Nilai uji-t berpasangan perbeda rata-rata motivasi pada siklus I dengan motivasi siklus II adalah sebesar 8,250. Artinya ada
peningkatan motivasi siswa sesudah diberi tindakan dengan rata-rata peningkatan sebesar 8,250. Nilai t hitung sebesar 4,690 dengan Sig
0,00. Karena Sig 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata motivasi siswa dalam mengikuti layanan
bimbingan klasikal pada siklus I dan siklus II perbedaan. Dengan demikian, motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal
dengan menggunakan media audio visual secara meningkat signifikan. Nilai uji-t berpasangan perbeda rata-rata minat siklus II dengan
motivasi siklus III adalah sebesar -4,950. Artinya ada Peningkatan motivasi siswa sesudah diberi tindakan dengan rata-rata peningkatan
sebesar 4,950. Nilai t hitung sebesar -2,709 dengan Sig 0,014. Karena Sig 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
rata-rata motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal pada siklus II dan siklus III terdapat perbedaan. Dengan demikian,
dapat dinyatakan bahwa perlakuan memengaruhi motivasi siswa secara signifikan.
C. Pembahasan
Bimbingan klasikal menggunakan media audio visual adalah bimbingan yang dirancang untuk memberikan info kepada siswa tentang
contoh-contoh nyata berkaitan dengan materi yang diberikan. Media audio visual dalam bimbingan klasikal membantu siswa untuk menemukan nilai-
nilai hidup yang terkandung dalam media audio visual sehingga dapat meningkatkan motivasi. Media audio visual adalah suatu media yang
mengandung gerak dan suara yang dirancang oleh peneliti untuk membantu siswa mendapat informasi. Materi bimbingan yang diterima
siswa pada saat bimbingan menggunakan media audio visual membantu siswa lebih memahami materi yang diberikan.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa motivasi siswa dalam mengikuti
layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan melalui media audio visual. Media audio visual dapat membantu siswa lebih memahami materi yang
diberikan oleh peneliti, menghilangkan rasa bosan siswa, dan meningkatkan motivasi siswa. Hal ini didasarkan pada pendapat Sutikno
2008: 102-103, bahwa ada beberapa fungsi penggunaan media dalam proses belajar mengajar, di antaranya: menarik perhatian siswa, membantu
untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan, mengatasi keterbatasan ruang, pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, waktu pembelajaran bisa dikondisikan,
menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa yang mempelajari sesuatumenimbulkan gairah belajar, melayani
gaya belajar siswa yang beraneka ragam, dan meningkatkan kadar keaktifanketerlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Sanjaya 2006: 169 – 171, bahwa fungsi dan manfaat penggunaan media
pembelajaran untuk menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu dan
menambah gairah serta motivasi belajar siswa. Penggunaan media dapat menambah motivasi siswa karena melalui media siswa menjadi tertarik
memperhatikan topik atau materi. Dapat disimpulkan bahwa media audio visual mampu membangkitkan motivasi siswa saat mengikuti bimbingan.
Bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual menyebabkan siswa merasa mempunyai tujuan karena siswa diberikan
contoh nyata. Bimbingan dengan media ini membantu siswa menjadi lebih semangat dan senang untuk menungkapkan pendapat. Siswa juga lebih
mengerti langkah-langkah yang harus diambil jika mengalami permasalahan dalam hidupnya. Motivasi siswa dapat meningkat dengan
media audio visual sebab menarik, menyenangkan, dan mengambil contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Motivasi siswa kelas X A TKJ SMK Negeri 2 Depok mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari analisis angket
motivasi dan skala motivasi siswa pada setiap siklus yaitu sebagai berikut : 1. Pada siklus I siswa yang memiliki motivasi rendah R berjumlah 1
dengan persentase 3,10 dan motivasi sedang S berjumlah 7 dengan persentase 21,90. Tindakan pada siklus II motivasi siswa lebih
banyak pada kategori tinggi T dan sangat tinggi ST. Satu siswa yang memiliki motivasi sedang S saat dilakukan tindakan siklus II.
Pada skala kiraan sifat pra tindakan dan siklus I mengalami
peningkatan dengan hasil skala 69 perilaku positif dan 55 perilaku negatif setelah dilakukan siklus dengan hasil 82 perilau positif dan
35 perilaku negatif. 2. Pada siklus I persentase siswa dengan kategori tinggi T mencapai
62,50 akan tetapi peneliti belum puas karena masih ada kategori siswa yang rendah R 3,10 dan sedang mencapai 21,90. Peneliti
melakukan tindakan siklus II untuk meningkatkan siswa yang memiliki kategori rendah dan sedang. Pada skala kiraan motivasi
siklus II perilaku positif meningkat menjadi 101 dan perilaku negatif terhadap bimbingan klasikal menurun dengan hasil 15.
3. Beberapa siswa pada siklus I memiliki kategori motivasi sangat tinggi ST berjumlah 4 siswa dengan persentase 12,50 . Peneliti
melakukan tindakan II kategori motivasi sangat tinggi ST berjumlah 21 siswa dengan persentase 65,60 dan tindakan siklus III motivasi
sangat tinggi ST berjumlah 28 siswa dengan persentase 87,50 . Dengan ini motivasi siswa mengikuti bimbingan klasikal dapat
ditingkatkan menggunakan media audio visual. Pada skala kiraan motivasi siklus III perilaku positif meningkat menjadi 126 dan
perilaku negatif terhadap bimbingan klasikal menurun dengan hasil 14. Rata-rata angket motivasi siswa yang awalnya adalah 61,7 setelah
dilakukan tindakan siklus I, II, dan III menjadi 85,95. Dengan melihat rata-rata terjadi peningkatan motivasi siswa.
Berdasarkan hasil observasi motivasi siswa yang menunjukkan pada siklus I motivasi siswa masih 56,6 dengan kualifikasi “sedang” tetapi
pada siklus II motivasi siswa kelas X A TKJ SMK Negeri 2 Depok meningkat menjadi 76,6 dengan kualifikasi “tinggi”. Peneliti belum puas
dengan persentase observasi siklus II, melakukan tindakan siklus III ternyata menunjukkan peningkatan motivasi siswa 86,6 dengan
kualifikasi “sangat tinggi”. Perhatian tersebut terlihat dari siswa memperhatikan, keaktifan siswa, antusias, partisipasi, kemampuan sisiwa
menyimpulkan, mendengarkan, dan ada keinginan untuk mengikuti bimbingan klasikal sampai selesai. Siswa bersemangat dalam bimbingan
klasikal, tidak bosan, mengemukakan pendapat saat bertanya, dan siswa memperhatikan media audio visual dengan tenang.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa dapat diperoleh keterangan bahwa secara umum siswa merasa termotivasi
mengikuti bimbingan, merasa senang, dan tidak bosan dengan bimbingan klasikal menggunakan media audio visual. Menurut siswa yang
diwawancari menjadi lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh peniliti karena siswa diberikan contoh yang nyata dan menarik buat
diperhatikan. Berdasarkan data dari lembar observasi, angket, dan hasil wawancara
peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan bimbingan klasikal menggunakan media audio visual di kelas X A TKJ SMK Negeri 2 Depok berjalan lancar
sesuai rencana yang telah disusun. Selain itu, tujuan dari tindakan untuk meningkatkan motivasi siswa juga tercapai.
D. Keterbatasan Penelitian