Pelatihan. Sedangkan perbedaan penelitian yanh penulis lakukan yakni terutama pada tema, perbedaan lokasi, tahun penelitian, dan alat analisis yang digunakan.
Oleh karena itu penulis menetapkan judul penelitian yaitu : Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dalam
Pelayanan Publik Studi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan BKPP Kabupaten Aceh Tamiang
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan berbagai penjelasan dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah “Seberapa
Besarkah Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil dalam Pelayanan Publik pada Kantor Badan Kepegawaian,
Pendidikan dan Pelatihan BKPP Kabupaten Aceh Tamiang?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan dalam memberikan kontribusi terhadap kinerja Pegawai Negeri
Sipil dalam pelayanan publik yang ada di Kantor BKPP Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signikan
antara Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan dengan Kinerja PNS dalam pelayanan publik di Kantor BKPP Kabupaten Aceh Tamiang.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk
menerapkan teori-teori dan aplikasi yang telah diperoleh oleh penulis selama perkuliahan di Departemen Ilmu Administrasi Negara.
2. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini demi
terciptanya suatu karya ilmiah. 3.
Bagi pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang, khususnya aparatur pemerintah di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan, penelitian
ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di Kabupaten tersebut.
1.5. Kerangka Teori
Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah, perlu digunakan pedoman teoritik, adanya landasan teoritik yang digunakan dalam peneliti dalam
menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Menurut Sugiyono 2006:55 Teori adalah seperangkat konsep, asumsi,
dan generalisasi yang logis yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menejelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Adapun yang menjadi kerangka
teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Pendidikan dan Pelatihan 1.5.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Pendidikan menurut Widjaja 1995:75 dimaksudkan untuk membina
kemampuan atau mengembangkan kemampuan berfikir para pegawai, meningkatkan kemampuan mengeluarkan gagasan-gagasan para pegawai
sehingga mereka dapat menunaikan tugas kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Hamalik 2000:10 menjelaskan Pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang diberikan oleh tenaga profesional
kepelatihan dalam suatu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan
produktivitas dalam suatu organisasi. Sementara itu pengertian Pelatihan menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 01KepM. Pan2001 adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan menggunakan pendekatan
Universitas Sumatera Utara
pelatihan untuk orang dan bertujuan untuk meningkatkan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu.
Pendidikan dan Pelatihan menurut Notoadmodjo 2003:28 adalah merupakan upaya untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia, terutama untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Menurut pasal 1, Peraturan Pemerintah Nomor. 101 Tahun 2000
disebutkan bahwa Pendidikan dan Latihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam
melaksanakan jabatannya. Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil merupakan suatu proses
meningkatkan pengetahuan, teori-teori yang berkaitan dengan pekerjaan dan keterampilan seorang Pegawai Negeri Sipil agar tujuan pemerintahan dapat
tercapai dengan maksimal. Untuk meningkatkan kualitas kinerja PNS sebagai abdi masyarakat dan bangsa perlu dilakukan Pendidikan dan Pelatihan Revida,
2009:113. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan merupakan bagian dari persyaratan
pengangkatan CPNS menjadi PNS. berdasarkan pasal 5, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Diklat Prajabatan terdiri dari :
a. Diklat Prajabatan Golongan I merupakan syarat pengangkatan CPNS
untuk menjadi PNS Golongan I b.
Diklat Prajabatan Golongan II merupakan syarat pengangkatan CPNS untuk menjadi PNS Golongan II
c. Diklat Prajabatan Golongan III merupakan syarat pengangkatan CPNS
untuk menjadi PNS Golongan III
Universitas Sumatera Utara
Diklat Prajabatan adalah merupakan syarat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil CPNS untuk menjadi PNS Golongan III. Diklat Prajabatan
Golongan III dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping
pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan perannya
sebagai pelayan masyarakat. CPNS wajib diikutsertakan dalam Diklat Prajabatan selambat-lambatnya 2 tahun setelah pengangkatannya sebagai CPNS. Peraturan
Pemerintah No.101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS
1.5.1.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Wursanto 1989:60 secara umum tujuan lain dari pendidikan dan pelatihan, yaitu :
a. Menambah pengetahuan pegawai.
b. Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan keterampilan pegawai.
c. Mengubah dan membentuk sikap pegawai.
d. Mengembangkan keahlian pegawai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan cepat. e.
Mengembangkan semangat, kemauan dan kesenangan kerja pegawai. f.
Mempermudah pengawasan terhadap pegawai. g.
Mempertinggi stabilitas pegawai. Sedangkan menurut Hamalik 2001: 12 menjelaskan Diklat mempunyai
tujuan tertentu ialah untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta yang
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan perubahan perilaku aspek-aspek kognitif pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Selanjutnya tujuan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
menjelaskan bahwa Diklat Prajabatan bertujuan : a.
Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi. b.
Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat. d.
Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik. Secara umum tujuan Diklat Prajabatan adalah untuk membentuk
wawasan,kebangsaan, kepribadian, dan etika PNS, serta memberikan pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara dan yang menyangkut
bidang tugas serta budaya organisasi pemerintahan agar mampu melaksanakan tugas jabatan PNS Revida, 2009:117
Adapun sasaran Diklat Prajabatan adalah tersedianya Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kualitas tertentu guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
diangkat dalam jabatan tertentu Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pegawai yang berkualitas dalam arti yang
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya maka kerja yang dikerjakannya menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki dari pekerjaan tersebut. Berkualitas bukan hanya pandai tetapi
memenuhi semua syarat kualitas yang dituntut pekerjaan itu sehingga pekerjaan itu benar-benar dapat diselesaikan menurut ukuran yang dikehendaki. Syarat-
syarat kualitatif yang dikehendaki itu ialah kemampuan kerja yang meliputi kecakapan atau keterampilan, kepribadian serta sikap.
1.5.1.3 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan
Adapun 5 manfaat dan dampak yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan menurut Sastrohadiwiryo 2002:198 antara lain :
a. Peningkatan keahlian kerja, yaitu para tenaga kerja menjadi memiliki
motivasi untuk meningkatkan kualitas dalam bekerja dengan produktivitasnya.
b. Pengurangan keterlambatan kerja, yaitu pengurangan tenaga kerja seperti
sakit, macet, dan keperluan keluarga yang tidak dapat diganggu dapat diminimalisasi,karena pemimpin mengtamakan pegawai yang
bersangkutan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. c.
Pengurangan timbulnya kecelakaan dalam bekerja, yaitu timbulnya kelalaian dalam bekerja biasanya disebabkan karena kelalain pegawai saat
bekerja. d.
Peningkatan Produktivitas kerja, yaitu dengan adanya pendidikan dan pelatihan maka diharapkan pegawai akan lebih semangat sehingga dapat
memahami kondisi pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
e. Peningkatan rasa tanggung jawab, yaitu menuntut tanggung jawab yang
besar sehingga pegawai menghargai setiap tugas yang diberikan yang juga dipengaruhi pemberian pembekalan melalaui pendidikan dan pelatihan.
Adapun manfaat dari Diklat Prajabatan adalah sebagai wahana awal untuk membekali CPNS kepada sebuah kesadaran baru tentang kedudukan dan posisi
PNS sebagai abdi masyarakat, bangsa dan negara yang mengedepankan kewajiban dari pada hak. Dengan posisi tersebut, maka Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Kepegawaian Negara menetapkan dan mensyaratkan bahwa sebelum pengangkatan seseorang menjadi PNS, maka kepadanya diberikan kedudukan
sementara sebagai CPNS dengan batas waktu paling lama 2 dua tahun. Hal ini bertujuan agar setiap CPNS mempunyai kesempatan mempertimbangkan kembali
apakah pilihan menjadi PNS benar-benar berdasarkan panggilan jiwa atau atas dasar motif lain. Selanjutnya setelah mantap meyakini pilihan tersebut barulah
diangkat menjadi PNS yang didahului dengan pernyataan sumpah atau janji pengangkatan PNS. Di sinilah pentingnya Diklat Prajabatan Oleh karena itu,
Diklat Prajabatan juga menjadi moment untuk merenungkan kembali tentang kesiapan diri CPNS dalam melaksanakan tugas-tugas PNS secara profesional.Az-
Zain. 2010. Diklat Prajabatan Sebagai Titik Awal. Akses : 20-02-2011. http:blogspot.com201003diklat-prajabatan-sebagai-titik-awal.html.
1.5.1.4 Jenis dan Jenjang Pendidikan dan Pelatihan Sastrohadiwiryo 2002: 204 menyatakan bahwa secara garis besar jenis
pendidikan dan pelatihan terbagi dua yaitu “menurut sifat dan sasaran”. Menurut sifatnya, pendidikan dan pelatihan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Pendidikan umum Pendidikan yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta dengan tujuan mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan memperoleh pendidikan umum.
2. Pendidikan kejuruan Pendidikan yang direncanakan untuk mempersiapkan para peserta suatu
pendidikan khusus dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang kejuruannya.
3. Pelatihan keahlian Bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan
yang disyaratkan untuk mahir dalam melaksanakan suatu pekerjaan. 4. Pelatihan kejuruan
Bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan khusus yang disyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang pada
umumnya bertaraf lebih rendah daripada pelatihan keahlian. Menurut sasarannya, pendidikan dan pelatihan dibedakan menjadi dua
jenis yaitu “pendidikan dan pelatihan Prajabatan dan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan” Sastrohadiwiryo, 2002: 205. Untuk lebih jelas, diuraikan sebagai
berikut:
1. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Preservice Training
Adalah pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan dalam pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Diklat ini dimaksudkan untuk melakukan pembentukan
sikap mental, kesemaptaan fisik dan disiplin serta untuk memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan, keahlian dan keterampilan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan untuk menduduki sesuatu jabatan tertentu.
2. Pendidikan dan Pelatihan dalam Jabatan In Service Training
Adalah pendidikan dan pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil dengan sasaran pendidikan dan pelatihan adalah tersedianya Pegawai Negeri Sipil yang
memiliki kualitas tertentu guna memenuhi persyaratan jabatan tertentu. Maka dalam merencanakan kebutuhan pendidikan dan pelatihan dan jenisjenisnya
pimpinan instansi perlu menyampaikan rencana kebutuhan pendidikan dan pelatihan baik yang akan diselenggarakan sendiri maupun yang akan
diselenggarakan di luar instansi. Selanjtnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Pasal 4 Nomor 101 Tahun
2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil menjelaskan jenis Diklat yang dilakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil terdiri dari 2 jenis
yaitu :
1. Diklat Prajabatan
Pendidikan dan Pelatihan Diklat prajabatan mengacu pada Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1974,
maksud diberikannya Diklat Prajabatan PNS adalah : a.
Melaksanakan pembentukan sikap mental b.
Mempersipkan kemantapan fisik c.
Menanamkan sikap disiplin d.
Memenuhi kebutuhan kemampuan e.
Memenuhi kebutuhan keahlian f.
Memenuhi kebutuhan keterampilan kerja
Universitas Sumatera Utara
Diklat Prajabatan merupakan bagian dari persyaratan pengangkatan CPNS menjadi PNS. Adapun jenjang Diklat Prajabatan adalah sebagai berikut :
a. Diklat Prajabatan Golongan I merupakan syarat pengangkatan CPNS
untuk menjadi PNS Golongan I yang diselenggrakan selam 75 jam pelajaran
b. Diklat Prajabtan Golongan II merupakan syarat pengangkatan CPNS untuk
menjadi PNS Golongan II yang diselenggrakan selama 112,5 jam pelajaran
c. Diklat Prajabatan Golongan III merupakan syarat pengangkatan CPNS
untuk menjadi PNS Golongan III yang diselenggrakan selama 150 jam pelajaran.
2. Diklat Dalam Jabatan
Diklat dalam jabatan menurut Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 meliputi tiga hal yaitu ;
1 Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Diklatpim Diklat kepemimpinan merupakan Diklat yang memberikan wawasan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku dalam bidang kepemimpinan dalam jenjang jabatan struktural tertentu . Diklat kepemimpinan
terdiri atas 4 jenjang, yaitu : a.
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV untuk Jabatan Struktural Eselon IV b.
Diklat Kepemimpinan Tingkat III untuk Jabatan Struktural Eselon III c.
Diklat Kepemimpinan Tingkat II untuk Jabatan Struktural Eselon II d.
Diklat Kepemimpinan Tingkat I untuk Jabatan Struktural Eselon I.
Universitas Sumatera Utara
2 Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Diklat Fungsional Diklat Fungsional merupakan Diklat untuk memenuhi ataupun mencapai
persyaratan kompetensi PNS yang sesuai dengan jenjang dan jenis jabatan fungsional masing-masing. Untuk lebih mencapai dayaguna dan hasilguna serta
agar dapat mencapai semua kelompok sasaran yang dituju maka pengelolaan Diklat Fungsional di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dibagi dalam 2
bidang, yaitu : a.
Diklat fungsional keahlian yaitu diklat yang memberikan pengetahuan dan keahlian fungsional tertentu yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaan tugas jabatan fungsional keahlian yang bersangkutan. b.
Diklat fungsional keterampilan yaitu diklat yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan fungsional tertentu yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaan tugas jabatan fungsional keahlian yang bersangkutan. 3 Pendidikan dan Pelatihan Teknis Diklat Teknis
Diklat teknis merupakan Diklat untuk meningkatkan kompetensi teknis dalam jabatan PNS sesuai bidang tugasnya, sehingga mampu melaksankan tugas
dan tanggung jawab dengan baik. Diklat teknis dapat dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan tingkat dan jenis pekerjaan PNS yang bersangkutan.
Jenis-Jenis Diklat Teknis antara lain teknis komputer, manajemen kepegawaian, analisis jabatan, administrasi keuangan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.5 Metode Pendidikan Dan Pelatihan
Ada beberapa macam metode pendidikan dan pelatihan yang dipergunakan dalam usaha meningkatkan mutu pegawai, baik pengetahuan, keterampilan
maupun sikapnya. Metode pendidikan dan pelatihan disusun sesuai dengan tujuan dan program pendidikan dan pelatihan. Menurut Handoko 1994: 112 terdapat
dua kategori pokok program pelatihan yaitu “on the job training dalam pekerjaan dan off the job training di luar pekerjaan”.
1. On the job training dalam pekerjaan Merupakan metode pelatihan dimana pegawai dilatih tentang pekerjaan
baru dengan pengawasan langsung seorang pelatih yang berpengalaman biasanya pegawai yang lain. Teknik yang biasa dipergunakan dalam praktek adalah Rotasi
Jabatan, Latihan instruksi pekerjaan, Magang, Bimbingan, dan penugasan sementara.
2. Off the job training di luar pekerjaan Merupakan suatu metode pelatihan yang dilaksanakan pada lokasi yang
terpisah dari pekerjaan dan dilaksanakan pada waktu yang terpisah dari waktu kerja reguler. Handoko 1994: 114 menyatakan bahwa “metode di luar pekerjaan
ini terdiri dari metode simulasi dan teknik-teknik presentasi informasi”. Sastrohadiwiryo 2002:214 menjelaskan metode pendidikan dan pelatihan
merupakan suatu cara sistematis yang dapat memberikan deskripsi secara luas serta dapat mengkondisikan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan untuk
mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik tenaga kerja terhadap tugas dan pekerjaannya. Metode pendidikan dan pelatihan merupakan pendekatan
terhadap cara penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum Metode Pendidikan dan Pelatihan Diklat Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan adalah terdiri dari :
1. Kuliah atau Ceramah Menurut Mangkunegara 2003:64 merupakan suatu ceramah yang
disampaikan secara lisan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Keuntungan metode ini dapat digunakan untuk kelompok besar sehingga biaya peserta menjadi lebih
rendah, sedangkan kelemahannya peserta bersikap lebih pasif, komunikasi hanya satu arah sehingga tidak menjadi umpan balik dari peserta.
2. Diskusi Kelompok Menurut pendapat Sastrohadiwiryo 2002:218 metode diskusi kelompok
adalah suatu proses interaksi secara lisan mengenai tujuan tertentu yang didalamnya melibatkan beberapa peserta dengan cara tatap muka, melalui tukar
menukar informasi atau pemecahan suatu masalah. 3. Pelatihan di Tempat Kerja atau Praktik
Sastrohadiwiryo 2002:215 menyatakan metode ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk khusus kepada para tenaga kerja guna melaksanakan
tugasnya. Pelatihan ditempat kerja penyelenggaraanya pada tempat kerja dan berupa pelatihan praktik dengan menggunakan situasi pekerjaan sebagai sebagai
saran untuk member instruksipetunjuk. 4. Studi Kasus
Menurut Mangkunegara 2003:65 studi kasus adalah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang ada atau keadaan selama waktu tertentu yang nyata
maupun secara hipotesis. Pada metode ini peserta diminta untuk
Universitas Sumatera Utara
mengidentifikasikan masalah-masalah dan merekomendasi pemecahan masalahnya.
5. Simulasi Simulasi menurut Mangkunegara 2003:63 adalah suatu situasi atau
peristiwa menciptakan bentuk realitas. Simulasi merupakan pelengkap sebagai teknik duplikat yang mendekati kondisi nyata pada pekerjaan. Jadi metode
simulasi adalah suatu metode belajar dalam Diklat yang menciptakan suatu kondisi realitas sehingga dirasakan oleh pesertanya seolah-olah nyata dengan
tujuan agar peserta dapat menangani jika situasi yang sedemikian terjadi dalam pekerjaannya.
6. Permainan Peran Role Playing Sastrohadiwiryo 2002:216 mendefenisikan metode role playing sebagai
suatu metode Diklat dimana terlibat proses iteraksi hubungan individu baik sebenarnya maupun tiruan, yang diperankan secara spontan. Peragaan itu biasanya
disusul oleh suatu diskusi dan analisis untuk menentukan hal-hal yang telah terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana masalah yang diperagakan dapat diadakan
corrective action di masa mendatang. Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 4
Tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III, pada Bab V menjelaskan bahwa metode yang digunakan
dalam program Diklat Prajabatan adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Ceramah yang dikombinasikan dengan Tanya jawab
2. Diskusi Kelompok untuk menganalisis permasalahan dan mengkritisi
fenomena secara jernih yang berkaitan dengan materi Diklat melalui tahapan sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mencari faktor-faktor penyebab
c. Merumuskan alternatif solusi
Sasaran diskusi kelompok antara lain untuk mengembangkan kemampuan menganalisis masalah, tukar menukar informasi, memperkaya gagasan, dan
membangun kemampuan berkomunikasi yang saling menghargai dan demokratis.
3. Pendalaman materi melalui :
a. Komunikasi antar peserta secara terorganisasi dan berfikir secara dinamis
b. Belajar secara mandiri di luar jam pelatihan baik secara individual maupun
kelompok.
1.5.1.6 Proses Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku sasaran pendidikan dan pelatihan. Secara nyata
perubahan perilaku itu berbentuk peningkatan mutu kemampuan dari sasaran pendidikan dan pelatihan.
Teori pendidikan dan pelatihan faktor yang mempengaruhi proses pendidikan dan pelatihan dibedakan menjadi dua yaitu perangkat lunak software
dan perangkat keras hardware Notoatmodjo, 2003 : 31.
Universitas Sumatera Utara
Perangkat lunak dalam proses pendidikan dan pelatihan ini mencangkup kurikulum, organisasi pendidikan dan pelatihan, peraturan-peraturan, metode
belajar mengajar dan tenaga pengajar atau pelatih itu sendiri. Sedangkan perangkat keras yang juga besar pengaruhnya terhadap proses pendidikan dan
pelatihan adalah fasilitas-fasilitas yang mencangkup gedung, buku-buku referensi, alat bantu pendidikan, dan sebagainya.
Pendekatan lain mengatakan bahwa faktor fasilitas, tenaga pengajar atau pelatih, alat bantu pendidikan dan pelatihan atau peraga, metode belajar mengajar
itu digolongkan menjadi sumber daya yang terdiri dari 4M man, maney, materiil, dan methods.
Sedangkan kurikulum itu merupakan faktor tersendiri yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses pendidikan dan pelatihan. Di dalam manajemen
sumber daya 4Mdimaksukkan dalam input, sehingga hanya ada 3 unsur, yakni input, proses dan output.
Menurut Notoatmodjo 2003:32, secara skematis proses pendidikan dan pelatihan yang telah diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Proses Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya
Input Peserta Diklat
Output
Kurikulum
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.7 Penilaian Pendidikan dan Pelatihan
Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan dan pelatihan perlu adanya evaluasi atau penilaian. Kegiatan-kegiatan dalam mengevaluasi pendidikan dan
pelatihan ini berupa pengumpulan keterangan-keterangan tentang perubahan- perubahan sebagai akibat atau pengaruh dari pendidikan dan pelatihan.
Kirpatrick dalam Moekijat, 1993: 47 membagi wilayah penilaian pendidikan dan pelatihan ini menjadi empat tingkat yaitu “tingkat reaksi, tingkat
belajar, tingkat prilaku dalam pekerjaan dan tingkat hasil”. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tingkat reaksi Pada tingkat ini yang ingin diketahui pengaruh reaksi terhadap
penyusunan program latihan seperti sasaran, kebijaksanaan, prosedur, metode, kurikulum, instruktur atau widyaswara, peserta dan waktu pelaksanaan. Dengan
kata lain tujuan evaluasi tingkat reaksi adalah perbaikan program. 2. Tingkat belajar
Pada tingkat ini ingin diketahui bagaimana pengaruh program pelatihan terhadap hasil belajar para peserta, dengan kata lain tujuan evaluasi pada tingkat
belajar adalah peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perbaikan sikap peserta dalam kelas.
3. Tingkat perilaku dalam pekerjaan Pada tingkat ini ingin diketahui bagaimana pengaruh pelajaran terhadap
perilaku dalam pekerjaan, dengan kata lain tujuanevaluasi pada tingkat ini adalah perbaikan perilaku dalam pekerjaan sehingga diketahui perubahan perilaku
peserta sebelum dan sesudah Diklat.
Universitas Sumatera Utara
4. Tingkat hasil Pada tingkat ini ingin diketahui pengaruh penerapan di tempat kerja
terhadap aktivitas organisasi, dengan kata lain tujuan evaluasi pelayanan yang meningkat, meningkatnya produktivitas, kualitas kerja dan disiplin kerja.
Sementara itu Goldstein dan Buxton dalam Mangkunegara, 2006: 59, berpendapat bahwa “evaluasi diklat dapat didasarkan pada kriteria pedoman dari
ukuran kesuksesan dan rancangan percobaan”. 1. Kriteria dalam Evaluasi Diklat
Ada empat kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman dari ukuran kesuksesan Diklat, yaitu:
a. Kriteria pendapat
b. Kriteria belajar
c. Kriteria perilaku
d. Kriteria hasil.
2. Rancangan Percobaan dalam Evaluasi Diklat Mengevaluasi Diklat dapat dilakukan dengan membuat rancangan
percobaan. Peserta diberikan tes sebelum Diklat pretest dan kemudian setelah Diklat diberikan kembali tes penempatan posttest. Rancangan percobaan dapat
didasarkan pada empat kelompok subjek, yang ditujukan secara random pada empat kelompok tersebut. Pelaksanaan suatu program Diklat dapat dikatakan
berhasil apabila dalam diri para peserta Diklat tersebut terjadi suatu proses transformasi.
Berdasarlan Bab VIII Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 4 Tahun 2007 tentang pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan Prajabatan Golongan III Evaluasi atau penilaian yang dilakukan pada Diklat Prajabatan Golongan III meliputi evaluasi terhadap Peserta,Widyaiswara,
dan Penyelenggara. Maka ketiga hal tersebut dapat dijadikan indikator Pendidikan dan Pelatihan.
1. Peserta Aspek-aspek yang diukur terhadap peserta adalah :
a. Sikap dan perilaku
b. Penguasaan terhadap materi Diklat
2. Widyaswara Aspek yang diukur dari kinerja widyaiswara antara lain sebagai berikut :
a. Penguasaan materi
b. Sistematika penyajian
c. Kemampuan menyajikan
d. Ketepatan waktu, kehadiran dan menyajikan
e. Penggunaan metode dan sarana Diklat
f. Sikap dan Perilaku
g. Cara menjawab pertanyaan dari peserta
h. Penggunaan Bahasa
i. Pemberian motivasi kepada peserta
j. Pencapaian tujuan pembelajaran
k. Kerapian berpakaian
l. Kerjasama antara widyaiswara, peserta, dan penyelenggara.
Universitas Sumatera Utara
3. Penyelenggara Aspek yang diukur dalam penyelenggaraan Diklat adalah :
a. Efektivitas penyelenggaraan
b. Ketersediaan bahan Diklat
c. Kesiapan sarana Diklat
d. Kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana
e. Ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana Diklat
f. Kebersihan kelas, asrama, kafetaria, kamar mandi, dan lain-lain.
g. Ketersediaan fasilitas olahraga dan kesehatan.
1.5.2 Kinerja 1.5.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang sedang diharapkan.
Sedangkan kinerja menurut Prawirosentono dalam Widodo 2005 : 78 kinerja yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hokum dan sesuai dengan moral etika. Sedharmayanti 2004:147 menjelaskan kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan
orgnasisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
moral ataupun etika. Dalam pengertian itu prestasi yang dicapai sesuai dengan aturan yang berlaku dan ditetapkan oleh organisasi.
1.5.2.2 Pengertian Kinerja Pegawai Negeri Sipil PNS
Menurut Mangkunegara 2005:67 kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja sumber daya
manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja pegawai juga merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman serta kesungguhan waktu Hasibuan, 2002:34. Pengertian Pegawai Negeri Sipil dalam ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan bahwa Pegawai
Negeri Sipil adalah setiap warga negara republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas negara lainnya. Kemudian pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan
pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja Pegawai Negeri Sipil merupakan prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai pada periode waktu tertentu
dalam melaksanankan tugas kerjanya sesuai tanggung jawab yang diberikan dalam mencapai tujuan organisasi.
1.5.2.3 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PNS adalah penilaian secara periodik pelaksanaan pekerjaan seorang PNS. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengukur
keberhasilan atau ketidakberhasilan seorang PNS dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-
kelebihan yang dimiliki oleh PNS yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Revida, 2009 : 55
Menurut Revida 2009:55 adapun unsur-unsur yang dinilai dalam melaksanakan penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS yaitu berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 dengan unsur-unsur sebagai berikut : a.
Kesetiaan Merupakan kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian kepada pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan pemerintah.
b. Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri
Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. c.
Tanggung Jawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-
baiknya dan tepat waktu,serta berani mengambil resiko atas keputusan yang diambilnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati
segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku
e. Kejujuran adalah ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam
melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya.
f. Kerja Sama adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas agar tercapai daya guna dan hasil guna.
g. Prakarsa adalah kemampuan seorang PNS untuk mengambil keputusan,
langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tanpa menunggu perintah dari atasan.
h. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang PNS untuk meyakinkan orang
lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
Menurut Hasibuan 2002 : 56 adapun unsur-unsur penilaian kinerja pegawai adalah sebagai berikut :
a. Kesetiaan yaitu kinerja dapat diukur dari kesetiaan pegawai terhadap tugas
dan tanggung jawabnya dalam suatu instansi pemerintahan. b.
Prestasi Kerja yaitu merupakan hasil prestasi kerja pegawai, baik kualitas maupun kuantitas dapat diterima menjadi tolak ukur kinerja.
c. Kedisiplinan yaitu dalam memenuhi peraturan-peraturan yang ada dan
pelaksanaan instruksi yang diberikan terhadap pegawai, dapat menjadi tolak ukur kinerja.
Universitas Sumatera Utara
d. Kreativitas yaitu kemampuan seorang pegawai dalam mengembangkan
kreativitas dan mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.
e. Kerja Sama yaitu diukur dari kesediaan karyawan dalam berpatisipasi dan
bekerja sama dengan karyawan lain sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.
f. Kecakapan yaitu kecakapan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan
yang telah dibebankan kepadanya juga menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kinerja .
g. Tanggung Jawab yaitu kinerja pegawai dapat diukur dari kesediaan
karyawan dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan dan hasil kerjaannya.
Adapun menurut Sastrohadiwiryo 232 : 130 Penilaian kinerja merupakan proses subjektif yang menyangkut penilaian manusia. Penilaian kinerja dilakukan
dengan tujuan sebagai : a.
Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.
b. Nasihat yang perlu disampaikan kepada tenaga kerja dalam perusahaan.
c. Alat untuk memberikan umpan balik feedback yang mendororng kearah
kemajuan dan kemungkinan memperbaikimeningkatkan kualitas kerja bagi para tenaga kerja.
d. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang
pemegang tugas dan kepercayaan.
Universitas Sumatera Utara
e. Landasanbahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang
ketenagakerjaan, baik promosi,mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya.
1.5.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja Pegawai
Faktor kinerja pegawai adalah kecenderungan apa yang membuat pegawai dalam menghasilkan produktivitas kerja yang baik dari segi kualitas maupun
kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan. Menurut Davis dalam Mangkunegara 2006:67 ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja pegawai yaitu: 1. Faktor Kemampuan ability
Secara psikologis, kemampuan ability pegawai terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge + skill. Artinya, setiap pegawai
yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatanya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya, maka ia akan lebih
mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan sesuai dengan keahliannya.
Adapun menurut Suyadi 1999:193 secara sederhana kemampuan seseorang dapat dilihat dari keahlian atau skill yang dimiliki seseorang. Keahlian
tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman. 2. Faktor Motivasi Motivation
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental yang mendorong diri pegawai
Universitas Sumatera Utara
untuk berusaha mencapai kinerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik siap secara mental, fisik, tujuan
dan situasi. Artinya, seorang pegawai harus memiliki sikap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu
memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja. Menurut McClelland dalam Mangkunegara, 2006:168 berpendapat
bahwa ada hubungan positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri pegawai untuk melakukan
suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai kinerja yang maksimal. Adapun unsur-unsur penggerak motivasi antara lain keinginan,
penghargaan, tantangan, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan dan kesempatan Sastrohadiwiryo, 2003 : 269
Menurut Timple dalam Mangkunegara, 2006 : 15 faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disposisional
yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan kemampuan tinggi dan pekerja keras atau sebaliknya.
faktor eksternal yaitu faktor-faktor seseorang berasal dari lingkungan. seperti perilaku, sikap, tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas
kerja, dan iklim organisasi.
1.5.2.5 Strategi Meningkatkan Kinerja Pegawai
Adanya faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan kinerja seorang pegawai. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari perilaku seorang
Universitas Sumatera Utara
pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai agar tidak sirna. Menurut Widodo 2005 : 80 ada dua strategi dalam meningkatkan kinerja pegawai yaitu :
1. Menjaga dan Mendorong Motivasi Anak Buah Strategi pertama adalah menjaga dan mendorong motivasi para aparatur
pemerintah daerah, baik pada tataran pimpinan maupun staf dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Ada beberapa
strategi yang diungkapkan Sloma dalam Widodo, 2005 : 81 yakni : a.
Sets Goal and Performance, yaitu seorang pemimpin birokrasi harus menentukan apa yang menjadi tujuan yang dicapai oleh organisasi
pemerintah daerah dan tentukan kinerjanya juga. b.
Provide Incentives, So That Subordinate Want To Reach Goals And Meet Performance Criteria, Pemimpin birokrasi harus mampu menyediakan
insentif pendorong kerja baik berupa gaji, uang, penghargaan. c.
Give Regular Objective Feedback so that People Know Where the Stand in the Work, pemimpin birokrasi harus memberikan umpan balik secara rutin
agar para pegawai dapat mengetahui bagaimana peran dan posisi dalam pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi.
d. Use Techniques of Participative Management Where by Employes
Participate When It is Appropriate in Decision Which Affect Them and Their Work, seorang pemimpin harus menerapkan manajemen partisipatif,
yakni para pegawai diikutsertakan dalam pengambilan keputusan tertentu agar mereka dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
e. Hold Regulary, Two Way Communicative Meeting with Subordinate,
seorang pemimpin birokrasi harus menyelenggarakan komunikasi dua arah secara rutin dalam setiap pertemuan dengan bawahan.
2. Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah Strategi atau perilaku pemimpin pemerintah dalam meningkatkan kinerja
individu dan organisasi dengan mempunyai kemampuan atau kualitas dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan serta mempunyai
bekal pendidikan, latihan dan pengalaman yang cukup dan memadai. Pemberian kemampuan terhadap kualitas pegawai pemerintah dapat dilakukan dengan cara :
a. Melalui Pendidikan, pemberian kemampuan ini dapat dilakukan dengan
dua jenjang. pertama, pendidikan formal ke jenjang lebih lanjut S1, S2, S3. Kedua, melalui pendidikan perjenjangan sejenis ADUM, ADUMLA,
SEPAMEN, SEPATI untuk aparatur pemerintah daerah. b.
Melalui Pelatihan, mengikutsertakan para aparatur pemerintah dalam setiap kesempatan kegiatan pelatihan, kursus, seminar, diskusi dan
sejenisnya, baik diselenggarakan sendiri ataupun lembaga publik. c.
Melalui pengalaman, yaitu melakukan tour of duty para aparatur pemerintah dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab
sehingga para pegawai akan termotivasi dengan suasana kerjaan baru. d.
Revitalisasi Aparatur Pemerintah Daerah, pemimpin haruslah mampu mengubah posisi dan peran revitalisasi para pegawainya sehingga
pelaksanaan tugas, wewenang, dan tanggung jawab dapat dilakukan secara profesional.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Pelayanan Publik
Menurut Kurniawan 2005 : 4 pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada suatu organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang dan jasa, dan atau pelayanan administrasi
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Menurut Mahmudi 2007 : 229 bahwa pelayanan publik adalah segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan penyelenggara pelayanan publik
masih menurut Mahmudi adalah instansi pemerintah yang meliputi : 1.
Satuan Kerja Satuan Organisasi Kementrian 2.
Departemen 3.
Lembaga Pemerintah Non Departemen 4.
Kesekretariatan, Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, misal Sekretariat Dewan Sekwan, Sekretaris Negara Set.Neg
5. Badan Usaha Milik Negara BUMN
6. Badan Usaha Milik Daerah BUMD
Universitas Sumatera Utara
7. Instansi Pemerintah lainnya baik pusat maupun daerah termasuk Dinas dan
Badan Selanjutnya Mahmudi 2007 : 214 membuat klasifikasi pelayananpublik
dalam dua kategori yaitu : 1.
Pelayanan Kebutuhan Dasar yang meliputi : a.
Kesehatan b.
Pendidikan Dasar c.
Bahan Pokok masyarakat 2.
Pelayanan Umum a.
Pelayanan Administrasi b.
Pelayanan Barang c.
Pelayanan Jasa Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Moenir 2000 : 88 dalam
pelayanan umum, terdapat beberapa factor yang penting sehingga pelaksanaan pelayanan yang baik dapat tercapai, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Kesadaran
Kesadaran diartikan sebagai suatu keadaan pada jiwa seseorang yang merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan, sehingga
diperoleh suatu keyakinan, ketenangan, ketetapan hati, dan keseimbangan dalam jiwa yang bersangkutan. Dengan adanya kesadaran pada pegawai atau petugas,
diharapkan mereka melaksanakan tugas pelayanan dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan disiplin.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Aturan
Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Aturan memberi kejelasan terhadap penggunaan kewenangan, penuaian
hak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab serta ketaatan dalam pelaksanaannya. Faktir aturan, menekankan perlunya pengetahuan dan
pengalaman yang memadai, kemampuan bahasa yang baik, pemahaman pelaksanaan tugas yang cukup, serta adanya sikap disiplin dalam pelaksanaan
pelayanan. 3.
Faktor Organisasi Organisasi pelayanan yang dimaksud disini adalah mengorganisir fungsi
pelayanan baik dalam bentuk struktur maupun mekanisme yang akan berperan dalam mutu dan kelancaran pelayanan. Suatu organisasi yang bersifat pelayanan,
harus memperhatikan system, prosedur serta metode yang disusun sesuai dengan lingkungan kerja dan kondisi masyarakat yang dilayani.
4. Faktor Pendapatan
Pendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan atau pikiran yang telah dicurahkannya untuk orang lain atau
badanorganisasi, baik dalam bentuk uang, natura, maupun fasilitas dalam jangka waktu tertentu. Faktor pendapatan dalam hal ini berarti bahwa pendapatan yang
diperoleh harus cukup layak dan patut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup seorang dan keluarganya.
5. Faktor Sarana Pelayanan
Sarana pelayanan dimaksud adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja yang berfungsi sebagai alat utamapembantu dalam pelaksanaan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
dan juga fungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Penyediaan sarana pelayanan yang baik
antara lain berguna dalam upaya mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas kerja.
Menurut Zeithml et.al, dalam Ratminto 2005 :219, indikator kualitas pelayanan Delivering Quality Service ada sebelas sebagai berikut :
a. Kemampuan fisik tangibles
b. Reliabilitas Realibility
c. Responsivitas Responsiveness
d. Kompetensi Competence
e. Kesopanan Courtesy
f. Kredibilitas Credibility
g. Keamanan Security
h. Akses Acces
i. Komunikasi Communication
j. Pengertian Understanding the Customer
k. Akuntabilitas Acountability
Indikator kualitas pelayanan tersebut, akan memberikan suatu ukuran bagi pemberi pelayanan baik dari sektor swasta maupun pemerintah, yang harus
dijadikan patokan untuk bersikap dan betindak dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada publik, sehingga publik merasa kebutuhannya terpenuhi.
Dalam kaitannya dengan Pemerintah, maka apabila pelayanan yang diberikan oleh birokrasi pemerintah tidak sesuai standar maka yang terjadi adalah publik akan
merasa diabaikan dan dapat menurunkan kepercayaannya pada kinerja
Universitas Sumatera Utara
pemerintah, selain itu juga dapat saja terjadi keluhan dan tuntutan yang pada akhirnya akan mengganggu keamanan dan ketertiban Negara.
Sementara itu prinsip-prinsip pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menpan Nomor 63KEPM.PAN72003, tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan publik adalah sebagai berikut : 1.
Kesederhanaan, bahwa prosedur pelayanan publik digambarkan dengan jelas tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan, adanya kejelasan persyaratan teknis, administrasi, pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalansengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik, rincian biaya dan tata cara pembayaran 3.
Kepatian Waktu 4.
Akurasi, bahwa produk pelayanan diterima dengan benar, tepat dan sah 5.
Keamanan 6.
Tanggung Jawab, adanya pimpinanpejabat yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhanpersoalanpengaduan
dalam pelaksanaan pelayanan publik 7.
Kelengkapan Sarana dan Prasarana 8.
Kemudahan Akses 9.
Kedisiplinan, keramahan dan kesopanan 10.
Kenyamanan Sebagai implementasi prinsip-prinsip pelayanan di atas, mestinya setiap
penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan yang merupakan ukuran. Standar pelayanan, sekurang-kurangnya memuat materi :
Universitas Sumatera Utara
1. Prosedur pelayanan termasuk pengaduan
2. Waktu Penyelsaian
3. Biaya Pelayanan
4. Produkhasil pelayanan
5. Penyediaan saran dan prasarana pelayanan
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, yang ditetapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan
Mengacu pada uraian tersebut, dapat kita lihat bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus mengacu pada prinsip-prinsip yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas kepada publik, sehingga publik merasa puas, dihargai dan dipenuhi kebutuhannya terhadap sesuatu, untuk
menunjang hal tersebut, perlu diperhatikan kompetensi petugas pemberi layanan. Secara menyeluruh Kinerja PNS dibidang pelayanan publik adalah hasil
kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk
melaksanakan pelayanan publik dengan penerapan prinsip-prinsip yang mengutamakan kualitas pelayanan publik.
Selanjutnya maka dalam upaya pelayanan dimaksud, serta dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik good governance diperlukan
penyempurnaan sistem penyelenggaraan pemerintah yang didukung oleh aparatur yang profesional. Bahwa salah satu upaya untuk mewujudkan aparatur yang
profesional dapat dilaksanakan melalui Pendidikan dan Pelatihan. Kegiatan Diklat merupakan proses peningkatan kompetensi aparatur agar mampu menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
kinerja yang optimal melalui transfer pengetahuan sikap dan keterampilan tertentu agar memenuhi syarat dan cakap dalam melaksanakan pekerjaan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.312007 tentang Teknis Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Departemen dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
Berdasarkan uraian tentang kinerja dan pelayanan publik tersebut, maka menurut pendapat penulis, Kinerja di Bidang pelayanan Publik adalah hasil kerja
yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang secara nyata dapat terlihat dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dalam melayani
publikmasyarakat, dalam rangka memenuhi kebutuhannya akan barang dan jasa, dan bahwa aktivitas tersebut harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab
dan melaksanakan prinsip pelayanan prima.
1.5.4 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja PNS
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2007 tentang pedoman penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, bahwa pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintah melalui peningkatan kompetensi aparatur sehingga menjadi daya
ungkit bagi perubahan perilaku dan kinerja aparatur pemerintah. Oleh karena itu Diklat yang diberikan kepaga para Pegawai Negeri Sipil dapat meningkatkan
kinerjanya serta dapat meningkatkan kecakapan dan keterampilan pegawai, seperti mampu mampu mengambil keputusan dengan cepat dan benar, mampu bekerja
sama dengan rekan kerja dan termotivasi untuk terus berkembang. Pendidikan dan Pelatihan dapat meningkatkan kinerja seorang pegawai
baik dalam penanganan pekerjaan yang ada pada saat ini maupun pekerjaan yang
Universitas Sumatera Utara
ada pada masa yang akan datang sesuai dengan bidang tugas yang di emban dalam organisasi. Disamping itu, harus dibekali dengan pengalaman, yang memiliki
peranan besar dalam menyelesaikan masalah maupun kendala yang dialami pegawai dalam menjalankan roda organisasi agar lebih berdayaguna dan
berhasilguna dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.Pormadi Simbolon. 2008. Upaya Meningkatkan Kinerja PNS. Akses : 18-01-2011. http:pormadi-
simbolon.blogspot.com200806.html. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan pada Kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan Diklat Prajabatan dapat memberikan bekal ilmu, sehingga dalam melaksanakan tugas dibidang unit masing-masing,
penyelesaiannya dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan visi dan misi BKPP Kabupaten Aceh Tamiang. Pegawai yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal, serta dapat meningkatkan keterampilan
dan kecakapan pegawai pada umumnya, seperti mampu mengambil keputusan dengan cepat dan benar, maupun bekerja sama dengan rekan kerja dan termotivasi
untuk terus berkembang. Dari beberapa uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pendidikan dan
pelatihan secara langsung dapat mempengaruhi terhadap meningkatnya kinerja Pegawai Negeri Sipil dalam melayani publik.
Selanjutnya untuk mengkaji dan untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai maka penulis menggunakan refernsi dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain agar dapat ditarik suatu kesimpulan, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Iskandar 2008, dengan
Universitas Sumatera Utara
judul “Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Lhokseumawe”. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptip kuantitatif, sedangkan teknik analisa data dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisa korelasi Spearmans.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara pendidikan dengan kompetensi, ini artinya bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh
terhadap kemampuan pegawai untuk dapat melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Iskandar. 2008. Hubungan Diklat Terhadap Kinerja
Pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Lhokseumawe. Akses : 02-01- 2011. http:www.researchgate.netpublication42325027.
Hasil penelitian Yogyasari 2007, dengan judul “Upaya Meningkatkan Kinerja Melalui Pendidikan Pelatihan Jabatan Bagi Pegawai Negeri Sipil
Pemerintah Kota Semarang”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan
yang diadakan sangat besar pengaruhnya, karena dengan diadakannya pendidikan dan pelatihan jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Semarang
68,2 dapat meningkatkan kinerja pegawai yang ada pada Kota Semarang tersebut.Yogyasari. 2007. Upaya Meningkatkan Kinerja Melalui Pendidikan dan
Pleatihan Jabatan Bagi PNS Pemerintah Kota Semarang. Akses : 02-01-2011. http:digilib.unnes.ac.idgsdlcollectskripsiHASH929e.dirdoc.pdf.
Selanjutnya Hermanto 2005 penelitiannya berjudul “Analisis Pengaruh Pelatihan, Pendidikan dan Pembinaan Karyawan Terhadap Kinerja Pegawai
Kantor Sekretariat Kabupaten Sorong”. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatori explanatory dan menggunakan teknik analisis regresi
Universitas Sumatera Utara
berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembinaan pegawai mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja pegawai pada Kantor
Sekretariat Kabupaten Sorong “terbukti benar”. Dengan kata lain bahwa kinerja pegawai dipengaruhi secara dominan oleh Pelatihan,Pendidikan dan Pembinaan
Pegawai.Hermanto. 2005. Analisis Pengaruh Pelatihan, Pendidikan, dan Pembinaan Karyawan Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Sekretariat Kabupaten
Sorong. Akses : 03-01-2011. http:lontar.ui.ac.idopacthemeslibri2detail. Dengan melihat hasil penelitian di atas maka dapat kita simpulkan secara
garis besar bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang peneliti menjelaskan bahwa Pendidikan dan Pelatihan yang diadakan oleh setiap instansi
di masing-masing kota sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai dalam pelayanan publik yang ada di instansi tersebut, dan sudah sangat jelas dikatakan
bahwa Pendidikan dan Pelatihan merupakan salah satu instrument yang paling penting dan efektif untuk meningkatkan kinerja para pegawai dalam suatu
organisasi secara keseluruhan sehingga dapat melayani publik dengan baik, dan terwujudkan good governace dipemerintah daerah setempat.
1.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono 2006:70 hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didsarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Adapun hipotesis yang peneliti kemukakan adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Hipotesis Alternatif Ha, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara
variable independent X dengan variabel dependent Y, maka adanya pengaruh yang positif antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil di Kantor BKPP Kabupaten Aceh Tamiang. 2.
Hipotesis Nol Ho, yaitu tidak adanya hubungan yang mempengaruhi antara variable independent X dengan variable dependent Y, adanya
pengaruh negatif antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor BKPP Kabupaten Aceh Tamiang.
1.7 Defenisi Konsep