Pembelajaran Matematika Belajar dan Pembelajaran Matematika .1. Belajar

mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu dengan mandiri, mendengarkan, dan mengikuti petunjuk. Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar menimbulkan perubahan tingkah laku individu pembelajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne dan Berliner yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses ketika suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman Anni, 2007:2. Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman yang baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Misalnya, setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan pengetahuan ketrampilan matematikanya dimana sebelumnya ia belum dapat melakukannya. Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar selalu ditandai adanya perubahan pada diri individu yang melakukan proses belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan atau ketrampilan baru.

2.1.1.2. Pembelajaran Matematika

Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan Suherman, 2004:8. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Hakikat matematika berkaitan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang diatur menurut ketentuan yang logis. Jadi pembelajaran matematika berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak Hudojo, 2003:72. Karena itu, diperlukan simbol-simbol formal untuk membantu memanipulasi aturan- aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Simbolisasi memberikan fasilitas komunikasi dan dari komunikasi ini kita mendapat sejumlah besar informasi. Agar simbol itu berarti, kita harus memahami ide yang terkandung dalam simbol tersebut. Hal terpenting adalah bahwa ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum disimbolkan. Karena itu, belajar matematika sebenarnya dilakukan untuk mendapatkan pengertian hubungan-hubungan dan simbol-simbol yang selanjutnya mengaplikasikan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata. Sebagaimana telah dinyatakan oleh Dienes bahwa belajar matematika melibatkan struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah dibentuk sebelumnya Hudojo, 2003:83. Empat pilar pendidikan yang ditetapkan UNESCO menjadikan belajar matematika tidak sekadar learning to know fakta, skills,prinsip, dan konsep, melainkan harus ditingkatkan menjadi learning to do doing mathematics, learning to be enjoy mathematics hingga learning to live together cooperative learning in mathematics. Pilar terakhir menekankan pentingnya belajar memahami bahwa setiap orang hidup dalam suatu masyarakat dimana terjadi interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Implikasi penciptaan suasana pilar ini terhadap pembelajaran matematika, adalah memberi kesempatan kepada siswa agar bersedia bekerjabelajar bersama, saling menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat berbeda, belajar mengemukakan dan atau bersedia sharing ideas dengan teman dalam melaksanakan tugas-tugas matematika. Dengan kata lain belajar matematika yang berorientasi pada pilar ini, diharapkan dapat membuat siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dalam konteks matematika dengan teman lainnya. Oleh karena itu perlu adanya perubahan paradigma pengajaran matematika menjadi pembelajaran matematika. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, pembelajaran matematika merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat proses kinerja yang melibatkan setiap komponen secara sinergi dan fungsional yaitu kinerja guru matematika yang melibatkan potensi siswa, fasilitas dan lingkungan belajar secara optimal. Melalui pembelajaran matematika yang baik, diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman secara komprehensif dan holistik lintas topik bahkan lintas mata pelajaran jika memungkinkan tentang materi yang telah disajikan. Perhatian pemerintah dan pakar pendidikan matematika di berbagai negara termasuk Indonesia untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa tidak hanya tertuju kepada kurikulum berbasis kompetensi seperti yang digalakkan di sekolah sekarang ini. Dalam rangka mengatasi rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika, sekarang ini telah diujicobakan penggunaan pembelajaran matematika yang lebih memfasilitasi siswa untuk belajar aktif seperti yang telah dikembangkan di negara-negara maju. Berdasarkan kecenderungan pembelajaran matematika saat ini, penerapan keempat pilar UNESCO, serta pentingnya penguasaan kompetensi matematika untuk kehidupan peserta didik, telah dikeluarkan Standar Kompetensi Lulusan SKL oleh Pemerintah melalui Permen 23 Tahun 2006. Adapun SKL untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut. a Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pembelajaran matematika yang akan dikembangkan dalam penelitian ini lebih diarahkan agar peserta didik dapat menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika dan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

2.1.2 Teori Belajar yang Mendasari Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Strategi Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Mind Mapping terhadap Pemahaman Konsep

0 3 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) (PTK di SMP Negeri 2 Mo

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

6 21 57

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP.

0 0 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERINGKAS ISI BUKU CERITA.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMUKAN KALIMAT UTAMA DALAM PARAGRAF.

0 0 5

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN

2 7 10

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition ) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bengkalis

0 0 6