25 b. Keandalan Relibility, berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai
dengan waktu yang disepakati. c. Daya tanggap Responsiviness, berkenaan dengan kesediaan dan
kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa
akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. d. Jaminan Assurance, yakni perilaku para karyawan mampu
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.
Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. e. Empati Empathy, berarti bahwa perusahaan memahami masalah
para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki
jam operasi yang nyaman.
D. Religiusitas
1. Pengertian Religiusitas
Religiusitas menurut
Muzakkir 2013:371
adalah sikap
keberagaman seseorang atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
26 agama. Religiusitas menurut ajaran Islam dapat diketahui melalui
beberapa aspek penting yaitu aspek keyakinan terhadap ajaran agama akidah, aspek ketaatan terhadap ajaran agama syariah atau ibadah,
aspek penghayatan terhadap ajaran agama ihsan, aspek pengetahuan terhadap ajaran agama ilmu, dan aspek pelaksanaan ajaran agama
dalam kehidupan sosial muamalah yang dipandu akhlaq al-karimah. Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual beribadah, tapi juga ketika
melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat
mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi beberapa
sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak Ancok dan Fuat, 2015:76.
Orang-orang yang mempunyai nilai religiusitas yang tinggi akan selalu berusaha patuh terhadap ajaran-ajaran agama, menjalankan ritual
agama meyakini doktrin-doktrin agama, beramal dan selanjutnya merasakan pengalaman-pengalaman beragama. Sikap religius adalah
keadaan dalam diri seseorang dapat merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupannya dengan cara
melaksanakan semaksimal perintah Tuhan dan meninggalkan seluruh
27 larangan-Nya, sehingga hal ini akan membawa ketenangan dan
ketentraman pada dirinya Muzakkir, 2013:376. 2.
Tingkat Religiusitas
Menurut Glock dan Strak dalam Ancok 2015:77-78 ada lima dimensi religiusitas, yaitu dimensi keyakinan ideologis, dimensi
peribadatan atau praktek agama ritualistik, dimensi penghayatan eksperiensial,
dimensi pengamalan
konsekuensial, dimensi
pengetahuan agama intelektual. a. Keyakinan
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan
taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga
di antara tradisi dalam agama yang sama. b. Praktik agama
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri dari dua kelas
penting, yaitu ritual dan ketaatan.
28 2 Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan
formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para
pemeluk melaksanakan.
3 Ketaatan, ketaatan atau ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dan komitmen
sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi
personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi. c. Pengalaman
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung penghaapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat
jika dikatakan bahwa seseorang beragama dangan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai
kenyataan terakhir bahwa akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman
keberagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi- sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu
kelompok keagamaan atau suatu masyarakat yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu
dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transendental. d. Pengetahuan agama
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah mengenai dasar-dasar,
29 keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Dimensi
pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi
penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga demua pengetahuan agama tidak selalu
bersandar kepada keyakinan. e. Pengamalan atau konsekuensi
Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari
hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsukuensi- konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan
atas semata-mata berasal dari agama.
3. Perilaku Religius Hablumminallah dan Hablumminannas