Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS menggunakan metode Role Play pada siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013.

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS V SDN

CATURTUNGGAL 3 TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Linda Kurniawati

091134136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS V

SDN CATURTUNGGAL 3 TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Linda Kurniawati

091134136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

iii


(5)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jangan menyerah, mungkin semua terlihat begitu sulit. Sebab ada kemudahan setelah kesulitan. ( Motivasi Islami)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali jatuh. ( Confusius)

Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorangpun sedang menonton.(Mark Twain)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

kedua orang tuaku, sahabat-sahabatku


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juli 2013 Penulis

Linda Kurniawati


(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Linda Kurniawati

NIM : 091134136

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS V SDN CATURTUNGGAL 3 TAHUN AJARAN 2012/2013.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 18 Juli 2013 Yang menyatakan,


(8)

vii

ABSTRAK

Kurniawati, Linda. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Metode Role Play pada Siswa Kelas V SDN Caturtunggal 3 Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana penggunaan metode role play dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar, (2) apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan keaktifan, dan (3) apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 siswa, terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Objek penelitian adalah keaktifan dan prestasi belajar IPS tentang jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Teknik pengumpulan data adalah tes tertulis, observasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan metode role play

pada siklus I dilaksanakan melalui langkah-langkah penentuan topik, penyusunan skenario, pemahaman skenario, pembentukan kelompok dan penentuan peran, pemberian penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai, peragaan skenario, pengamatan jalannya role play, pengerjaan lembar kerja, pemaparan hasil diskusi, kesimpulan dan evaluasi, langkah-langkah role play pada siklus I sama dengan siklus II. (2) Metode role play dapat meningkatkan keaktifan siswa, hal ini terlihat dari kondisi awal persentase rata-rata keaktifan siswa adalah 43,41%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, persentase rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 79,45%. Pada siklus II, persentase rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 90,25%. (3) Metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar, hal ini terlihat dari kondisi awal prestasi siswa adalah 62,02, setelah dilakukan tindakan pada siklus I, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 76,14 dan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 85,65. Kondisi awal persentase siswa yang mencapai KKM adalah 53,09%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I, persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 93,54% dan pada siklus II persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 96,77%.

Kata Kunci : keaktifan, prestasi belajar, metode role play


(9)

viii

ABSTRACT

Kurniawati, Linda. 2013. Increasing Active Participations and Learning Achievement in Social Science Using Role Play Method of Grade V Students in Caturtunggal 3 Elementary School in the Academic Year of 2012/2013. Thesis. PGSD Study Program of Sanata Dharma University.

This research was aimed to know: (1) how to use role play method in an effort to increase the activity and learning achievement, (2) whether the use of role play method can increase the activity, and (3) whether the use of role play can increase student achievement in social science and materials in the hero role proclaimed Indonesian independence Elementary School fifth grade students Caturtunggal 3 academic year of 2012/2013.

This research was Classroom Action Research (CAR). The subjects were fifth grade students of Caturtunggal 3 Elementary school academic year of 2012/2013. The fifth grade was consisted of 31 students; 15 male students and 16 female students. The research objective is active participations and learning achievement on social science about the services and the role of hero in proclaiming the independence of Indonesia. The study consisted of two cycles. Each cycle consisted of two meetings. Data collection techniques are written tests, observation, and interviews. Data were analyzed by descriptively.

The results of this study showed that: (1) the use of roleplay method in the cycle one was conducted by determining the topic, scenario, scenario understanding, and determination of the role of group formation, giving an explanation of competencies to be achieved, scenario modeling, observation of the course of the role play, worksheets workmanship, exposure of the discussions, conclusions and evaluation, role play the steps on the first cycle was the same with the second cycle (2) role play method can increase student activity, it can be seen from the initial condition of the average percentage of active students is 43.41%. After the action in the first cycle, the average percentage of student activity increased to 79.45%. In the second cycle, the average percentage of student activity increased to 90.25%. (3) role play method can increase student achievement, it is seen from the initial conditions of student achievement is 62.02, after the action in the first cycle, the average student value increased to 76.14 and the second cycle the average value of student increased to 85.65. Initial conditions the percentage of students who achieve the minimum score requirement is 53.09%, after the action in the first cycle, the percentage of students who achieve the minimum score requirement increased to 93.54% and the second cycle the percentage of students who achieve the minimum score requirement increased to 96.77%.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna selama penelitian ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan PGSD yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan dan selalu terbuka untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi peneliti.

6. Karti Andayani, S.Pd. SD., selaku Kepala Sekolah SDN Caturtungal 3, yang memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.

7. Retno Nur Utami, S.Pd., selaku guru kelas V SDN Caturtungal 3, yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Siswa kelas V SDN Caturtungal 3, yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.


(11)

x

9. Orang tua tercinta dan adik yang telah memberikan semangat dan doa yang tidak pernah berhenti selama melakukan penelitian ini.

10. Sahabat-sahabatku (Putri, Tias, Nita, Windy, Anis, Dyah, Icha) yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.

11. Teman-teman PPL (Tere dan Dini) yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.

12. Teman-teman seperjuangan PGSD yang selalu memberi semangat dan saran. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan peneliti lain.

Yogyakarta, 10 Juli 2013 Penulis


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN.. ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Pemecahan Masalah ... 7

E. Batasan Pengertian ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Keaktifan Belajar ... 11

1. Pengertian Keaktifan Belajar ... 11

2. Ciri-ciri Keaktifan Belajar ... 14

3. Cara Mengukur Keaktifan Belajar ... 15

B. Prestasi Belajar ... 17

1. Pengertian Prestasi Belajar... 17

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 18


(13)

xii

C. Metode Role Play ... 20

1. Pengertian Metode Role Play ... 20

2. Tujuan Metode Role Play ... 22

3. Langkah-langkah Metode Role Play ... 23

4. Keuntungan Metode Role Play ... 24

5. Kekurangan Metode Role Play ... 26

D. Materi IPS SD ... 28

1. Pengertian IPS ... 28

2. Tujuan IPS... 29

3. IPS Kelas V ... 31

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

F. Kerangka Pikir ... 34

G. Hipotesis Tindakan... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 39

C. Rencana Tindakan ... 40

1. Persiapan ... 40

2. Rencana Tindakan ... 41

3. Observasi ... 45

4. Refleksi ... 45

D. Instrumen Penelitian... 46

1. Non Tes ... 46

2. Tes ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Validitas ... 49

2. Reliabilitas ... 55

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 56

1. Pengumpulan Data ... 56


(14)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Siklus I ... 63

2. Siklus II ... 73

B. Pembahasan ... 81

1. Penerapan Metode Role Play ... 81

2. Keaktifan Belajar ... 93

3. Prestasi Belajar ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 39

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 47

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara dengan Guru ... 47

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Siklus I ... 48

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Siklus II ... 48

Tabel 6. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 50

Tabel 7. Skor Hasil Penghitungan Validasi Lembar Observasi ... 50

Tabel 8. Skor Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran... 51

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Soal Siklus I ... 53

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Soal Siklus II ... 54

Tabel 11. Kriteria Koefisiensi Reliabilitas ... 55

Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus I dan Siklus II ... 56

Tabel 13. Target Kriteria Keberhasilan Penelitian ... 59

Tabel 14. Kriteria Keaktifan Siswa ... 60

Tabel 15. Data Keaktifan Belajar Siswa ... 98

Tabel 16. Rangkuman Data Ketercapaian Tingkat Keaktifan Belajar Siswa .... 99

Tabel 17. Data Prestasi Belajar Siswa... 101


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 38

Gambar 2. Siswa membaca naskah role play dalam kelompok ... 83

Gambar 3. Pembagian peran role play ... 84

Gambar 4. Pembagian papan nama tokoh ... 85

Gambar 5. Pelaksanaan role play ... 86

Gambar 6. Siswa yang lain mengamati role play ... 87

Gambar 7. Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I ... 88

Gambar 8.Siswa saat berdoa ... 89

Gambar 9. Siswa saat membuka buku mata pelajaran terkait ... 91

Gambar 10. Siswa melakukan role play ... 91

Gambar 11. Siswa berdiskusi dalam kelompok setelah role play ... 91

Gambar 12. Presentasi siswa ... 92

Gambar 13. Siswa dan guru melakukan tanya jawab ... 93

Gambar 14. Siswa mengerjakan evaluasi siklus II... 99

Gambar 15. Peningkatan keaktifan belajar siswa ... 102

Gambar 16. Peningkatan nilai rata-rata kelas ... 103

Gambar 17. Peningkatan capaian KKM ... 100


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 113

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 121

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 133

Lampiran 4. Bahan Ajar ... 167

Lampiran 5.Kisi-kisi Soal Evaluasi... 170

Lampiran 6. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban ... 173

Lampiran 7. Validitas Soal Evaluasi ... 181

Lampiran 8. Reliabilitas Soal Evaluasi ... 187

Lampiran 9. Instrumen Pedoman Penilaian ... 188

Lampiran 10. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 194

Lampiran 11. Transkip Wawancara dan Daftar Hadir Refleksi ... 203

Lampiran 12.Data Keaktifan Siswa ... 209

Lampiran 13.Data Prestasi Belajar Siswa ... 214

Lampiran 14.Hasil Kerja Siswa ... 219

Lampiran 15.Surat Ijin Penelitian ... 258

Lampiran 16.Surat Keterangan Penelitian ... 259


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu

agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya

tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, atau

anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil (Ruhimat, 2011: 124).

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu usaha agar terjadi perubahan dari tidak

tahu menjadi tahu melalui latihan yang berlangsung lama dan hasilnya relatif

konstan. Interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan yang terpenting

antara siswa dengan siswa harus terjadi dalam pembelajaran. Komunikasi dua

arah dalam hal ini dapat meningkatkan peluang bagi guru untuk memperoleh

balikan (feedback) dalam rangka menilai efektivitas pengajarannya.

Perkembangan ilmu dan teknologi menuntut kita agar memiliki

kemampuan berpikir kritis, kemampuan dan kemauan belajar terus menerus,

serta harus dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah bersama.

Pengajaran tidak hanya memberikan pengetahuan saja yang pada akhirnya

menurunkan kualitas pendidikan, namun harus dapat memaksimalkan

peluang terjadinya pendidikan. Pembelajaran aktif lebih banyak melibatkan

aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk

dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga siswa mendapatkan

berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan

kompetensinya (Rusman, 2011: 324). Pendidikan harus bergeser menjadi


(19)

proses belajar dengan tanggung jawab belajar ke arah siswa. Dengan

demikian kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan

memotivasi siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peran

guru di sini hanya sebagai pembimbing dan fasilitator agar anak mampu

membangun pengetahuannya.

Semiawan dalam Hamalik (2003: 149), seluruh irama gerak atau

tindakan dalam proses belajar mengajar akan menciptakan kondisi cara

belajar siswa aktif. Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa untuk

membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima

kucuran ceramah tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tidak

memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran

tersebut bertentangan dengan hakekat belajar (Sediono dalam Gora dan

Sunarto, 2010: 12). Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar

mengajar, dimana siswa yang banyak aktif, sebab siswa sebagai subjek dalam

pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa juga termuat pada

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dalam Arifin (2009: 40) yang berbunyi pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa


(20)

3

konsep-konsep mengenai materi. Sehingga, diharapkan dengan belajar

penguasaan pengetahuannya bertambah, dengan begitu prestasi belajar siswa

juga akan meningkat.

Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran

tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses (Ruhimat, 2011:

139). Menurut Tohirin (2006: 151), apa yang telah dicapai oleh seseorang

setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar. Sehingga

setelah siswa melakukan proses pembelajaran akan dihasilkan pencapaian

prestasi belajar. Pencapaian prestasi belajar ini digunakan untuk melihat

ketercapaian kemampuan siswa yang diperoleh setelah mengikuti

pembelajaran.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar.

Mata pelajaran ini mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Dengan mempelajari IPS

diharapkan siswa dapat berpikir sistematis, dapat mengatasi masalah secara

logis, dapat saling menghormati satu dengan yang lain, serta dapat bekerja

sama dan peka terhadap sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Berdasarkan hal di

atas, guru harus jeli menentukan metode yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran sehingga siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang

bertujuan ilmu yang didapat siswa bermakna dan dapat dipahami oleh siswa.

Hal ini dikarenakan pada masa usia sekolah dasar kelas tinggi sifat khas

anak-anak sudah mempunyai minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, maka sangat diharapkan guru dapat memberikan pembelajaran yang


(21)

dapat meningkatkan keaktifan siswa dan pembelajaran dapat dipahami oleh

siswa.

Pada observasi yang dilakukan peneliti pada hari Rabu, tanggal 8

Januari 2013 diketahui bahwa pembelajaran IPS di kelas V SDN

Caturtunggal 3 menggunakan metode ceramah dalam porsi banyak yang

mengakibatkan siswa kurang memahami materi. Dilihat dari hasil kerja siswa

setelah melakukan pembelajaran. Selain itu mengakibatkan rendahnya

keaktifan belajar siswa. Diketahui bahwa selama pembelajaran berlangsung,

siswa cenderung tenang dan memperhatikan penjelasan guru tapi ketika

mengerjakan tugas, banyak siswa yang diam tidak berdiskusi sesuai dengan

perintah yang guru berikan. Hasil observasi pertama dilihat dari lembar

observasi diketahui bahwa dari 31 siswa tingkat keaktifan belajar siswa

sebanyak 41,15%. Pada observasi yang kedua tanggal 11 Januari 2013

diketahui bahwa dari 31 siswa tingkat keaktifan belajar siswa sebanyak

45,66%. Dilihat dari hasil observasi di atas, keaktifan belajar siswa dalam

pelajaran IPS masih rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, ditemukan bahwa guru

masih mengalami kesulitan dalam menentukan metode pembelajaran IPS,

guru cenderung mentransfer ilmu dari buku kepada siswa. Fakta-fakta

tersebut didukung dengan studi dokumen didapat prestasi belajar siswa kelas

V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPS pada

Kompetensi Dasar: 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam


(22)

5

yang berjumlah 28 siswa, sebanyak 17 siswa tuntas atau sekitar 60,72% dan

yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa atau sekitar 39,28%. Sedangkan pada

tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS dengan KKM 60 dari

keseluruhan siswa yang berjumlah 33 siswa, hanya 15 siswa yang tuntas atau

sekitar 45,45%, sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 18 siswa atau

sekitar 54,54%. Hal ini membuktikan bahwa prestasi belajar siswa masih

rendah.

Salah satu metode yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa adalah role play (bermain peran). Tujuan pendidikan yang mendasari metode ini adalah: (1) untuk menambah rasa percaya diri dan

kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar aktif (berlawanan dengan

partisipasi pasif); (2) untuk menciptakan interaksi sosial yang positif guna

memperbaiki hubungan sosial dalam kelas (Hamalik, 2007: 212). Menurut

Hamalik (2007:212), metode role play juga dilandasi teori John Dewey, yakni prinsip belajar sambil berbuat (learning by doing). Dimana prinsip ini berasumsi bahwa siswa yang terlibat aktif dapat memperoleh lebih banyak

pengalaman daripada mereka yang hanya melihat materi. Melalui role play

diharapkan siswa akan aktif dan dengan terlibat aktif siswa akan mendapat

pengetahuan yang bermakna sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat.

Oleh karena itu, diharapkan melalui metode role play ini keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa dapat meningkat.


(23)

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa kelas V semester genap SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran

2012/2013 pada mata pelajaran IPS Kompetensi Dasar: 2.3 menghargai jasa

dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan menggunakan

metode role play (bermain peran).

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini dapat

disimpulkan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana penggunaan metode role play dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada materi jasa dan peranan tokoh pejuang

dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN

Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013?

2. Apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan keaktifan pada materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran

2012/2013?

3. Apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN


(24)

7

D. Pemecahan Masalah

Rendahnya keaktifan dan prestasi belajar pada materi jasa dan peranan

tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas

V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013 diatasi dengan metode role play.

E. Batasan Pengertian

Agar tidak menimbulkan tafsir istilah yang berbeda, maka perlu ada

batasan pengertian, diantaranya sebagai berikut.

1. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah segala kegiatan siswa yang ditunjukkan dengan

adanya keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru.

3. Metode Role Play (bermain peran)

Metode role play (bermain peran) adalah suatu metode mengajar yang mendorong siswa aktif, dimana siswa mendramatisasikan suatu tindakan

atau tingkah laku dalam hubungan sosial sehingga dapat memperkaya

pengetahuan dan pengalaman siswa.


(25)

F. Tujuan Penelitian

Menurut rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui penggunaan metode role play dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada materi jasa dan peranan

tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa

kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan keaktifan pada materi jasa dan peranan tokoh pejuang

dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN

Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi jasa dan peranan tokoh

pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V

SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,

seperti diuraikan sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam

melakukan PTK, khususnya tentang pembelajaran yang meningkatkan


(26)

9

dalam materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran

2012/2013.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberi referensi dalam memilih model

pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

siswa khususnya penggunaan metode role play dalam materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan

Indonesia siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat menambah pengalaman belajar siswa

mempelajari materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan

metode role play sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar, khususnya tentang

penggunaan metode role play yang merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

5. Bagi Program Studi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bahan bacaan

yang berhubungan dengan PTK, khususnya penggunaan metode role play


(27)

dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada materi

jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan


(28)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Keaktifan Belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Dimyati dan Mudjiono (1999: 62) mengungkapkan bahwa, keaktifan

adalah keadaan dimana siswa mencari, memperoleh, dan mengolah

perolehan belajarnya sendiri. Sependapat dengan Dimyati dan Mudjiono,

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003: 23) keaktifan

diartikan sebagai kegiatan, kesibukan. Keaktifan siswa dalam belajar

merupakan unsur yang sangat penting bagi suksesnya suatu proses

pembelajaran. Siswa akan mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Siswa dalam pembelajaran

harus terlibat secara intelektual, fisik dan emosional, dimana ia

benar-benar berpartisipasi serta berperan aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Hamalik (2003: 92) menyatakan bahwa, pembelajaran dilaksanakan

dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai

fasilitator dan narasumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk

belajar. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan

interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu

sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan

kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya

semaksimal mungkin.


(29)

Yang dimaksud keaktifan di sini adalah bahwa pada waktu guru

mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani

maupun rohani (Sriyono, 1992: 75). Keaktifan jasmani maupun rohani itu

meliputi: (a) keaktifan indera (fisik) yang meliputi pendengaran,

penglihatan, peraba, dan lain-lain; (b) keaktifan akal : akal anak-anak

harus diaktifkan untuk memecahkan masalah; (c) keaktifan ingatan : pada

waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran dan

menyimpannya dalam otak, kemudian siap dan mampu untuk

mengutarakannya kembali; (d) keaktifan emosi : murid hendaknya

senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu

pembelajaran yang terpenting adalah adanya keaktifan siswa. Keaktifan

akan menyebabkan suasana kelas kondusif sehingga siswa dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Dengan demikian prestasi

belajar siswa dapat ditingkatkan.

Belajar adalah suatu usaha agar terjadi perubahan dari tidak tahu

menjadi tahu melalui latihan yang berlangsung lama dan hasilnya relatif

konstan. Gagne dalam Ruhimat (2011: 124) menyatakan bahwa, belajar

adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Morgan dalam Gora dan Sunarto (2010: 15),

mengatakan belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap

dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Winkel dalam Gora dan


(30)

13

atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Sedangkan menurut Slameto

(2010: 2), belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Pengertian belajar menurut para ahli tersebut memiliki persamaan

yaitu belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat

pengalaman. Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian belajar

di atas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu usaha atau

proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku karena adanya interaksi

individu dengan lingkungan.

Keaktifan akan menyebabkan suasana kelas kondusif sehingga siswa

dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Belajar dapat

dipahami sebagai suatu usaha atau proses untuk memperoleh perubahan

tingkah laku karena adanya interaksi individu dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian keaktifan dan belajar di atas, maka dapat

disimpulkan keaktifan belajar adalah usaha atau proses dengan terlibat

dalam semua kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku karena

adanya interaksi individu dengan lingkungan sehingga pemahaman dan

kompetensinya meningkat.


(31)

2. Ciri-ciri Keaktifan Belajar

Dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa, terdapat beberapa

prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: (a) subyek pembelajaran adalah

siswa; (b) belajar aktif dilakukan dengan cara melakukan sesuatu yang

dijadikan suatu objek persoalan yang akan ditelusuri; (c) belajar aktif lebih

efektif bila dilakukan dalam kelompok agar tercipta interaksi multiarah;

(d) aktifitas siswa harus menyenangkan, menarik perhatian, menantang

untuk ditelusuri dan penuh dengan peluang untuk mengembangkan

kreativitas baik dalam berpikir maupun berkreasi (Rohandi, 2004: 51).

Dalam menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa perlu

diperhatikan beberapa hal yaitu : (a) siswa aktif dalam berbuat, bertanya,

bersikap kritis terhadap apa yang dilakukan dan dipelajarinya; (b) siswa

berani mengungkapkan gagasan dan kreatif terhadap penyelesaian suatu

persoalan walaupun dapat saja berbeda dengan gurunya; (c) beri

kebebasan siswa untuk berbicara, berbicara dalam konteks penyampaian

gagasan dan proses membangun serta meneguhkan sebuah pengertian

(Rohandi, 2004: 53).

Hamalik (2003: 140) menyatakan bahwa, ciri-ciri keaktifan siswa

ditandai oleh: (a) adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar; (b)

adanya kemandirian yang cukup tinggi; (c) adanya keterlibatan siswa

dalam menciptakan suasana belajar yang serasi, selaras, dan seimbang; (d)

adanya keterlibatan siswa untuk menciptakan lingkungan belajar untuk


(32)

15

mencari informasi dari berbagai sumber; (f) adanya keterlibatan siswa

dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban, mengajukan

pertanyaan, menilai jawaban dari temannya, dan memecahkan masalah

selama proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan ciri-ciri keaktifan

belajar ditandai oleh: (a) subyek pembelajaran adalah siswa; (b) adanya

keterlibatan siswa dalam proses belajar; (c) belajar aktif lebih efektif bila

dilakukan dalam kelompok agar tercipta interaksi multiarah; (d) aktifitas

siswa harus menyenangkan, menarik perhatian, menantang untuk

ditelusuri dan penuh dengan peluang untuk mengembangkan kreativitas;

(e) siswa aktif dalam berbuat, bertanya, bersikap kritis terhadap apa yang

dilakukan dan dipelajarinya; (f) adanya keterlibatan siswa dalam mencari

informasi dari berbagai sumber; (g) adanya kemandirian yang cukup

tinggi; (h) adanya keterlibatan siswa dalam menciptakan suasana belajar

yang serasi, selaras, dan seimbang; (i) adanya keterlibatan siswa untuk

menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman belajar;

(j) siswa berani mengungkapkan gagasan dan kreatif terhadap

penyelesaian suatu persoalan walaupun dapat saja berbeda dengan

gurunya.

3. Cara Mengukur Keaktifan Belajar

Titik berat keaktifan adalah dalam arti mengalami tetapi yang

termasuk aktif bukan hanya fisik semata. Gerak fisik hanya merupakan

salah satu pertanda adanya keaktifan. Hal yang tidak kalah pentingnya


(33)

ialah keaktifan pemikiran. Untuk belajar justru keaktifan pemikiran inilah

yang sangat penting (Suradisastra, Syamsudin, Sadeli, dan Hasan, 1991:

61).

Silberman dalam Gora dan Sunarto (2010: 10) menggambarkan saat

belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka

menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan

permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif

adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan

keterlibatan secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus

mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan

orang lain.

Abu dan Widodo (1991: 196-197) untuk melihat terwujudnya cara

belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa

indikator cara belajar siswa aktif yang nampak pada tingkah laku yang

muncul dilihat dari sudut siswa yaitu: (a) keinginan, keberanian

menampilkan minat, kebutuhan, dan permasalahannya; (b) keinginan dan

keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

persiapan, proses, dan kelanjutan belajar; (c) penampilan berbagai usaha

atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan

belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya; (d) kebebasan atau

keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak


(34)

17

Dilihat dari uraian di atas, guru tidak bisa melihat aktivitas pikiran

dan perasaan siswa, tetapi guru dapat mengamati dari manifestasinya.

Maka dapat disimpulkan dan dirumuskan keaktifan dalam penelitian ini

dapat diukur dan dilihat dari perilaku yang muncul berupa : (a) partisipasi

siswa dalam mempelajari materi; (b) partisipasi siswa dalam berinteraksi

dengan teman; (c) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; (d)

keinginan siswa untuk menerapkan apa yang mereka pelajari.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Arifin (2009: 12) menyatakan bahwa, prestasi belajar (achievement)

berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya meliputi aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi

aspek pembentukan watak siswa. Prestasi menurut Ridwan (2008: 55)

dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas

belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa

yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.

Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh

siswa setelah melakukan kegiatan belajar (Tohirin, 2006: 151).

Persamaan pendapat dari para tokoh tersebut terletak pada

pengertian prestasi belajar yang dikatakan sebagai hasil peserta didik


(35)

setelah melakukan kegiatan belajar. Sehingga dari pengertian mengenai

prestasi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses belajar sehingga peserta

didik mengalami perubahan tingkah laku.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa sangat tergantung pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Syah (2001: 132) mengemukakan secara global

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan

belajar. Jadi untuk menghasilkan siswa yang berprestasi, seorang pendidik

harus mampu mensinergikan ketiga faktor tersebut. Ketiga faktor tersebut

yaitu: faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

siswa. Adanya faktor internal ini yang membuat prestasi belajar siswa

menjadi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar

antara lain: (1) bakat, merupakan kemampuan untuk belajar; (2)

kecerdasan, yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa; (3)

minat, yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang

cenderung bersifat menetap yang didalamnya ada unsur rasa senang;

(4) motivasi, yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu


(36)

19

b. Faktor eksternal

1) Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak

mengesampingkan peranan faktor eksternal dalam peningkatan

prestasi belajar. Faktor eksternal memiliki pengaruh yang tidak

sebesar faktor internal. Faktor eksternal prestasi belajar antara lain:

kualitas guru dalam penguasaan materi.

2) Fasilitas mengajar, misalnya media dan alat peraga .

3) Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya

c. Faktor pendekatan belajar

Aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar mempengaruhi

prestasi belajar yang dicapai siswa. Faktor pendekatan belajar

merupakan suatu upaya belajar siswa yang menggunakan strategi dan

metode belajar yang digunakan siswa. Strategi dan metode belajar

digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Faktor

pendekatan belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar yang

diperoleh siswa. Sehingga dapat dirumuskan bahwa, semakin

mendalam cara belajar siswa dengan menggunakan suatu strategi dan

metode belajar maka prestasi yang diperoleh siswa semakin baik.

Abu dan Widodo (1991: 130-139) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi tiga yaitu:

a. Faktor stimuli belajar

Mencakup material, penugasan, serta suasana eksternal yang diterima

atau dipelajari oleh si pelajar.


(37)

b. Faktor metode belajar

Metode belajar yang dipakai guru menimbulkan perbedaan yang

berarti bagi proses belajar.

c. Faktor individual

Meliputi usia, jenis kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kondisi

kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:

a. Faktor internal, meliputi: bakat, kecerdasan, minat, motivasi, usia,

jenis kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan

jasmani, dan kondisi kesehatan rohani.

b. Faktor eksternal, meliputi: kualitas guru dalam penguasaan materi,

fasilitas mengajar, lingkungan yang mendukung, dan stimulasi belajar.

c. Faktor pendekatan belajar, meliputi: strategi dan metode.

Dalam penelitian ini faktor yang akan dilihat adalah faktor pendekatan

belajar, dimana metode dapat meningkatkan prestasi belajar.

C. Metode Role Play

1. Pengertian Metode Role Play

Role play atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,

mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang


(38)

21

(2008: 98-99) menyatakan bahwa, role play adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan yang spesifik. Role play dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan yang ampuh, dimana terdapat peran-peran yang

dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin

dieksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario).

Metode bermain peran (role play) merupakan metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan

cara anak didik memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup atau mati.

Metode ini dapat mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan

terampil dalam memaknai materi yang dipelajari (Sugihartono, 2007:

83). Menurut Silberman (1996: 27), “role play is an especially useful

experiental learning method,” role play adalah metode pembelajaran yang sangat bermanfaat khususnya dalam menambah pengalaman pada

anak. Metode ini dapat digunakan untuk berdiskusi, mempernyata suatu

kejadian, melatih kemampuan siswa, dan merasakan bagaiamana suatu

kejadian berlangsung. Metode role play adalah salah satu bentuk dari metode simulasi, yaitu metode mengajar dengan menirukan suatu

perbuatan atau kegiatan. Peniruan ini bersifat pura-pura, namun dapat

memperjelas materi pelajaran yang dilakukan (Supardi, 2011: 206).

Dapat disimpulkan bahwa metode role play adalah suatu metode pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk melakukan


(39)

kegiatan memainkan peranan tertentu untuk memperoleh pemahaman

materi yang dipelajari.

2. Tujuan Metode Role Play

Hamalik dalam Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2011: 40)

mengatakan bahwa tujuan bermain peran, sesuai dengan jenis belajar

adalah:

a. Belajar dengan berbuat

Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang

sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan-keterampilan-keterampilan reaktif.

b. Belajar melalui peniruan (imitasi)

Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor)

dan tingkah laku mereka.

c. Belajar melalui balika

Para pengamat mengomentari atau menanggapi perilaku para

pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk

mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang

mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.

d. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan.

Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka


(40)

23

3. Langkah-Langkah Metode Role Play

Menurut Suyatno (2009: 123), langkah-langkah dalam melakukan

role play adalah sebagai berikut.

a. Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari

sebelum KBM.

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.

f. Setiap siswa duduk dalam kelompoknya, sambil memerhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

g. Setelah selesai dipentaskan, setiap siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.

h. Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

j. Evaluasi. k. Penutup.

Menurut Supardi (2011: 207), langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam pembelajaran bermain peran adalah:

a. Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai. b. Memberikan gambaran situasi yang ingin disimulasikan. c. Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing. d. Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi.

e. Melaksanakan simulasi. f. Melakukan penilaian. g. Membuat kesimpulan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti akan melakukan

pembelajaran role play dengan langkah-langkah yaitu : (a) menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai; (b) guru menyusun atau

menyiapkan skenario yang akan ditampilkan; (c) menunjuk beberapa

siswa untuk mempelajari skenario sebelum KBM; (d) membentuk

kelompok dan menentukan peran masing-masing; (e) memberikan


(41)

penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; (f) memanggil para

siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah

dipersiapkan; (g) setiap siswa duduk di kelompoknya, sambil

memerhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan; (h)

setelah selesai dipentaskan, setiap siswa diberikan kertas sebagai lembar

kerja untuk membahas; (i) setiap kelompok menyampaikan hasil

kesimpulannya; (j) guru memberikan kesimpulan secara umum; (k)

evaluasi.

4. Keuntungan Metode Role Play

Hasibuan dan Moedjiono dalam Taniredja, dkk. (2011: 40-41)

bermain peran (role play) memiliki keuntungan yaitu:

a. Menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk

berpartisipasi.

b. Menyiapkan guru untuk mengembangkan aktivitas bermain peran.

c. Memungkinkan adanya eksperimen berlangsung tanpa memerlukan

lingkungan yang sebenarnya.

d. Menggambarkan hal-hal yang abstrak.

e. Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa.

f. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang

cakap dan kurang motivasi.

g. Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses,


(42)

25

Keuntunganan dari metode role play menurut Aman (2011: 114) adalah:

a. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

b. Memupuk kerja sama antar siswa.

c. Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.

d. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.

e. Memupuk keberanian siswa di depan kelas.

f. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan

dalam waktu yang singkat.

Menurut Djamarah dan Zain (2010: 89-90), role play memiliki keuntungan yaitu :

a. Sebagai pemain siswa harus memahami, menghayati, mengingat isi

cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus

diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan

lama.

b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main

drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai

waktu yang tersedia.

c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari

sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan

besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.


(43)

d. Kerjasama antar pemain dapat ditimbulkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya.

e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung

jawab dengan sesamanya.

f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah

dipahami orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keuntungan

yang didapat dari metode role play (bermain peran) adalah: (a) menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk

berpartisipasi; (b) menggambarkan hal-hal yang abstrak; (c)

memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa; (d) menimbulkan respon

yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasi;

(e) melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses,

kemajuan bermain peran; (f) murid akan terlatih untuk berinisiatif dan

berkreatif; (g) bakat yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah; (h)

kerjasama antara pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya; (i) murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya; (j) bahasa lisan murid dapat dibina

menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

5. Kekurangan Metode Role Play

Kekurangan dari metode role play menurut Sagala dalam Taniredja, dkk. (2011: 42) adalah:


(44)

27

a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang

aktif.

b. Banyak memakan waktu, baik persiapan, pemahaman isi bahan

pelajaran, dan pelaksanaan pertunjukan.

c. Memerlukan tempat yang cukup luas.

d. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton.

Menurut Aman (2011: 114-115) metode role play memiliki kekurangan yaitu:

a. Kurang kesungguhan para pemain, menyebabkan tujuan tidak

tercapai.

b. Pendengar atau siswa yang tidak berperan sering menertawakan

tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan

yang didapat dari metode role play adalah: (a) sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang aktif; (b) banyak memakan

waktu, baik persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan

pertunjukan; (c) memerlukan tempat yang cukup luas; (d) kelas lain

sering terganggu oleh suara pemain dan penonton; (e) kurang

kesungguhan para pemain, menyebabkan tujuan tidak tercapai; (f)

pendengar atau siswa yang tidak berperan sering menertawakan tingkah

laku pemain sehingga merusak suasana.


(45)

D. IPS di Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS

Pengertian IPS menurut Kurikulum KTSP (2006: 575) menyatakan

bahwa “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI

mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

Ekonomi.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003: 424), ilmu pengetahuan sosial diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan

yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial (seperti

sejarah, ekonomi, geografi). IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan

tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan

menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, dan

antropologi (Daldjoeni, 1981: 7). Menurut Sumaatmadja (1980: 17), IPS

adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari

masyarakat. Mata pelajaran yang dapat dijadikan sumber pada

pengajaran IPS yaitu geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, politik, dan

ilmu sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu

pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari tingkat pendidikan dasar SD/MI/SDLB sampai


(46)

29

geografi, sosiologi, dan antropologi. Pada jenjang SD, pembelajaran IPS

meliputi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

2. Tujuan IPS

Dalam Kurikulum KTSP IPS memiliki tujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global.

Menurut Sumaatmadja (1980: 35-49), tujuan IPS adalah:

a. Tujuan Pendidikan Nasional (Sumaatmadja, 1980: 35)

Bagaimanapun keadaan dan kesempatannya, IPS harus dapat

membina afeksi sila-sila Pancasila, kognisi, dan psikomotorik para

anak didik untuk menjadi manusia pembangunan Indonesia, serta

membentuk tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan.

b. Tujuan Institusional Pendidikan Dasar (Sumaatmadja, 1980: 41)


(47)

IPS dapat membekali anak didik dengan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan dasar untuk dapat mengembangkan pribadinya sebagai

warga masyarakat, dan dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah yang

lebih tingi.

c. Tujuan Kurikuler (Sumaatmadja, 1980: 48-49)

Pengajaran IPS mempunyai tujuan, yaitu: (1) membekali anak

didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan

masyarakat; (2) membekali anak didik dengan kemampuan

mengidentifikasi, menganalisa, dan menyusun alternatif pemecahan

masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; (3)

membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan

sesama warga masyarakat, dan dengan berbagai bidang keilmuan serta

berbagai keahlian; (4) membekali anak didik dengan kesadaran, sikap

mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang

menjadi bagian dari kehidupannya yang tidak terpisahkan; (5)

membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan

pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan

kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan

teknologi.

d. Tujuan Instruksional IPS (Sumaatmadja, 1980: 35)

Tujuan instruksional merupakan unsur tujuan yang fundamental


(48)

31

kedudukannya. Tujuan instruksional dibagi menjadi tiga kelompok

pembakuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan IPS dalam pendidikan menurut (Daldjoeni, 1981: 23)

adalah sebagai berikut.

a. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social science

jika ia nantinya masuk ke perguruan tinggi.

b. IPS bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik. Mata pelajaran

yang disajikan oleh guru sekaligus harus ditamatkan dalam konteks

budaya melalui pengolahan secara ilmiah dan psikologis yang tepat.

c. IPS hakekatnya adalah suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas,

inilah yang kita temukan dalam definisi IPS sebagai suatu

penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial yang

penyajiannya di sekolah disesuaikan dengan kemampuan guru dan

daya tangkap siswa.

d. IPS mempelajari closed area yaitu masalah-masalah sosial yang penting untuk dibicarakan di muka umum. Bahannya menyangkut

macam-macam pengetahuan dari ekonomi sampai politik, dari sosial

sampai kultural. Dengan cara ini siswa dilatih untuk berpikir

demokratis.

3. IPS Kelas V

Mata pelajaran IPS pada kelas V cukup luas cakupannya yaitu

terdiri dari satu SK yaitu 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan

masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan


(49)

Indonesia dengan empat KD yaitu 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para

tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, 2.2

Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia, 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan, dan 2.4 Menghargai perjuangan para

tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Untuk itu peneliti memilih

KD 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan. Peneliti tidak sekedar memilih tetapi karena pada materi

ini masih banyak siswa yang mengalami kendala/masalah.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Mardiyan (2012) meneliti tentang peningkatan keaktifan dan hasil

belajar menggunakan metode bermain peran (role playing) dalam pembelajarn akuntansi materi jurnal penyesuaian pada siswa kelas XI IPS 3

SMA Negeri 3 Bukittinggi. Peningkatan rata-rata persentase indikator

keaktifan, pada tahap pra siklus hanya 39,71%, pada siklus I meningkat

menjadi 65,50% dan pada siklus II meningkat menjadi 76,60%. Tingkat

keaktifan siswa pada pra siklus hanya 13%, mengalami peningkatan pada

siklus I menjadi 41% dan 59% pada silus II. Selain itu penggunaan metode

bermain peran (role play) dapat meningkatkan rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa, pada siklus I sebesar 58,16% dan pada siklus II meningkat


(50)

33

Rigianawati (2010) yang meneliti tentang upaya peningkatan motivasi

belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran role playing pada mata pelajaran akuntansi studi kasus pada siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri

1, Ngaglik 1, Yogyakarta. Perhitungan nilai sebelum penelitian yaitu mean =

52,89, median = 52,5, modus = 51, sedangkan setelah dilakukan penelitian

perhitungan nilai menjadi mean = 62,21, median = 61,5, modus = 60.

Penguasaan kosa kata dalam memahami wacana Bahasa Inggris pada awalnya

39,3 % menjadi 54,4 % pada siklus I dan 65 % pada siklus II.

Trihutami (2010) yang meneliti tentang bermain peran role play pada siswa kelas X-2 SMA N 6 Yogyakarta dapat meningkatkan kemampuan

mengapresiasi puisi dan keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran

mengalami peningkatan dari kondisi awal 29,41% menjadi 67,85% pada

siklus I dan 84,84% pada siklus II. Selain itu dengan menggunakan metode

bermain peran kemampuan mengapresiasi puisi juga mengalami peningkatan

dengan kondisi awal 42,59% menjadi 57,22% pada siklu I dan 70,13% pada

siklu II.

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, menunjukan bahwa role play

dapat meningkatkan keaktifan, hasil belajar, motivasi, dan mengapresiasi

puisi. Perbedaan ketiga penelitian di atas dengan penelitian ini terdapat pada

variabel yang diteliti dan subjek penelitiannya. Penelitian ini menggunakan

variabel keaktifan dan prestasi belajar. Sedangkan subjek penelitiannya

adalah siswa kelas V SDN Caturtunggal 3, Yogyakarta. Peneliti akan


(51)

mencoba meneliti tentang keaktifan, prestasi belajar siswa dan metode role play.

F. Kerangka Pikir

Pada mata pelajaran IPS kelas V materi jasa dan peranan tokoh pejuang

dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di SDN Caturtunggal 3

prestasi belajar dan keaktifan siswa masih rendah. Terbukti dengan rata-rata

nilai pada materi tersebut pada tahun 2010/2011 adalah 69,53 dan sebesar

60,72% siswa mencapai KKM. Pada tahun 2011/2012, pada materi tersebut

rata-rata nilainya adalah 54,5 dengan siswa yang mencapai KKM sebesar

45,45%. Begitu juga dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, keaktifan

siswa hanya 43,41% atau dalam kategori kurang aktif.

Materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia merupakan materi yang banyak menuntut siswa

untuk menghafal dan mengharuskan siswa untuk berpikir abstrak. Sesuai

dengan perkembangan kognitifnya, siswa SD masih dalam tahap operasional

konkrit, dimana siswa dalam menerima pelajaran harus terdapat interaksi

inderawi siswa dengan benda-benda dan peristiwa konkrit di lingkungan

sehingga tidak menyulitkan siswa dalam menerima pelajaran.

Metode role play akan menyajikan situasi pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku

tertentu untuk memahami suatu materi tertentu. Sesuai dengan Sediono dalam


(52)

35

memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran

tersebut bertentangan dengan hakekat belajar. Dari pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa keaktifan itu penting. Selain itu menurut Ruhimat (2011:

139), secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran

tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Berdasar

pendapat Ruhimat ini setelah siswa melakukan proses pembelajaran akan

dihasilkan pencapaian prestasi belajar.

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar adalah metode role play. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan yang mendasari metode ini menurut Hamalik (2007: 212), yaitu

untuk menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi

belajar aktif (berlawanan dengan partisipasi pasif). Menurut Hamalik

(2007:212), metode role play juga dilandasi teori John Dewey, yakni prinsip belajar sambil berbuat (learning by doing). Di mana prinsip ini berasumsi bahwa siswa yang terlibat aktif dapat memperoleh lebih banyak pengalaman

daripada mereka yang hanya melihat materi.

Selain itu, penelitian yang mendukung tentang penggunaan metode role play adalah penelitian Mardiyan (2012) tentang keaktifan dan hasil belajar, Rigianawati (2010) tentang peningkatan motivasi belajar dan Trihutami

(2010) tentang keaktifan dan kemampuan mengapresiasi puisi. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan metode role play dikarenakan peneliti ingin mencoba memberikan solusi terhadap upaya pembelajaran yang dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar. Apabila metode role play


(53)

diterapkan pada pembelajaran IPS, maka keaktifan dan prestasi belajar siswa

kelas V SDN Caturtunggal 3 akan meningkat.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, peneliti merumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut:

a. Penerapan metode role play dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 pada Kompetensi Dasar

2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah yaitu penentuan

topik, penyusunan skenario, pemahaman skenario, pembentukan kelompok

dan penentuan peran, pemberian penjelasan tentang kompetensi yang ingin

dicapai, peragaan skenario, pengamatan jalannya role play, pengerjaan lembar kerja, pemaparan hasil diskusi, kesimpulan dan evaluasi.

b. Penggunaan metode role play dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013 pada

materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia.

c. Penggunaan metode role play dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013

pada materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan


(54)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang berfokus merubah kondisi nyata yang ada sekarang ke arah yang lebih baik seperti apa yang diharapkan. Menurut Daryanto (2011: 4)

mengatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan

oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk

memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar

siswa dapat ditingkatkan. Tujuan tindakan ini adalah untuk memecahkan

permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas dan untuk meningkatkan

kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus.

Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas (Kusumah dan Dwitagama,

2009: 25):

1. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek

yang terkait PTK. Sedangkan, perencanaan khusus dimaksudkan untuk

menyusun rancangan dari siklus per siklus.


(55)

2. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari

suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang

digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.

3. Pengamatan

Pengamatan, observasi, atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh

kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat monitoring

pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di

dalam kelas penelitian.

4. Refleksi

Refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau

upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau pertisipan yang

terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan.

Di bawah ini merupakan gambaran tahapan pada setiap siklus.

Gambar 1. Siklus dalam PTK berdasar Kusumah dan Dwitagama (2009: 44)

Tindakan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Tindakan

Pengamatan Refleksi

Perubahan

Siklus I

Siklus II Perencanaan


(56)

39

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SDN Caturtunggal 3, Yogyakarta.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Caturtunggal 3,

Yogyakarta. Dengan rincian jumlah 31 siswa, terdiri atas 15 siswa putra

anak dan 16 siswa putri.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V

SDN Caturtunggal 3, Yogyakarta dengan menggunakan metode role play. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni tahun ajaran

2012/2013.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan

Tahun 2013

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agst

1. Penyusunan proposal 2. Pengajuan proposal 3. Penyusunan

rancangan penelitian 4. Pelaksanaan

penelitian

5. Pengolahan hasil penelitian

6.

Penyelesaian kelengkapan penelitian

7. Penyusunan laporan 8. Ujian Skripsi 9. Revisi

10. Pembuatan artikel


(57)

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

berangkat dari masalah yang ada dalam pembelajaran siswa di kelas. Dalam

penelitian ini akan ditekankan pada peningkatan keaktifan dan prestasi

belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan Kompetensi Dasar:

2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

siswa kelas V SDN Caturtunggal 3, Yogyakarta semester II tahun ajaran

2012/2013. Dalam penelitian ini terdapat siklus untuk melakukan penelitian

yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

1. Persiapan

a. Meminta izin kepada Kepala SDN Caturtunggal 3 untuk melakukan

kegiatan penelitian di SD tersebut.

b. Melakukan wawancara dengan guru kelas V untuk mengetahui

masalah dalam pembelajaran.

c. Mengamati daftar nilai siswa tahun sebelumnya.

d. Melakukan observasi pada siswa kelas V untuk memperoleh gambaran

mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswanya.

Melakukan pengamatan lebih teliti untuk mengetahui gambaran

mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam materi menghargai

jasa dan peranan tokoh dalammemproklamasikan kemerdekaan.

e. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yaitu kurangnya keaktifan

dan rendahnya prestasi belajar siswa tentang materi menghargai jasa


(58)

41

f. Merumuskan masalah.

g. Merumuskan hipotesis.

h. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus.

i. Membuat gambaran awal mengenai keaktifan dan prestasi belajar

siswa kelas V pada materi menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan .

j. Mengkaji SK, KD, dan materi pokok.

k. Menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal, instrumen penilaian,

instrumen penelitian.

l. Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang

dilakukan guru dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang

telah direncanakan.

m. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di

kelas.

2. Rencana Tindakan

Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan

kelas sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Rencana tindakan

Dalam tahap perencanaan peneliti mempersiapkan:

a) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.


(59)

b)Menyiapkan naskah role play.

c) Menyiapkan lembar pengamatan siswa.

d)Membuat soal ulangan dengan materi jasa dan peranan tokoh

pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

e) Lembar refleksi siswa.

Lembar refleksi ini bermanfaat untuk mengetahui hambatan dan

kesulitan yang dialami siswa ketika melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan metode role play. 2) Pelaksanaan

Siklus I

 Pertemuan I Kegiatan Awal

a) Salam pembuka.

b) Guru menyiapkan kondisi peserta didik dan kelas

(kesiapan peserta didik mengikuti pelajaran, buku

pelajaran, dan kebersihan kelas).

c) Siswa dan guru menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”. d) Siswa dan guru bertanya jawab tentang kesan lagu yang

dinyanyikan.

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

1) Siswa membentuk kelompok, kelas dibagi menjadi 4


(60)

43

2) Siswa dibagikan sebuah LKS.

3) Setiap kelompok diminta mempelajari naskah role play

dalam LKS.

4) Setiap kelompok mengerjakan LKS.

5) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi.

6) Siswa yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi.

7) Siswa dan guru membahas hasil diskusi siswa.

8) Guru menunjuk siswa untuk memerankan tokoh dalam

role play yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

9) Siswa dan guru mendiskusikan rencana role play untuk pertemuan selanjutnya.

10) Siswa dan guru menyimpulkan tentang pembelajaran

hari ini.

11) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai materi yang

belum dipahami pada pelajaran hari ini.

12) Guru memberi penguatan mengenai pembelajaran hari

ini.

Kegiatan Akhir

a) Siswa membuat rangkuman tentang pembelajaran hari

ini dengan bimbingan guru.

b) Siswa dibimbing untuk merefleksikan pembelajaran pada

hari ini.


(61)

c) Siswa mengucapkan salam penutup.

Pertemuan 2 Kegiatan Awal

a) Salam pembuka.

b) Siswa dan guru bertanya jawab tentang pembelajaran

yang telah lalu.

c) Siswa diingatkan guru tentang persiapan role play yang akan dilaksanakan.

Kegiatan Inti

a) Siswa berkumpul dengan kelompok.

b) Siswa mempersiapkan role play yang akan ditampilkan. c) Kelompok yang mendapat giliran, melakukan role play

di depan kelas.

d) Siswa yang lain memperhatikan dan dibagikan LKS.

e) Siswa yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi

jalannya role play.

f) Guru membawa peserta didik keluar dari peran yang

dimainkannya.

g) Setiap siswa berdiskusi mengerjakan LK.

h) Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya.

i) Siswa dan guru bertanya jawab tentang hal yang belum


(1)

Foto siswa mendengarkan penjelasan guru Foto siswa ketika mempelajari naskah

role play

Foto guru memantau diskusi siswa Foto siswa mempresentasikan hasil diskusi

Foto siswa menjawab pertanyaan guru Foto siswa mendengarkan pendapat teman dalam kelas


(2)

261

FOTO-FOTO PENELITIAN

(Siklus I Pertemuan 2)

Foto siswa mendengarkan penjelasan guru Foto persiapan role play

Foto siswa melakukan role play Foto siswa mengamati role play

Foto siswa melakukan diskusi kelompok Foto siswa mengerjakan soal evaluasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

Foto siswa sedang berdoa Foto siswa mempelajari naskah role play

Foto guru memantau diskusi siswa Foto siswa mencari sumber belajar lain


(4)

263

FOTO-FOTO PENELITIAN

(Siklus II Pertemuan 2)

Foto persiapan role play Foto siswa melakukan role play

Foto siswa melakukan diskusi setelah role play Foto guru memantau diskusi siswa

Foto siswa menjawab pertanyaan guru ` Foto siswa mengerjakan soal evaluasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

vii

Kurniawati, Linda. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Metode Role Play pada Siswa Kelas V SDN Caturtunggal 3 Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana penggunaan metode role play dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar, (2) apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan keaktifan, dan (3) apakah penggunaan metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 siswa, terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Objek penelitian adalah keaktifan dan prestasi belajar IPS tentang jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Teknik pengumpulan data adalah tes tertulis, observasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan metode role play

pada siklus I dilaksanakan melalui langkah-langkah penentuan topik, penyusunan skenario, pemahaman skenario, pembentukan kelompok dan penentuan peran, pemberian penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai, peragaan skenario, pengamatan jalannya role play, pengerjaan lembar kerja, pemaparan hasil diskusi, kesimpulan dan evaluasi, langkah-langkah role play pada siklus I sama dengan siklus II. (2) Metode role play dapat meningkatkan keaktifan siswa, hal ini terlihat dari kondisi awal persentase rata-rata keaktifan siswa adalah 43,41%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, persentase rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 79,45%. Pada siklus II, persentase rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 90,25%. (3) Metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar, hal ini terlihat dari kondisi awal prestasi siswa adalah 62,02, setelah dilakukan tindakan pada siklus I, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 76,14 dan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 85,65. Kondisi awal persentase siswa yang mencapai KKM adalah 53,09%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I, persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 93,54% dan pada siklus II persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 96,77%.


(6)

viii

ABSTRACT

Kurniawati, Linda. 2013. Increasing Active Participations and Learning Achievement in Social Science Using Role Play Method of Grade V Students in Caturtunggal 3 Elementary School in the Academic Year of 2012/2013. Thesis. PGSD Study Program of Sanata Dharma University.

This research was aimed to know: (1) how to use role play method in an effort to increase the activity and learning achievement, (2) whether the use of role play method can increase the activity, and (3) whether the use of role play can increase student achievement in social science and materials in the hero role proclaimed Indonesian independence Elementary School fifth grade students Caturtunggal 3 academic year of 2012/2013.

This research was Classroom Action Research (CAR). The subjects were fifth grade students of Caturtunggal 3 Elementary school academic year of 2012/2013. The fifth grade was consisted of 31 students; 15 male students and 16 female students. The research objective is active participations and learning achievement on social science about the services and the role of hero in proclaiming the independence of Indonesia. The study consisted of two cycles. Each cycle consisted of two meetings. Data collection techniques are written tests, observation, and interviews. Data were analyzed by descriptively.

The results of this study showed that: (1) the use of roleplay method in the cycle one was conducted by determining the topic, scenario, scenario understanding, and determination of the role of group formation, giving an explanation of competencies to be achieved, scenario modeling, observation of the course of the role play, worksheets workmanship, exposure of the discussions, conclusions and evaluation, role play the steps on the first cycle was the same with the second cycle (2) role play method can increase student activity, it can be seen from the initial condition of the average percentage of active students is 43.41%. After the action in the first cycle, the average percentage of student activity increased to 79.45%. In the second cycle, the average percentage of student activity increased to 90.25%. (3) role play method can increase student achievement, it is seen from the initial conditions of student achievement is 62.02, after the action in the first cycle, the average student value increased to 76.14 and the second cycle the average value of student increased to 85.65. Initial conditions the percentage of students who achieve the minimum score requirement is 53.09%, after the action in the first cycle, the percentage of students who achieve the minimum score requirement increased to 93.54% and the second cycle the percentage of students who achieve the minimum score requirement increased to 96.77%.

Keywords: activity, learning achievements, role play method