Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

semangat dalam menyelesaikan proyek tersebut karena dalam tahapan ini guru berusaha merangsang minat dan semangat siswa dengan menjelaskan seluruh peraturan, prosedur, dan jadwal penilaian yang akan dilaksanakan. 3. Tahap penyelidikan terbimbing dan pembuatan produk. Tahapan ketiga yaitu penyelidikan terbimbing dan pembuatan produk. Guru berperan sebagai fasilitator dalam penggunaan sumber daya dalam melakukan penyelidikan dan pembuatan produk, sedangkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya melalui pembuatan produk. 4. Tahap Kesimpulan Proyek. Tahapan terakhir, yaitu kesimpulan proyek siswa akan melakukan evaluasi, analisis dan menyimpulkan. Pada kesimpulan proyek tersebut, guru memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa penilaian ini secara akademik sesuai, maka dilakukan refleksi terhadap kegiatan untuk membuat perbaikan proyek untuk di masa depan. Tahapan project based learning ini juga memberikan pengetahuan kepada siswa bagaimana metode ilmiah digunakan dalam melaksanakan suatu proyek, yaitu dimulai dari merumuskan permasalahan, menentukan langkah-langkah, menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan, melakukan penyelidikan, membuat sebuah produk dari sebuah proyek, mempresentasikan dan mengkomunikasikan produk sebagai hasil penyelidikan, dan melakukan diskusi. Menurut Martin, guru memiliki peran yang sangat penting dalam project based learning. Karena peranan yang penting ini maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru, antara lain: 20 20 Jennifer Railsback, Project Based Instruction “Creating Excitement for Learning”, Northwest Regional: Educational Laboratory, 2002 p. 24. 1 Menganalisis tugas dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek tersebut. 2 Memfasilitasi proses analisis tugas proyek, menyiapkan rencana aktivitas, dan melaksanakan serta mengevaluasi proyek. 3 Menentukan bagaimana proyek akan memberikan kontribusi untuk proses pembelajaran siswa. 4 Memfasilitasi pengambilan keputusan, berpikir, dan kemampuan memecahkan masalah. 5 Memfasilitasi siswa untuk memperlihatkan tanggung jawab pribadi, harga diri, dan integritas. 6 Memfasilitasi pertumbuhan keterampilan interpersonal siswa, seperti bekerja sebagai tim, bekerja sama dengan anggota masyarakat, dan bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

c. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Moursund seperti dikutip Wena, ada lima keuntungan dari project based learning, yaitu: 21 1 Increased motivation. Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang. 2 Increased problem-solving ability. Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan 21 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 147. masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks. 3 Improved library research skills. Pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat. 4 Increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek mmerlukan siswa mengambangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Selain itu, Bryson dan Reyes 22 menganggap bahwa pembelajaran kolaboratif memungkinkan siswa untuk mendukung yang muncul di antara mereka, menyuarakan pendapat mereka sendiri, dan mendiskusikan pemecahan masalah. Semua keterampilan tersebut akan diperlukan dalam dunia kerja. 5 Increased resource-management skills. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

d. Perbedaan Penekanan Pembelajaran Berbasis Proyek dan

Pembelajaran Tradisional. Project Based Learning memiliki banyak perbedaan dengan model pembelajaran tradisional. Penjelasan di atas juga telah diungkapkan model kovensional yang pasif hanya belajar fakta- fakta, membaca, dan tidak konteks dengan kehidupan. 23 22 Jennifer Railsback, Project Based Instruction “Creating Excitement for Learning”, Northwest Regional: Educational Laboratory, 2002, p. 9. 23 Educational Technology Division Ministry of Education, op. cit., p. 6. Buck Institute for Education seperti dikutip Wena, 24 terdapat perbedaan antara pembelajaran tradisonal dan project based learning. Perbedaan ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Perbedaan Project Based Learning dan Pembelajaran Tradisional Aspek Pendidikan Pembelajaran Tradisional Project Based Learning PjBL Fokus kurikulum Cakupan isi Kedalaman pemahaman Pengetahuan tentang fakta Penguasaan konsep dan prinsip Belajar keterampilan “Building-Block” dalam isolasi Pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang kompleks Lingkup dan urutan Mengikuti urutan kurikulum secara ketat Mengikuti minat siswa Berjalan dari blok ke blok atau dari unit ke unit Unit-unit besar terbentuk dari problem dan isu yang kompleks Memusat, fokus berbasis disiplin Meluas, fokus, interdisipiliner Peranan guru Penceramah dan direktur pembelajaran Penyedia sumber belajar dan partisipan dalam pembelajaran Ahli Pembimbingpartner Fokus pengukuran Produk Proses dan produk Skor tes Pencapaian yang nyata Membandingkan dengan yang lain Unjuk kerja yang standar dan kemajuan dari waktu ke waktu Bahan-bahan pembelajaran Teks, ceramah, dan presentasi Langsung sumber asli, bahan-bahan tercetak, interview, dokumen, dan lain-lain Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan Data dan bahan dikembangkan oleh 24 Wena, op. cit., h. 149-151.