b. penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen tanaman
yang tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam penggantian dan penyulaman tanaman;
c. pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan-bahan
perkerasan yang sesuai; d.
pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalam taman selalu lancar;
e. perlengkapan taman yang memadai, meliputi penerangan lampu pada
malam hari, jaringan utilitas yang ada di bawah tanah yang direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan tanah.
Pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mewujudkan pemeliharaan ideal yang tidak terlepas dari elemen taman yang memilliki daya
hidup sehingga taman tetap terjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanannya. Secara umum, pemeliharaan fisik untuk tanaman meliputi
penyiraman, pemangkasan, penyiangan, pemupukan, penyapuan, pengangkutan sampah serta penyemprotan hama dan penyakit.
2.3 Permukiman
Definisi perumahan dan permukiman menurut Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992 adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung kehidupan. Lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam bentuk ukuran dengan penataan tanah dan ruang, sarana, dan prasarana
lingkungan yang terstruktur. Perumahan diartikan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan. Menurut Simonds 1983, permukiman dinyatakan sebagai kelompok
rumah yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas,
tetapi cukup besar untuk menampung fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, dan daerah penyangga. Penataan jalur hijau di dalam suatu
kawasan permukiman dapat menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya.
2.4 Lanskap Permukiman
Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi masalah ini,
pemerintah membangun berbagai sarana permukiman yang layak bagi masyarakat. Menurut Simonds 1983, permukiman merupakan kelompok-
kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas
umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, dan daerah penyangga. Lingkungan permukiman yang ideal adalah terdapatnya fasilitas-fasilitas
lokal yang tertata rapi dalam suatu kelompok hunian yang berada pada pusat permukiman, adanya hubungan antarrumah dengan hadirnya pedestrian untuk
pejalan kaki, taman yang tersebar secara radial, keterhubungan dengan lingkungan luar, dan terdapatnya akses lalu lintas yang mudah Eckbo, 1964. Tujuh
karakteristik yang harus diperhatikan dalam perencanaan kawasan permukiman agar layak dihuni menurut Chiara dan Koppelman 1990 adalah sebagai berikut:
a. kondisi tanah dan lapisan tanah;
b. air tanah dan drainase;
c. bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan;
d. bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi;
e. pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas; f.
potensi untuk pembangunan ruang terbuka; g.
bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk.
2.5 Pembangunan dan Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah suatu pola penggunaan sumber daya yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menjaga lingkungan
sehingga kebutuhan tersebut dapat dipenuhi tidak hanya di masa kini tetapi juga untuk generasi mendatang. Istilah pembangunan berkelanjutan yang paling sering
dikutip adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.
Menurut Benson dan Roe 2000, pembangunan yang berkelanjutan memiliki arti yang luas sesuai dengan cakupan bidangnya, tetapi secara umum
diartikan sebagai segala usaha yang bertujuan untuk melindungi lingkungan, meningkatkan pembangunan serta untuk memperbaiki kualitas kehidupan saat ini
dan masa depan. Secara konseptual, bidang pembangunan berkelanjutan dapat dibagi menjadi tiga bagian penyusunannya, yakni lingkungan berkelanjutan,
ekonomi berkelanjutan, dan sosial politik berkelanjutan. Dijelaskan pula oleh Kuik dan Verbrugen 1991 bahwa pembangunan
berkelanjutan merupakan sebuah konsep utama untuk mencapai suatu kebijakan lingkungan dengan mempertimbangkan untuk jangka panjang, dapat dimengerti
oleh seluruh aspek tidak terbatas pada ilmuantenaga ahli serta mempunyai sistem yang utuh.
Pengelolaan lanskap berkelanjutan adalah cara menggunakan sumber daya alam yang ada baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui agar terjadi perputaran di dalamnya sehingga dapat terus bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Dari sisi lanskap, peran arsitek lanskap sebagai
seorang ahli lingkungan baik itu seorang designer, planner, engineer, maupun manager harus dapat menciptakan dan mampu mengelola suatu bentukan lanskap
sehingga menuju pembangunan lanskap yang berkelanjutan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan, antara lain, pemanfaatan energi, penggunaan dan pengelolaan
sumber daya alam, pengelolaan limbah serta berbagai hal yang terkait untuk mempertahankan keberlanjutan suatu ekologi lingkungan sehingga dapat
meminimumkan besarnya biaya. Menurut Arifin et al., 2008 bahwa dalam membangun taman yang
berkelanjutan dari segi lingkungan dan secara estetika tidak sulit namun memerlukan perhatian yang serius.
Penerapan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan dalam pembangunan dan pengelolaan taman-taman yang ada akan
memberikan andil penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan yang sangat diperlukan bagi manusia, tanaman, dan kehidupan liar sehingga pembangunan