidak cepat bosan dan perhatian siswa pun menjadi lebih besar pada pelajaran. Melihat dari artikel tersebut, maka peneliti mengusulkan untuk menggunakan media dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS.

Salah satu media yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar adalah media visual. Arsyad (2009) berpendapat bahwa media visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat mempermudah pemahaman (misalnya


(28)

melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Ada 4 bentuk visual, misalnya: gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda. Selain itu, diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi dan struktur materi. Peta juga termasuk dalam visual yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. Di samping itu, grafik seperti tabel, grafik dan chart(bagan) yang menyajikan gambaran atau kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka (Arsyad, 2009: 91-92).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Condong Catur Menggunakan Media Visual Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memberi batasan masalah mengenai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menggunakan media visual. Penelitian ini dilaksanakan dengan berfokus pada meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013 menggunakan media visual.


(29)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan:

1.3.1 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.3.2 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk:

1.4.1 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.4.2 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui bagaimana suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam


(30)

pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS. Selain itu, peneliti memperoleh pengalaman baru yang kelak dapat menjadikan bekal dalam mengajar, khususnya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

1.5.2 Bagi Pendidik

Bagi pendidik bidang studi IPS, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengajar agar dapat mengembangkan kemampuan dalam menumbuhkan motivasi serta prestasi siswa dalam mata pelajaran IPS.

1.5.3 Bagi Pembaca

Penulisan proposal PTK ini, diharapkan dapat menjadi contoh dan referensi, serta dapat membantu para pembaca dalam pembuatan proposal PTK yang hampir sama dengan penelitian ini.

1.6 Batasan Pengertian

Untuk menyamakan pemahaman atau persepsi, berikut penulis jelaskan pengertian-pengertian yang dianggap penting dalam PTK ini:

1.6.1Motivasi

Motivasi adalah keseluruan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang hendak dicapai oleh subjek belajar itu tercapai.


(31)

1.6.2 Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah nilai atau hasil yang diperoleh dari tes di akhir siklus.

1.6.3 Media

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti grafis, photografis, tv, radio,slidebahkan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar.

1.6.4 Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti buku, radio, televisi, koran, majalah dan sebagainya.

1.6.5 Visual

Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan. 1.6.6 Media Visual

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan atau media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara.


(32)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Bab II ini, terdapat lima hal yang diuraikan oleh peneliti. Kelima hal tersebut berisi: kajian pustaka (motivasi belajar, prestasi belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), media pembelajaran, media visual, alat-alat visual, gambar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)), teori belajar, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak, yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2008: 73). Menurut Mc. Donald (dalam bukunya Sardiman, 2008), motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Sardiman (2008: 73) motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu.

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh penguasaan kompetensi baru secara permanen sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan


(33)

lingkungannya (Gora dan Sunarto, 2010: 15). Sedangkan menurut Morgan (dalam bukunya Mustaqim, 2008: 33) “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience” sedangkan menurut Guilford (dalam bukunya Mustaqim, 2008: 34) “Learning is any change in behavior resulting from stimulation”. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian motivasi dan belajar di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya upaya dalam diri seseorang yang menjadi penggerak dan menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar yang dapat memberi arah pada kegiatan belajar tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Hasil belajar akan menjadi optimal apabila ada motivasi. Menurut Sardiman (2008: 85), ada 3 fungsi motivasi, yaitu yang pertama mendorong manusia untuk berbuat, dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Kedua yaitu menentukan arah perbuatan atau kearah tujuan yang hendak dicapai.


(34)

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Ketiga yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaan bagi tujuan tersebut.

Selain fungsi-fungsi motivasi yang sudah disebutkan, ada juga bentuk-bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi. Menurut Sardiman (2008: 92-95) ada 11 bentuk atau cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan di sekolah, yaitu: memberi angka, angka ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar hanya untuk mengejar nilai yang baik. Tetapi ada siswa yang hanya menginginkan naik kelas tanpa menginginkan nilai yang baik. Keduanya bukan merupakan pemberian nilai yang baik, karena pemberian nilai yang baik itu tidak hanya pada kognitifnya saja tetapi juga pada keterampilan dan afeksinya.

Hadiah, hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk lukisan yang terbaik, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat untuk melukis.

Saingan/ kompetisi,saingan/ kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa agar belajar. Persaingan yang dapat


(35)

dilakukan baik individu ataupun kelompok ini, dapat meningkatkan prestasi belajar.

Ego-involvement, Ego-involvement dapat menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras untuk mempertaruhkan harga dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk motivasi yang sangat penting, karena seseorang akan berusaha dengan segenap tenaganya untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

Memberi ulangan, para siswa akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan sarana motivasi, tetapi guru dalam memberikan ulangan jangan terlalu sering, karena siswa akan menjadi bosan dan seperti rutinitas. Selain itu, guru juga harus terbuka kepada siswa apabila akan ada ulangan.

Mengetahui hasil,dengan mengetahui hasil pekerjaan yang diperoleh itu meningkat, maka siswa menjadi terdorong untuk lebih giat belajar lagi agar hasil yang diperoleh terus meningkat.

Pujian, apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu pujian harus diberikan secara tepat, karena akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta membangkitkan harga diri.


(36)

Hukuman, adalah sebagai reinforcement yang negatif tetapi apabila diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru perlu mempelajari tentang prinsip-prinsip pemberian hukuman, jangan sampai hukuman membuat siswa itu menjadi patah semangat.

Hasrat untuk belajar, hasrat untuk belajar ini berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini menjadi lebih baik, bila dibandingkan segala suatu tanpa maksud. Hasrat untuk belajar dalam hal ini berarti pada diri siswa memang ada motivasi untuk belajar, sehingga tentu hasilnya menjadi lebih baik.

Minat,minat dan motivasi sangat erat hubungannya, karena motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat. Oleh karena itu minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai minat. Minat ini dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut; membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman masa lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang hendak dicapai yang dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Selain bentuk atau cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan di sekolah, ada konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku


(37)

seseorang, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) seseorang senang terhadap sesuatu, apabila rasa senang tersebut dapat dipertahankan, maka akan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan, dan (2) apabila seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan, maka biasanya orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut (Uno, 2007: 8). 2.1.1.1 Jenis Motivasi

Jenis motivasi dalam belajar dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi ekstrinsik, dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri (Yamin, 2007: 226). Sedangkan menurut Sardiman (2008: 90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Menurut Winkel (dalam bukunya Yamin, 2007: 227-228) ada 6 bentuk motivasi ekstrinsik, yaitu: (1) belajar demi memenuhi kewajiban; (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) belajar demi meningkatkan gengsi; (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.

Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan


(38)

dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Yamin, 2007: 228). Sedangkan menurut Sardiman (2008: 89) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2.1.1.2 Indikator Motivasi

Menurut Aritonang (2008: 14) indikator motivasi yaitu; (1) ketekunan dalam belajar; (2) ulet dalam menghadapi kesulitan; (3) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; dan (4) partisipasi dalam belajar. Sedangkan menurut Sardiman (dalam Herline (2009: 81) menjelaskan indikator motivasi sebagai berikut; (1) tekun menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi tugas; (3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) lebih senang bekerja sendiri; (5) cepat bosan pada tugas-tugas rutin; (6) dapat mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepas hal yang diyakini itu; (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Selain itu, menurut Uno (2007: 23) indikator motivasi yaitu; (1) adanya hasrat dan keinginan belajar; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.


(39)

Dari ketiga ahli yang mengemukakan tentang indikator-indikator motivasi tersebut, berikut ini adalah 3 indikator yang peneliti susun, yaitu; (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Peneliti juga menyajikan diagram alur pemilihan indikator motivasi yang peneliti lakukan. Diagram alur pemilihan indikator motivasi dapat dilihat pada diagram 1.

Diagram 1. Alur Pemilihan Indikator Motivasi

Ahli A Ahli B Ahli C

2.1.2 Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1984: 64), prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 700) dijelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan

1) Ketekunan dalam belajar 2) Ulet menghadapi tugas 3) Minat dan ketajaman perhatian

dalam belajar

4) Partisipasi dalam belajar

1) Tekun menghadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan 3) Menunjukkan minat terhadap

bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Cepat bosan pada tugas-tugas

rutin

6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu

8) Senang mencari dan

memecahkan masalah soal-soal.

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

1) Memiliki keinginan belajar 2) Ulet menghadapi tugas 3) Memiliki tujuan belajar


(40)

sebagainya). Fuad Hasan (1982: 38) menyatakan bahwa prestasi adalah pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan derajat keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang diperoleh dari suatu yang telah dilakukan atau dikerjakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang dilakukan oleh guru yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar/ tes prestasi (Mulyono, 1995: 150). Sedangkan menurut Masidjo (2010: 40), prestasi belajar adalah skor atau nilai yang menunjukkan prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa dan faktor lain diantaranya situasi belajar yang diciptakan guru.

Berikut ini adalah ciri-ciri perilaku dari prestasi belajar menurut Makmun (dalam bukunya Mulyasa, 2006), yang pertama perubahan bersifat intensional, dalam hal ini pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.Kedua perubahan bersifat positif, dalam hal ini adalah yang sesuai dengan yang diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik


(41)

dipandang dari segi pendidik maupun dari segi guru. Ketiga, perubahan bersifat efektif, dalam arti ini perubahan hasil belajar itu relatif tetap, setiap saat diperlukan, dapat direproduksikan, dan digunakan seperti dalam pemecaham masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Selain ciri-ciri perilaku dari prestasi belajar, berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mulyasa (2006) yaitu, Pertama faktor eksternal, dalam pengaruh faktor eksternal ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor sosial dan non-sosial. Di dalam faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial seperti: lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial, seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya. Kedua faktor internal, dalam faktor internal ini mencakup: faktor-faktor fisiologis yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, faktor-faktor psikologis yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi.

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora (Sumaatmaja: 2003). Bidang ilmu


(42)

sosial antara lain meliputi sosiologi, ekonomi, psikologi sosial, antropologi, geografi, dan ilmu politik. Sedangkan humaniora meliputi norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan masyarakat. Menurut Maulana (2001) IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Menurut Sapriya (2009: 20) IPS merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Sedangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari Sekolah dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 159). Dari beberapa pengertian di atas, maka IPS adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa SD yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan manusia (humaniora) serta manusia dengan lingkungan alam (sosial).

Dari paparan di atas, maka dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki


(43)

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Dengan adanya tujuan-tujuan sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut, maka ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Pertama, manusia (lingkungan sosial), tempat dan lingkungan (lingkungan alam). Kedua, waktu, keberlanjutan dan perubahan. Ketiga sistem sosial dan budaya. Keempat, perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Dari ruang lingkup mata pelajaran IPS tersebut, berikut ini adalah salah satu standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada mata pelajaran IPS kelas V. SK dan KD kelas V semester 2 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan

kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan

dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.


(44)

2.1.4 Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah alat komunikasi seperti koran, majalah, televisi, film, poster, spanduk, dan sebagainya (Sanjaya: 2008). Sependapat dengan pengertian di atas, media adalah suatu prangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi (Yamin, 2007: 197).

Rossi dan Breidle dalam (bukunya Sanjaya, 2008: 204) mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti: radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”. Alat-alat seperti: radio, televisi, buku, koran, majalah, dan lain sebagainya, apabila digunakan dan di program untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.

Berikut ini adalah fungsi dan manfaat dari media pembelajaran (Sanjaya, 2008: 207), yaitu yang pertama menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. Media pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah seperti hasil dari objek, kemudian diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut dapat disimpan dan dapat digunakan ketika diperlukan. Seperti dalam pembelajaran IPS, dapat menggunakan berbagai macam media yang dapat mengabadikan suatu objek dan dijadikan sebagai media yang menarik untuk diberikan kepada siswa. Kedua, memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu. Melalui media pembelajaran ini, guru dapat


(45)

menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa dan dapat menghilangkan verbalisme. Ketiga, menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media ini dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Keempat, media pembelajaran memiliki nilai praktis, yaitu media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan media juga dapat mengatasi batas ruang kelas.

Dilihat dari fungsi dan manfaat dari media pembelajaran, maka media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), apabila dilihat dari sifatnya, yaitu (Sanjaya, 2008: 211):

a. Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio atau rekaman suara.

b. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film,slidesuara, dll.


(46)

a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak seperti televisi dan radio.

b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti filmslide, film, video, dan lain-lain.

Apabila dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, yaitu:

a. Media yang diproyeksikan, seperti: film, slide, film strip, transparansi, dan lain-lain.

b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan, radio, dan lain-lain.

Dari klasifikasi media pembelajaran di atas, apabila dilihat dari sifatnya, penulis menggunakan media visual dalam penelitian ini, kemudian apabila dilihat dari kemampuan jangkauannya adalah media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti gambar atau foto, kemudian apabila dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, yaitu media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan dan lain sebagainya.

Selain klasifikasi media pembelajaran, adapula lima prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran (Sanjaya, 2009: 224), yaitu:

a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam pemilihan media ini adalah tujuan yang bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik. Tetapi tidak ada


(47)

satu media yang memuat semua tujuan tersebut, karena media memiliki karakteristik tertentu.

b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Pemilihan media ini tidak didasarkan pada kesenangan atau sebuah selingan, melainkan menjadi bagian integral dalam keseluruan proses pembelajaran untuk meningkatkan keefektivitas dan efisiensi pembelajaran siswa.

c. Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini, guru harus mengetahui karakteristik setiap siswa, karena tidak semua media cocok untuk masing-masing siswa.

d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru. Dalam pemilihan media ini, guru harus mampu mengenali karakter setiap siswa dan kemampuan guru itu sendiri serta prosedur penggunaan media yang telah dipilih.

e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.Dalam penggunaan media, guru harus mengetahui lingkungan serta fasilitas apa saja yang ada agar penggunaan media dapat tercapai sesuai yang diharapkan

Sesuai dengan pemilihan media yang tepat, Edgar Dale juga mengemukakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak (Sadiman, 2009: 8). Klasifikasi tersebut


(48)

dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale. Kerucut pengalaman E. Dale dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale (Sardiman, 2009: 8)

Selanjutnya, uraian pada setiap pengalaman belajar seperti yang digambarkan dalam kerucut pengalaman tersebut, akan dijelaskan di bawah ini (Sanjaya, 2008: 200):

1. Pengalaman langsung, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil aktivitasnya sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Dari pengalaman secara langsung ini, maka ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkret, sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi.

2. Observasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil pengalamannya. Melalui observasi ini, siswa akan menjadi lebih mengingat tentang kegiatan yang dilakukannya.


(49)

3. Partisipasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa dengan ikut serta dalam kegiatan. Melalui partisipasi ini, siswa memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.

4. Demonstrasi, merupakan teknik penyampaian informasi melalui peragaan. Melalui demonstrasi ini, siswa dapat melihat peragaan dari orang lain.

5. Wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata ini, siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi.

6. Tv, pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, sebab televisi hanya sebagai perantara.

7. Film, merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu. Melalui film ini, siswa dapat belajar sendiri, walaupun masih terbatas.

8. Radio, merupakan pengalaman belajar yang lebih abstrak dibandingkan dengan film, karena dengan radio ini, siswa hanya dapat mendengarkan.

9. Visual, merupakan pengalaman belajar yang abstrak, hampir sama dengan radio. Melalui visual ini, siswa dapat melihat, tetapi tidak terdapat suara di dalamnya.


(50)

10. Simbol visual, merupakan lambang visual seperti grafik, bagan, dan bagan. Selain sebagai alat komunikasi, lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa.

11. Verbal, merupakan pengalaman belajar yang sifatnya lebih abstrak, karena pengalaman hanya melalui bahasa baik secara lisan maupun tulisan.

Dari kerucut pengalaman yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk menggunakan media visual dalam pembelajaran. Peneliti memilih media visual karena visual merupakan tingkat pengalaman yang termasuk dalam kriteria tinggi untuk membantu siswa dalam memahami materi dari yang konkret menjadi abstrak.

2.1.5 Media Visual

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media dalam proses belajar mengajar adalah alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2009: 3). Gerlach (dalam bukunya Sanjaya, 2008: 204) juga berpendapat “A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill and attitude”. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.


(51)

Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan, berdasarkan penglihatan dan bentuk sebuah metode pengajaran bahasa (Fakih, 2001: 81). Menurut Sanjaya (2008: 211) visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dan tidak bisa didengar. Dari kedua pengertian di atas, maka visual adalah sesuatu yang dapat dilihat saja (tidak mengandung unsur suara).

Dari pengertian media dan visual, maka media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Menurut Yudhi (2010: 81) media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan atau media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara.

Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam media visual, yaitu (Yudhi, 2010: 81):

a. Garis, yaitu kumpulan dari titik-titik. Ada beberapa jenis garis, diantaranya adalah: garis lurus horizontal, garis lurus vertikal, garis lengkung, garis lingkar, dan garis zig-zag.

b. Bentuk, merupakan sebuah konsep simbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis-garis-garis-garis dengan konsep-konsep lainnya.

c. Warna, digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan dan juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.

d. Tekstur, digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus dan juga untuk memberi penekanan seperti warna.


(52)

Selain unsur-unsur yang terdapat dalam media visual, berikut ini adalah karakteristik dari media visual, yaitu:

a. Gambar, dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sketsa, lukisan dan photo. Sketsa yaitu gambar sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistik seseorang tentang suatu objek atau situasi. Photo yaitu gambar hasil pemotretan atau photografi.

b. Grafik, adalah gambar sederhana yang banyak sedikitnya merupakan penggambaran data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti.

c. Diagram, merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta daripada gambar.

d. Bagan, hampir sama dengan diagram, perbedaannya adalah bagan lebih menekankan pada suatu perkembangan atau suatu proses atau susunan suatu organisasi.

e. Peta, adalah gambar permukaan bumi. Secara langsung atau tidak langsung peta mengungkapkan banyak informasi seperti lokasi suatu daerah, luasnya, bentuknya, penyebaran penduduknya, daratan, perairan, iklim, sumber ekonomi, serta hubungan satu dengan yang lain.


(53)

2.1.6 Alat-alat Visual

Alat-alat visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga (Hamzah, 1981: 27). Alat-alat visual, terbagi menjadi dua, yaitu:

 Alat-alat visual dua dimensi

Alat-alat dua dimensi terbagi mmenjadi dua, yaitu (1) alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan. Contohnya: gambar di atas kertas atau karton, grafik, diagram, bagan, poster, gambar hasil cetak saring dan foto. (2) alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan. Contohnya: lembaran transparan untuk overhead projector.

 Alat-alat visual tiga dimensi

Alat-alat visual tiga dimensi mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Contohnya: benda asli, model, alat tiruan sederhana.

2.1.7 Gambar

Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas dari pada yang diungkapkan oleh kata-kata, baik yang ditulis maupun yang diucapkan (Hamzah: 1981). Ada tujuh syarat untuk memilih gambar (Hamzah: 1981), yaitu: (1) gambar harus bagus, jelas, menarik, mudah dimengerti dan cukup besar untuk dapat memperlihatkan detail; (2) apa yang tergambarharus cukup penting dan cocok untuk hal yang sedang


(54)

dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi; (3) gambar harus benar atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa, jika dilihat dalam keadaan yang sebenarnya; (4) kesederhanaan, gambar yang dibuat haruslah sesederhana mungkin. Gambar yang rumit, akan mengalihkan perhatian anak-anak; (5) gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya; (6) warna walau tidak mutlak dapat meninggikan nilai sebuah gambar. Tetapi penggunaan warna yang salah akan menghasilkan pengertian yang tidak benar, oleh karena itu sebuah gambar yang hitam-putih dengan kualitas tinggi akan jauh lebih baik; (7) Ukuran perbandingan sangatlah penting, agar tidak menimbulkan pengertian yang salah.

Selain syarat-syarat pemilihan gambar, ada beberapa kelebihan dari gambar, yaitu: (1) gambar mudah diperoleh, bisa digunting dari majalah, atau dibuat sendiri. Mudah menggunakannya, dan tidak memerlukan alat tambahan; (2) penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam proses belajar tanpa memberi kesan “show” seperti yang sering dituduhkan kepada penggunaan slaid atau film; (3) koleksi gambar dapat diperbesar terus; (4) mudah mengatur pilihan untuk suatu pelajaran, untuk penyajian jumlah gambar dapat disesuaikan dengan besarnya koleksi.

2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Sanjaya (2009: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di


(55)

dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Dari pengertian PTK tersebut, ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PTK, yaitu pertamaPTK merupakan proses, yang artinya PTK adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan menyadari adanya masalah, kemudian tindakan untuk memecahkan masalah, dan refleksi terhadap tindakan yang dilakukannya tersebut. Kedua PTK mengkaji masalah pembelajaran di dalam kelas, yang artinya berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Ketiga yaitu PTK dimulai dan diakhiri dengan refleksi diri, artinya yaitu yang melaksanakannya adalah guru sendiri. KeempatPTK dilakukan berbagai tindakan, artinya tidak hanya ingin mengetahui sesuatu, tetapi ada aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima PTK dilakukan dalam situasi nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting pembelajaran yang sebenarnya, tidak mengganggu proses pembelajaran yang sudah direncanakan.

2.1.9 Kelebihan dan kelemahan PTK

Penelitian PTK mempunyai beberapa kelebihan, yaitu (Sanjaya, 2009: 37): pertama, PTK tidak dilaksanakan oleh seseorang saja akan tetapi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak antara lain guru sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai peneliti, observasi baik yang dilakukan oleh guru lain sebagai teman sejawat atau


(56)

oleh orang lain. Kedua, kerjasama sebagai ciri khas dalam PTK, memungkinkan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif, sebab setiap yang terlibat memiliki kesempatan untuk memunculkan pandangan-pamndangan kritisnya. Ketiga, hasil atau simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak khususnya antara guru sebagai peneliti dengan mitranya, demikian akan meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Keempat, PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata. Oleh karena itu hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh guru.

Selain itu, PTK juga mempunyai kelemahan atau keterbatasan, yaitu (Sanjaya, 2009: 38): Pertama, keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peneliti atau guru itu sendiri. Kedua, PTK berangkat dari masalah praktis yang dihadapi oleh guru, dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak bersifat universal yang berlaku secara umum. Ketiga, PTK adalah penelitian yang bersifat situasional dan kondisional, yang bersifat longgar yang kadang-kadang tidak menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah secara ajeg.

2.2 Teori Belajar

Teori belajar yang berhubungan dengan media yang penulis gunakan adalah teori belajar menurut Piaget. Menurut Piaget (dalam bukunya Dahar, 2011: 137-139) tingkatan-tingkatan perkembangan intelektual setiap individu adalah sebagai berikut: (1) sensori motor (0-2 tahun); (2) pra-operasional (2-7 tahun); (3) operasional konkret (7-11 tahun); dan (4) operasional formal


(57)

(Dahar, 2011: 136-138). Tingkatan pertama yaitu sensori motor, yang menempati dua tahun pertama dalam kehidupan anak. Selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakannya (motor). Selain itu, dalam periode ini, seorang bayi tidak mempunyai konsepsi object permanen.

Tingkatan kedua yaitu pra-operasional antara umur 2-7 tahun. Pada periode ini, anak belum mampu untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi. Pada tingkat pra-operasional ini dibagi menjadi dua sub tingkat, yaitu antara usia 2-4 tahun, dan antara usia 4-7 tahun. Pada subtingkat yang pertama disebut sebagai subtingkat pralogis. Selanjutnya pada subtingkat kedua disebut sebagai tingkat berpikir intuitif. Selain itu, anak dalam tingkatan pra-operasional ini memiliki sifat egosentris. Hal tersebut berarti bahwa anak tersebut memiliki kesulitan untuk menerima pendapat orang lain. Selain itu, anak dalam tingkatan pra-operasional ini lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa dari pada transformasi dari suatu keadaan pada keadaan lain.

Tingkatan ketiga yaitu operasional konkret antara umur 7-11 tahun. Pada tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Hal ini berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Dalam tahap ini, anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak. Selain hal itu, anak pada periode ini menjadi kurang egosentris dan lebih sosiosentris dalam berkomunikasi. Proses berpikir pun menjadi kurang egosentris dan dapat menerima pendapat orang lain.


(58)

Tingkatan keempat yaitu operasional formal kira-kira usia 11 tahun. Pada periode ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Selain itu, pada periode ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkret, dan sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.

Teori belajar menurut Piaget ini sangat berhubungan dengan media yang peneliti gunakan dalam penelitian, karena dalam teori belajar ini, terdapat tingkatan-tingkatan yang jelas dalam perkembangan intelektual anak. Dengan adanya teori ini, peneliti dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, sehingga pembelajaran dapat diterima oleh siswa dengan baik.

2.3 Penelitian-Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yaitu penelitian oleh Alwi (2002) yang berjudul “Penggunaan Peta dan Globe untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS di Sekolah Dasar”. Dalam penelitian ini, rancangan yang digunakan adalah eksperimen dengan kedua kelompok subjek. Selanjutnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Percobaan Padang bidang studi IPS, dengan instrumen tes yang digunakan berbentuk objektif dengan menggunakan 4 opsi. Validitas soal yang digunakan, diuji dengan rumus Product-moment dan hasilnya menunjukkan kolerasi r = 1, 00 yang berarti instrumen tes mempunyai validitas yang tinggi.


(59)

Hasil post-tes menunjukkan bahwa untuk kelompok eksperimen n = 20, mean = 69,90, sedangkan untuk kelompok kontrol jumlah siswa = 20, mean = 58,70, deviasi standar gabungan = 32,85, t hitung = 3,10 dan t tabel = 1, 68. Berdasarkan perhitungan post-tes tersebut t hitung > dari t tabel. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa kelas kelompok eksperimen yang diajar menggunakan peta dan globe dengan siswa kelas kelompok kontrol yang diajar tanpa menggunakan peta dan globe dalam pembelajaran IPS pada taraf kepercayaan 95% sesudah eksperimen diadakan.

Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa perlakuan telah memberikan pengaruh nyata, sehingga kelompok belajar yang menggunakan media peta dan globe memberikan hasil belajar yang tinggi jika dibandingkan kelompok belajar yang tidak menggunakan media peta dan globe. Hal ini didasarkan pada perbedaan rerata post-tes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kemudian Penelitian kedua oleh Mustofa (2001) yang berjudul “Pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memotret apa adanya tentang variabel strategi pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di SD yang dilakukan oleh 15 orang guru kelas V SD. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen panduan analisis satuan pelajaran buatan guru, angket dan wawancara. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dan


(60)

dianalisis menggunakan teknik persentase sebagai kualifikasi temuan penelitiannya.

Dalam pelaksanaannya di kelas, media cetak pendukung (surat kabar, majalah, dan gambar) dinilai oleh siswa lebih mengasyikan dan menyenangkan. Selain itu, dengan menggunakan media cetak pendukung tersebut siswa tidak cepat bosan. Perhatian siswa menjadi lebih besar pada pembelajaran, karena dengan adanya informasi yang aktual dan sebagaimana yang mereka lihat, dengar dan baca dari media lain di luar pembelajaran formal di bangku sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa jenis-jenis media cetak yang digunakan meliputi buku teks, surat kabar, majalah ataupun gambar (khususnya peta dan atlas) dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN se-Kecamatan Sanan Wetan, Kotamadya Blitar. Pemanfaatan media cetak tersebut sifatnya bervariasi, karena keberadaan dan kedudukan media yang digunakan berbeda-beda.

Penelitian ketiga oleh Susanto (2010) yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan Tahun Pelajaran 2009/ 2010”. Berdasarkan hasil penelitian ini, penerapan cooperative learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, khususnya dalam materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya di SD Kanisius Gowongan tahun pelajaran 2009/2010.


(61)

Hal ini ditandai dengan naiknya nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan. Nilai rata-rata pada kondisi awal 53,69 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 69, 37 dengan persentase ketuntasan sebesar 62,5 %. Pada siklus II perolehan nilai rata-rata sebesar 81,25 dengan persentase ketuntasan sebesar 81, 25 %.

Penelitian keempat oleh Purnomo (2011) yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran2010/2011”. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dan siklus II dilaksanakan pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner, observasi, tes hasil belajar pada akhir siklus, refleksi, dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV di SD Kanisius Minggir. Peningkatan motivasi belajar dapat dilihat dari persentase motivasi belajar pada kondisi awal yaitu 70,58% dan pada akhir siklus II menjadi 75,60%. Selain itu, penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar kelas IV di SD Kanisius Minggir, khususnya pada materi perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Hal tersebut dapat


(62)

dilihat dari kondisi awal prestasi belajar siswa yang mencapai KKM sebesar 80,64%, pada akhir siklus II menjadi 100%.

Penelitian kelima oleh Hidayah (2011), yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IVA di SD Negeri Ungaran II Semester Genap Tahun Pelajaran 2010-2011”. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitiannya adalah seswa kelas IVA SD Negeri Ungaran II, sedangkan objek penelitiannya adalah model pembelajaran berbasis masalah. Selanjutnya, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu; kuesioner, observasi, tes hasil belajar, refleksi, dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri Ungaran II. Peningkatan motivasi belajar dapat ditunjukkan dengan kondisi awal motivasi belajar yaitu 13 siswa (39,39%) dan pada siklus II menjadi 29 siswa (87,88%). Selain itu, peningkatan prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan kondisi awal prestasi belajar siswa yang mencapai KKM yaitu 15 siswa (45,45%), dan pada akhir siklus II,prestasi belajat siswa menjadi 100% atau tuntas semua.

Berdasarkan lima penelitian relevan yang telah disebutkan, terdapat dua penelitian yaitu penelitian oleh Purnomo (2011) dan Hidayah (2011)


(1)

♦♣q

rst✉✈✇① ② ③rrr④

⑤✈ ②③⑥✇✈⑦✉⑥✇⑧④⑨⑩❶❷♦❸

⑤✈ ②③⑥✉ s✉⑥✇⑧ ④⑨⑩q❷⑨

❹✇ s❺❻❷♦❸❼⑨❷♣❽

❾❸❿⑩ ♣❽

❷ ♣q➀ ⑨

➁❸❿ ⑩

♣❽ ❷

q❾➀♣

⑨❶❿⑩♣❽❷q❶➀ ⑨

❶❶❿⑩♣❽❷q♦➀♣

⑤✈ ②③❼⑦✈ ②③

♣♣❼♦❸❷⑤✇ s❺✇①①❻③⑥②① ✉➂✇⑦✉

q❾ ❼

♣q ❷

➃❻③⑥②①✉➂✇⑦✉

q⑨❼q ➁❷➄➅✈➅➆①❻③⑥②① ✉➂✇⑦✉

q♦❼q❶❷➇ ➅③✇ s❺①❻③⑥②①✉➂✇⑦✉

❸❼q♣ ❷⑤✇ s❺✇①✈➅③✇ s❺①❻③⑥②①✉➂✇⑦✉

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

➈➉➉

➊➋ ➌➍ ➎➏➐ ➑ ➒➓➑➔➐➋→➎➣➑ ➋ ➌↔➑ ↕➎➙➓➏ ➣➌↔ ↔ ↔➔➣➑ ↕➎→ ➎➛➜ ➓ ➝

➞➣➟➣➌ ➠➋→➡➣➑ ↕ ➋➑

➊➋➌➣➝➋ ➍➓➑➢ ➙ ➣➌

➤➣➝ ➣➑ ➒➓➑ ↔➑ ↕➎ ➙➓➏➣➌↔ ↔ ↔

➥ ➥➦ ➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺

➉ ➥➽ ➾➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➈ ➥➈ ➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺

➚ ➥➪ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵➸➲➺➻➫➼➺ ➦ ➥➚ ➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺ ➴ ➥➦ ➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺ ➪ ➥➪ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵➸➲➺➻➫➼➺

➷ ➉➉ ➬➫➭➯➫➲➲ ➳ ➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➽ ➥➽ ➾➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➥➮ ➥➷ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵➸➲➺➻➫➼➺

➥➥ ➉➈ ➬➫➭➯➫➲➲ ➳ ➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➥➉ ➥➷ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵➸➲➺➻➫➼➺

➥➈ ➥➷ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➥➚ ➥➦ ➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺

➥➦ ➥➷ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵➸➲➺➻➫➼➺

➥➴ ➥➉ ➬➫➭➯➫➲➹➨ ➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺

➥➪ ➥➚

➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺

➥➷ ➥➦ ➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺

➥➽ ➥➦ ➧➨➩➫➭ ➯➲ ➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼➺

➉➮ ➉➉ ➬➫➭➯➫➲➲ ➳ ➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➉➥ ➉➥ ➾➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➉➉ ➉➥ ➾➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➉➈ ➉➮ ➾➳➩➵ ➸➲ ➺ ➻➫➼ ➺

➉➚ ➥➷ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵➸➲➺➻➫➼➺

➉➦ ➥➷ ➶➨➹➨➘➲ ➳➩➵➸➲➺➻➫➼➺

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

➱ ✃ ➱

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

❐ ❒ ❮

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

viii ABSTRAK

Setyaningsih, Novita. 2013. PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN 2012/2013.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelasV SD Kanisius Condongcatur dan mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi adalah kuesioner, yang diukur melalui 3 indikator motivasi yaitu (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Kuesioner tersebut diberikan sebelum penelitian (kondisi awal) dan pada akhir pertemuan (capaian). Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar yaitu soal objektif dengan bentuk pilihan ganda. Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 3 kali pertemuan, setiap pertemuan alokasi waktunya 3 x 40 menit.

Media visual yang digunakan yaitu melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kondisi awal untuk indikator I yaitu memiliki keinginan belajar ada 15 siswa (57,7%) menjadi 23 siswa (88,5%). Indikator II yaitu ulet menghadapi tugas ada 15 siswa (57,7%) menjadi 22 siswa (84,62%). Indikator III yaitu memiliki harapan dan cita-cita ada 17 siswa (65,4%) menjadi 24 siswa (92,3%). Selanjutnya media visual yang digunakan dengan cara menunjukkan gambar-gambar dan membuat bagan sederhana ketika mempelajari materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam satu kelas dari data kondisi awal yaitu 10 siswa (38,5%) yang mencapai KKM, setelah dilaksanakan siklus I menjadi 23 siswa (88,5%) yang mencapai KKM.

Kata kunci: motivasi belajar, prestasi belajar, IPS, dan media visual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix ABSTRACT

Setyaningsih, Novita. 2013. THE ENHANCEMENT OF MOTIVATION AND SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT ON FIFTH GRADERS KANISIUS CONDONGCATUR ELEMENTARY SCHOOL BY USING VISUAL MEDIA CLASS YEAR 2012/2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University

This research aimed to find out the using of visual media as an effort to enhance Social Science motivation on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School and to find out the using of visual media in enhancing Social Science learning achievement on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School. The research methodology that used was classroom action research. The participants of the research were the fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School class year 2012/2013; 26 students consisted of 13 female students and 13 male students.

Instruments that were used to measure the motivation was questionnaire, which measured through three motivation indicators; (1) having learning willingness (2) being diligent to face the assignments (3) having learning purpose. Those questionnaires given before the research (in the beginning of condition) and in the last meeting (achievement). Then, the instrument used to measure the learning achievement was objective questions in a form of multiple choices. This research done in one cycle (cycle 1) with three meetings. Indeed, every meeting allocated 3 x 40 minutes.

The visual media that were used through students’ activities in learning could enhance students’ motivation. It was shown by the beginning of condition for indicator 1; having learning willingness consisted of 15 students (57,7%) into 23 students (88,5%). Indicator II; being diligent to face the assignments consisted of 15 students (57,7 %) into 22 students (84,62%). Indicator III; having hope and dream consisted of 17 students (65,4%) into 24 students (92,3%). After that, the visual media that used by showing the pictures and making an ordinary scheme in learning the material can enhance students’ learning achievement. Actually, it shown by the number of students who reached standard score (KKM) in a class from the first condition; 10 students (38,5%) who reached KKM. After having cycle 1, it changed into 23 students (88,5%) who reachedKKM.

Keywords: learning motivation, learning achievement, Social Science, and visual media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Efektifitas penggunaan media audio visual (VCD) dan media charta terhadap hasil belajar biologi konsep sirkulasi pada hewan dan manusia siswa kelas II semester II di SMU Negeri 2 Jember tahun ajaran 2003/2004

0 20 114

Peningkatan motivasi belajar siswa kelas X melalui media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMK Karya Ekopin

0 5 96

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan.

1 10 125

Peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui media audio visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur

0 17 122

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar IPS siswa kelas V di Min Bitung Jaya

1 7 159

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Peningkatan minat dan hasil belajar IPA melalui penggunaan media pembelajaran lectora siswa kelas V SDN Timuran Tahun 2016/2017

2 4 13

Hubungan motivasi belajar dan gaya belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa mts Islamiyah Medan tahun ajaran 2017/2018 - Repository UIN Sumatera Utara

4 24 150