Pengaruh status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculatata Marsudirini Yogyakarta

(1)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII D SMP

MARIA IMMACULATA MARSUDIRINI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Scholastika Sundari

NIM : 101414067

PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII D SMP

MARIA IMMACULATA MARSUDIRINI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Scholastika Sundari

NIM : 101414067

PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menuntun setiap langkahku Santa Scholastika dan Santa Yosephin pelindungku Kedua orangtuaku Bapak Harjo Wiyono dan Ibu Parinem Kakak-kakakku Sahabat-sahabatku Serta almamaterku Universitas Sanata Dharma

Tak berkesudahan kasih Tuhan,

tak habis-habis-Nya,

selalu baru setiap pagi,

besar setia-Mu

(Ratapan 3:22-23)


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

Scholastika Sundari. 2014. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi Program Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keadaan atau gambaran mengenai status sosial ekonomi orangtua siswa, (2) pengaruh yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orangtua siswa dengan hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (kualitatif-kuantitatif). Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014 yakni pada bulan maret-juni. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini menggunakan kuesioner tentang Status Sosial Ekonomi (SSE) Orangtua Siswa untuk mengetahui kondisi serta status sosial ekonomi orangtua siswa. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes hasil belajar siswa. Data yang didapat kemudian dianalisis berdasarkan skor yang diperoleh pada masing-masing komponen status sosial ekonomi yang sudah ditentukan sebelumnya dan pada skor hasil belajar yang didapat. Untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap hasil belajar digunakan uji korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) status sosial ekonomi orangtua siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 berada di atas rata-rata atau dengan kata lain sudah cukup baik, sebanyak 22 siswa dari 31 siswa status sosial ekonomi orangtuanya tergolong sedang sampai sangat tinggi, (2) hasil belajar yang diperoleh siswa, secara keseluruhan sudah baik, sebanyak 24 dari 31 siswa tergolong dalam kriteria sedang, tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan untuk pengaruh SSE orangtua siswa terhadap hasil belajar siswa disimpulkan bahwa SSE orangtua siswa tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai statistik uji t yang kurang dari t tabel =1,6991 dan nilai kontribusi pengaruh dari komponen SSE terhadap hasil belajar yang sangat kecil. Hanya terdapat 4 komponen SSE yang mempunyai kontribusi pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar yaitu pendidikan non-formal bapak sebesar 30,8%, pendidikan non-formal ibu sebesar 28,84%, jenis bangunan tempat tinggal sebesar 17,98%, dan banyak kendaraan yang dimiliki sebesar 21,62%.


(9)

viii ABSTRACT

Scholastika Sundari, 2014. Effects of Socio Economic Status of Parents against Students in Mathematics Learning Outcomes Topic Students Build Space Flat Side to students VIII D Class in Junior High School of Immaculata Marsudiri Yogyakarta. Thesis Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. The objectives of this study are to determine (1) the condition of the socio economic status of the students’ parents , (2) the positive and significant effect between socio economic status of students’ parents with mathematics learning outcomes . Here, descriptive method (qualitative - quantitative) is used to analyze the research findings. The study held at odd semester in academic year 2013/2014, started from March until June. The subjects in this study were all students of class VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta in academic year 2013/2014.

In this study, a questionnaire was used to determine the condition of the Socio Economic Status (SES) of the parents’ students. Student learning outcomes were measured using students' achievement test. The collected data were analyzed using the score of socio economic status component. To determine the effect of socioe conomic status of students’ parents and students’ achievement, correlation test was used.

From the results of this study, it can be concluded that (1) the socio economic status of parents of eighth grade students of SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta in academic year 2013/2014 is above average, or in other words is good, 22 students from 31 socioe conomic status of the students’ parents classified as median to very high , (2) the student learning gets good result , 24 of the 31 students classified as median , high and very high . From this result we know that SES parents do not have any positive and significant effect on student learning outcomes. This can be seen from the result of the statistic test t is less than t table = 1.6991 and it is big influence from SES to the result study of students, like: 30.8 % of non-formal education of father, 28.84% of non-formal education of mother, 17.98% of place to live (home) and 21.62% of transportation of theirs.

Keywords : socio economic status of the parents and mathematics learning outcomes


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Status Ekonomi Sosial Orangtua Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta ” ini dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat tersusun berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menuntun, melindungi,

serta selalu memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan juga selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan senantiasa memberikan bimbingan serta pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.


(11)

x

berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penyusunan skripsi ini. 7. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Sr. M. Cornelia Rosyeni Tanoto selaku kelapa sekolah SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian di SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta.

9. Ibu Juliana Erni Mutiani, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pengambilan data penelitian.

10. Siswa-siswi kelas VIII B dan VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang telah membantu penulis dalam perolehan data penelitian.

11.Bapak, Ibu, kakak-kakakku, dan saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan doa, dukungan, cinta, dan semangat selama saya belajar di Universitas Sanata Dharma dan selama penyusunan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(12)

xi

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Oleh karena itu penulis menerima dengan sangat terbuka terhadap saran dan kritik demi perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak yang membutuhkan.


(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ...

i ii iii iv v vi vii viii ix xii xvii xviii xix 1 1 6 7 7 8


(14)

xiii

F. Batasan Istilah ... G. Manfaat Hasil Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Belajar ... 1. Pengertian Belajar ... 2. Hasil Belajar ... 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar ... 4. Pembelajaran ... B. Hakekat Matematika ... C. Status Sosial Ekonomi (SSE) Orangtua Siswa ... D. Komponen-Komponen Status Sosial Ekonomi...

1. Pendidikan ... 2. Pekerjaan ... 3. Pendapatan ... 4. Jenis Tempat Tinggal ... 5. Pemilikan Kekayaan ... E. Materi Belajar... F. Penelitian Sebelumnya Yang Relevan ... G. Kerangka Berfikir ... H. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian...

8 10 11 11 11 12 16 24 29 30 32 33 36 38 42 43 44 47 48 50 52 52


(15)

xiv

B. Waktu dan Tempat ... C. Subyek Penelitian ... D. Obyek Penelitian ... E. Perumusan Variabel ... 1. Variabel Bebas ... 2. Variabel Terikat ... F. Instrumen Penelitian ...

1. Kuesioner/Angket ... 2. Tes Hasil Belajar ... G. Validitas dan Reliabilitas ... 1. Validitas... a. Validitas Isi ... b. Validitas Butir Soal ... 2. Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... H. Pelaksanaan Penelitian ...

1. Observasi ... 2. Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 3. Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Tes Hasil Belajar .... a. Validitas Uji Coba Tes Hasil Belajar ... b. Reliabilitas Uji Coba Tes Hasil Belajar ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Kelayakan Analisis ... B. Diskripsi Data ...

52 53 53 53 53 53 54 54 55 56 56 57 57 58 60 60 60 61 61 62 63 63 64


(16)

xv

1. Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa ... a. Data Mentah ... b. Besaran Statistik ... c. Histogram ... 2. Tes Hasil Belajar ... a. Data Mentah ... b. Besaran Statistik ... c. Histogram ... C. Inferensi ...

1. Kontribusi Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa... a. Pendidikan Orangtua Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa... b. Pekerjaan Orangtua Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa... c. Pendapatan Orangtua Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa... d. Kondisi Tempat Tinggal Terhadap Hasil Belajar Siswa... e. Kepemilikan Kekayaan Terhadap Hasil Belajar Siswa... D. Pendalaman Analisis ... 1. Deskripsi .... ...

64 64 64 66 67 67 67 69 70 74 74 75 75 76 77 77 77


(17)

xvi

2. Transkrip Wawancara ... 3. Hasil Analisis... 4. Kesimpulan Umum ...

E. Kelemahan dalam Penelitian... BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ... B. Saran-saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

78 86 88

89 90 90 91 93 95


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1

Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tingkat Kecerdasan Manusia Berdasarkan IQ... Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi Orangtua ... Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... Data Hasil Uji Coba Validitas Tes Hasil Belajar ... Distribusi Frekuensi Skor Kuesioner SSE Orangtua Siswa.. Distribusi Frekuensi Skor THB... Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Spearman Rank antara SSE Orangtua Siswa dan Hasil Belajar... Hasil Perhitungan Statistik Uji t antara SSE Orangtua Siswa dan Hasil Belajar...

21 55 56 61 65 68

71


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1

Gambar 2.2 Gambar 2.3

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Model kubus ABCD.EFGH... Model balok ABCD.EFGH... Kerangka berpikir hubungan antara status ekonomi sosial orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa ... Histogram distribusi frekuensi jumlah siswa pada setiap kriteria skor angket SSE orangtua siswa ... Histogram distribusi frekuensi jumlah siswa pada setiap kriteria skor THB matematika siswa ...

45 46

50

66


(20)

xix DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A.1 Lampiran A.2 Lampiran A.3 Lampiran A.4 Lampiran B.1 Lampiran B.2 Lampiran B.3 Lampiran B.4 Lampiran B.5 Lampiran B.6 Lampiran B.7 Lampiran B.8 Lampiran B.9 Lampiran B.10 Lampiran B.11 Lampiran B.12 Lampiran B.13

Kuesioner SSE Orangtua Siswa... Soal Uji Coba THB Matematika ... Soal THB Matematika ... Kunci Jawab THB Matematika... Tabel Hasil Penskoran Uji Coba Tes Hasil Belajar ... Tabel Hasil Penskoran Kuesioner SSE... Tabel Hasil penskoran Tes Hasil Belajar Siswa... Tabel Hasil Validitas Uji Coba THB... Perhitungan Validitas Uji Coba THB... Tabel Hasil Reliabilitas Uji Coba THB... Perhitungan Validitas Uji Coba THB... Perhitungan Ukuran Pemusatan Data Kuesioner SSE... Perhitungan Ukuran Pemusatan Data THB... Perhitungan Perumusan Tabel Distribusi Frekuensi Kuesioner SSE... Perhitungan Perumusan Tabel Distribusi Frekuensi THB.. Tabel Evaluasi Hasil Penskoran Kuesioner SSE Orangtua Siswa ... Tabel Evaluasi Hasil Penskoran THB ...

95 100 102 104 110 111 113 114 118 121 123 125 126 127 128 129 130


(21)

xx Lampiran B.14

Lampiran B.15

Lampiran B.16

Lampiran B.17 Lampiran C.1 Lampiran C.2 Lampiran D.1 Lampiran D.2 Lampiran D.3 Lampiran E.1 Lampiran E.2

Transformasi Skor Hasil Belajar... Tabel Perhitungan Koefisien Korelasi Spearman Rank antara SSE dan THB ... Perhitungan Koefisien Korelasi Spearman Rank antara SSE dan THB... Perhitungan Statistik Uji t antara SSE dan THB... Daftar Nama Siswa Kelas VIII B ... Daftar Nama Siswa Kelas VIII D ... Lembar Jawab Siswa Uji Coba THB Matematika ... Lembar Jawab Siswa Kuesioner SSE ... Lembar Jawab Siswa THB Matematika ... Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ... Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian...

131

132

149 152 155 156 157 162 187 195 196


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan dilakukan secara sadar dan sengaja dirancang atau dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan pendidikan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Banyak cara dan upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Salah upaya yang sudah dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan memberi bantuan beasiswa untuk anak berprestasi dan tidak mampu, adanya bantuan operasional sekolah, dan dengan mengadakan berbagai penataran guru-guru di masing-masing mata pelajaran.

Dari berbagai macam pelajaran yang ada di sekolah, salah satu mata pelajarannya adalah matematika. Matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Herman Hudoyo, 1988:3). Pernyataan tersebut mengarahkan pada suatu pendapat bahwa matematika merupakan salah satu pelajaran yang sulit dipelajari. Herman Hudoyo (1988:16) menjelaskan bahwa belajar matematika


(23)

akan berhasil jika proses belajarnya baik yaitu melibatkan intelektual peserta didik yang optimal.

Belajar sendiri adalah merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1987:36). Proses belajar yang melibatkan siswa tentulah merujuk pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan antara siswa, guru, dan perangkat pembelajaran lainnya seperti, metode, media, sumber belajar, sarana dan prasarana belajar, serta kurikulum untuk mencapai suatu kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Suatu pembelajaran dikatakan baik atau berhasil jika faktor-faktor pendukung keberhasilan itu terpenuhi. Menurut Syaiful (2006:109) faktor-faktor yang memenuhi keberhasilan pembelajaran terdiri atas tujuan, guru, siswa, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi. Dari beberapa faktor-faktor tersebut sebagian besar disebabkan atau timbul dari pihak siswa dan guru.

Faktor dari siswa ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari siswa terdiri atas perhatian, minat, motivasi, sikap, konsentrasi, dan kesiapan siswa untuk belajar. Semua komponen tersebut nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar akan terlihat di akhir pembelajaran. Hasil belajar yang optimal itu juga sangat dipengaruhi oleh cara mengajar guru yang baik pula (Herman Hudoyo, 1988:6), karena tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan


(24)

guru dapat dipahami oleh siswa. Sedangkan faktor eksternal dari siswa adalah keluarga, pergaulan, teman sebaya, dan lingkungan sekitar siswa. Dari beberapa faktor tersebut faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor dari keluarga, terutama status sosial ekonomi orangtua siswa. Kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan dan minat belajar siswa yaitu pada terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung belajar siswa, seperti alat belajar, buku, dan sumber belajar lainnya. Siswa akan semangat untuk belajar ketika mereka mempunyai alat tulis yang lengkap, sumber belajar yang bervariasi, dan kebutuhan lain siswa yang terpenuhi.

Cara mengajar guru juga merupakan salah satu faktor eksternal lainnya. Guru akan mengajar secara efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar (Slameto, 1988: 94). Perencanaan yang baik menambah kepercayaan diri guru didepan kelas dan dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Selain itu guru juga harus menguasai bahan pelajaran dengan baik, memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya, menciptakan suasana belajar yang demokratis, mengaktifkan siswa, dan guru juga harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dalam mengajar matematika, kemampuan guru dalam menyampaikan matematika dan sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian, pengalaman, dan motivasi guru dalam mengajar matematika juga berpengaruh terhadap efektivitasnya proses belajar (Herman Hudoyo, 1988:7). Penguasaan materi matematika dan cara penyampaiannya merupakan syarat wajib bagi guru matematika. Seorang


(25)

guru matematika yang tidak menguasai materi matematika dan tidak menguasai berbagai penyampaian atau metode pembelajaran maka proses belajar matematika tidak berlangsung efektif dan siswa akan gagal dalam belajar matematika.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan observasi, peneliti melihat bahwa terdapat beberapa siswa yang masih kesulitan untuk mengikuti pelajaran matematika. Kondisi yang terjadi adalah keadaan kelas yang gaduh karena sebagian siswa yang berbicara sendiri dan tidak memperhatikan guru, siswa ribut meminjam alat tulis pada siswa lainnya, bahkan terdapat siswa yang meletakkan kepalanya di atas meja. Hal ini berdampak pada perhatian dan antusias siswa untuk belajar matematika dan tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah mungkin siswa menganggap materi yang dipelajari terlalu mudah, sikap dan minat siswa untuk belajar matematika rendah, rendahnya kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari, minimnya sumber belajar dan buku reverensi yang dimiliki siswa, dan kemungkinan lainnya adalah penyampaian guru terhadap materi yang kurang berhasil.

Metode pembelajaran guru yang diterapkan pada pembelajaran matematika saat peneliti melakukan observasi adalah metode klasikal, dimana guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Lalu, guru memberikan pemahaman awal kepada siswa melalui ceramah dan tanya jawab. Pada proses pembelajaran, guru menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran untuk menjelaskan


(26)

materi kepada siswa. Tahap berikutnya yang dilakukan guru adalah dengan membagi alat peraga kesebagian siswa untuk digunakan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya, selanjutnya guru memberikan beberapa soal terkait dengan materi yang diajarkan. Guru berkeliling untuk mengecek pekerjaan siswa dan menanggapi siswa yang bertanya. Sesekali guru menjawab pertanyaan siswa dan dibawa didepan kelas untuk disampaikan ke semua siswa bila pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang baik dan butuh penjelasan khusus. Soal-soal dari guru dikerjakan oleh siswa sampai jam pelajaran berakhir dan dijadikan pekerjaan rumah jika mereka belum selesai mengerjakan.

Alat peraga yang digunakan oleh guru dalam mengajar adalah merupakan fasilitas yang diberikan oleh sekolah untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran. Fasilitas pendukung pembelajaran lainnya adalah sarana dan prasarana sekolah. Menurut pengamatan peneliti, sekolah mempunyai bangunan yang kokoh dan bersih. Pihak sekolah juga menyediakan buku teks untuk dipinjamkan kepada siswa selama satu semester penuh. Ruangan kelas juga dilengkapi dengan white board, penggaris, viewer, kipas angin, meja kursi yang nyaman, dan ventilasi serta penerangan yang cukup. Namun, karena siswa yang terlalu banyak dan ruangan kelas yang tidak terlalu besar maka ruangan kelas menjadi kurang nyaman. Ditambah dengan banyaknya siswa yang ribut menjadikan suasana kelas menjadi tidak kondusif dan proses pembelajaran menjadi kurang efektif.


(27)

Dari hasil observasi tersebut penulis tertarik untuk meneliti faktor eksternal dari siswa yaitu faktor lingkungan khususnya mengenai pengaruh status sosial ekonomi terhadap proses belajar siswa di kelas dan pada hasil belajar siswa. Penulis meyakini bahwa status sosial ekonomi siswa sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sedangkan keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh berhasilnya proses pembelajaran. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar adalah terpenuhinya kebutuhan sekolah oleh siswa.

Pada kenyataannya kebutuhan sekolah, seperti biaya pendidikan, buku paket, alat tulis, dan sarana belajar pendukung lainnya semakin hari semakin mahal. Tidak semua siswa dapat memenuhi kebutuhan sekolah tersebut. Hanya siswa-siswa dengan status sosial ekonomi menengah keatas saja yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kata lain status sosial ekonomi orangtua siswa sangat berpengaruh pada hasil belajar. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti pengaruh status sosial ekonomi orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa pada proses belajar matematika di kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

B. Identifikasi Masalah

Dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, terlihat:

1. Siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi maupun saat pemberian tugas.


(28)

2. Konsentrasi siswa rendah dalam belajar matematika.

3. Antusias siswa rendah dalam mengikuti proses pembelajaran matematika 4. Siswa kurang terlibat aktif secara menyeluruh dalam proses pembelajaran

matematika.

5. Beberapa siswa sibuk saling meminjam alat tulis.

6. Siswa terlihat hanya mempunyai satu sumber belajar yaitu buku paket yang dipinjamkan oleh sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi, karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, serta agar cakupan masalah tidak terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai pengaruh status sosial ekonomi orang tua siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar tahun ajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan atau gambaran mengenai status sosial ekonomi orangtua siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?


(29)

orangtua siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Keadaan atau gambaran mengenai status sosial ekonomi orangtua siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

2. Pengaruh yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orangtua siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam perumusan masalah didefinisikan sebagai berikut:

1. Status sosial ekonomi

Status adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan, dsb) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya (http://kbbi.web.id/). Ekonomi adalah pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dsb yang berharga (http://kbbi.web.id/).

Sosial adalah yang berkenaan dengan masyarakat atau situasi yang suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb)


(30)

(http://kbbi.web.id/). 2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian yang berlangsung dialami siswa (Winkel dalam Eveline dkk, 2011 : 12) 3. Matematika

Matematika adalah studi tentang struktur, pengklasifikasian struktur, memisahkan hubungan-hubungan yang terdapat di dalam struktur-struktur dan mengategorisasian hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. (Dienes dalam Herman Hudoyo, 1988 : 59)

4. Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi antara pengajar dan peserta didik dalam upaya agar peserta didik belajar matematika, yaitu kemampuan, keterampilan dan sikap tentang matematika. (Herman Hudoyo, 1988 :122)

5. Hasil belajar

Hasil belajar adalah unjuk kerja (performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Eveline S dan Hartini N, 2011 :144).


(31)

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Sebagai mahasiswa, penelitian ini sebagai latihan untuk dapat melaksanakan penelitian terutama penelitian dalam bidang pendidikan matematika.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang pengaruh status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap hasil belajar matematika siswa .

3. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan reverensi dalam hal pengaruh status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.


(32)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian belajar

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut Jean Piaget adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan teman sebaya, dalam menghadapi suatu masalah, dan dalam suatu aktivitas yang melibatkan partisipasi aktif seseorang di tengah-tengah lingkungan masyarakat.

Menurut Winkel (1988:36) belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Herman Hudoyo (1988:1) menjelaskan bahwa belajar adalah kegiatan bagi setiap orang untuk mencapai perubahan tingkah laku, berkembangnya keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap. Sedangkan menurut Cronbach dalam Sumadi Suryabrata belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancaindranya. Pada hakikatnya belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas mental/psikis seseorang, melibatkan


(33)

pancaindra, terjadi dalam interaksi aktif dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan berupa kecakapan baru yang diperoleh karena adanya usaha.

2. Hasil belajar

Perubahan tingkah laku, perubahan dalam interaksi dengan lingkungan, dan keterampilan yang dihasilkan dalam proses belajar adalah hasil belajar. Orang belajar dengan maksud dan intensi yang kurang jelas, akan menghasilkan dua jenis hasil belajar. Pertama adalah hasil yang memang dituju, dan yang kedua adalah hasil yang tidak diharapkan atau efek samping (Winkel, 1988:38). Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah hasil belajar yang memang diinginkan untuk dicapai atau dituju.

Hasil belajar yang dituju adalah suatu kemampuan yang baru diperoleh atau bisa saja penyempurnaan dan pengembangan dari suatu pengetahuan yang telah dimiliki. Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif adalah kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang terdiri atas pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan penilaian. Afektif adalah kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yaitu sikap menerima, memberikan respon, penghayatan nilai, pengorganisasian, dan karakteristik diri. Sedangkan


(34)

psikomotorik adalah kemampuan-kemampuan motorik, keterampilan produktif, teknik, fisik sosial, manajerial, dan intelektual.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja (Agus Suprijono, 2009:7). Hasil belajar tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil yang diperoleh pada suatu tes standar, yaitu suatu pengujian dengan prosedur administrasi dan pemberian skor yang seragam. Tes yang digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa adalah tes yang dibuat atau tes yang diujikan adalah tes yang diberikan mulai dari awal sampai akhir semester. Semua tes diakumulasi dan hasilnya adalah berupa kemampuan kognitif yaitu salah satu penentu hasil belajar siswa. Tes tersebut dapat berupa tes lisan, tertulis, tes yang berupa teori maupun praktek.

Hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi tiga menurut teori-teori belajar, yaitu:

a. Teori behaviorisme

Hasil belajar menurut teori behaviorisme yang dikembangkan oleh Watson dalam Sumadi Suryabrata (2004:267) diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang positif, yaitu tingkah laku yang dapat diobservasi. Tingkah laku yang dimaksud adalah reaksi berupa gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan jasmani tertentu sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar, sehingga dapat


(35)

diobservasi secara objektif. Sedangkan Agus Suprijono dalam teori behaviorisme mengartikan hasil belajar sebagai munculnya perilaku yang diinginkan. Perilaku dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung. b. Teori konstruktivisme

Menurut teori konstruktivisme, hasil belajar adalah berupa pengetahuan yang bukan hanya sekedar gambaran dunia kenyataan, tetapi selalu merupakan kontruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Pengetahuan adalah apa yang dibuat (factum), apa yang diketahui (et verum), dan konvertibel satu terhadap yang lain (conventurtur). Pengetahuan itu dikonstruksikan, bukan dipersepsi secara langsung oleh indera. Pengetahuan bersifat subjektif dan tidak pernah tunggal.

c. Teori kognitif

Menurut teori kognitif, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Perubahan tingkah laku bukan satu-satunya bentuk dari hasil belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respon terhadap yang


(36)

ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.

Hasil belajar menurut teori kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner adalah sebagai berikut:

1) Jean Piaget

Menurut Jean Piaget hasil belajar dipengaruhi oleh perkembangan kognitif atau proses adaptasi intelektual seseorang. Adaptasi merupakan proses yang melibatkan struktuk kognitif yang berupa ide, konsep, dan gagasan (skemata), proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu (asimilasi), proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru (akomodasi), dan pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi (equilibration) (Agus Suprijono, 2009:23).

2) Jerome Bruner

Hasil belajar dipengaruhi oleh perkembangan kognitif individu yang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap itu meliputi enactive, iconic, dan

symbolic. Tahap enactive yaitu melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya memahami lingkungan sekitarnya dengan pengetahuan motorik. Teori iconic yaitu individu memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi


(37)

verbal dengan bentuk perumpamaan dan perbandingan. Sedangkan teori symbolic yaitu individu telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika, melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar Belajar sebagai suatu aktivitas atau interaksi seseorang dengan lingkungannya. Dalam hal ini pastilah banyak hal-hal atau faktor-faktor pendukung terjadinya proses belajar. Sumadi Suryabrata (2004:233) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern) 1) Faktor-faktor sosial

Faktor-faktor sosial adalah faktor manusia, yaitu kehadiran seseorang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar dan kebanyakan akan mengganggu belajar, misalnya saat anak sedang belajar di rumah lalu terdengar anak-anak lain bermain atau bercakap-cakap, atau saat anak sedang mengerjakan ujian di kelas, anak-anak lain hilir mudik berjalan sambil berbicara satu dengan yang lain di depan kelasnya.


(38)

Faktor sosial lain juga dapat di lihat dari lingkungan sosial pelajar, yaitu dari teman sebaya dan keluarga. Keluarga sangat berperan dalam menunjang keberhasilan belajar anaknya. Perhatian, kesabaran, dan kepedulian keluarga terhadap proses belajar anaknya akan memotivasi dan membangkitkan anak dalam belajar. Dukungan orangtua sangat penting. Selain dukungan dalam bentuk sikap, orangtua juga sedapat mungkin untuk memberikan fasilitas belajar yang memadai untuk anak. Fasilitas belajar dapat berupa tempat belajar yang layak, sumber belajar yang memadai, alat tulis yang cukup, dan berbagai keperluan sekolah anak. Dalam hal ini status sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2) Faktor-faktor nonsosial

Kelompok faktor-faktor ini adalah faktor yang berasal dari lingkungan yaitu dapat berupa keadaan alam sekitar, misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, atau malam). Faktor lainnya adalah keadaan tempat belajar (letaknya, bangunannya, penerangannya, sirkulasi udaranya), alat-alat yang di pakai untuk belajar (buku, alat peraga, alat tulis), dan alat-alat pendukung proses belajar lainnya.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern) 1) Faktor-faktor fisiologis


(39)

a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Nutrisi yang cukup dan keadaan tubuh siswa yang sehat (tidak punya penyakit kronis) akan berpengaruh pada keadaan jasmani yang sehat. Siwa yang sehat jasmani tentunya akan mempunyai semangat belajar yang baik, mereka tidak mudah lelah, lesu, dan mengantuk. Sebaliknya jika anak kekurangan kadar nutrisi dan mempunyai penyakit, mereka akan lekas lelah, mengantuk, loyo, dan konsentrasi mereka untuk belajar pun akan berkurang.

b) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama pancaindra Berfungsinya pancaindra merupakan syarat terjadinya proses belajar dengan baik. Pancaindra yang paling berperanan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Keadaan mata dan telinga yang normal dan sehat akan dapat membantu anak dalam belajar, yaitu mata untuk melihat guru menjelaskan materi, guru memperagakan media untuk menjelaskan materi tertentu, untuk melihat bentuk dan warna, dan untuk membaca, sedang telinga untuk mendengarkan penjelasan guru atau teman yang sedang mendiskusikan materi tertentu.

2) Faktor-faktor psikologis a) Kognitif


(40)

Faktor psikologis yang termasuk dalam faktor kognitif adalah bakat dan intelegensi.

Bakat

Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung latihan mengenai hal tersebut (William B Michael dalam Sumadi Suryabrata (2004:159). Sedangkan menurut Woodworth dan Marquis (Sumadi Suryabrata, 2004:159), bakat termasuk dalam kemampuan. Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat dipengaruhi oleh unsur genetik, latihan, dan strukur tubuh (Beni S Ambarjaya, 2012:18). Menurut fungsinya bakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu, kemampuan bidang khusus (talent) seperti musik dan melukis dan bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisasi kemampuan khusus. Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat adalah faktor lingkungan yaitu kesempatan, dukungan orangtua, status sosial ekonomi, tempat tinggal, sarana, dan prasarana, dan faktor yang kedua adalah faktor diri seperti minat,


(41)

keinginan, keberanian, dan keuletan. Bakat dapat diukur dengan tes bakat yang bertujuan untuk membantu memberikan gambaran mengenai minat dan kemampuan seseorang di bidang-bidang tertentu untuk kemudian merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan atau pekerjaan.

Intelegensi

Edward Throndike dalam Beni S Ambarjaya (2012:24), menyatakan bahwa intelegensi adalah kmampuan individu untuk memberikan respon yang tepat (baik) terhadap stimulus yang diterimanya. Menurut Donald Stener, intelegensi adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Sedangkan menurut Alferd Binet intelegensi terdiri atas tiga komponen yaitu, kemempuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Secara umum intelegensi dapat diartikan sebadai kemampuan atau kecepatan seseorang dalam berfikir, menganalisis sesuatu secara cermat dan tepat. Integegensi juga


(42)

dapat diartikan kecerdasan. Setiap orang mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dan bervariasi. Tingkat kecerdasan pada manusia diklasifikasikan menjadi tujuh kriteria:

Tabel 2.1: tingkat kecerdasan manusia berdasarkan IQ

b) Afektif

Faktor psikologis yang termasuk dalam faktor afektif adalah minat, motif, dan sikap.

Minat

Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi Suryabrata, 2004 :109). Faktor pembentuk minat ada tiga macam yaitu dorongan dari diri individu, dorongan sosial dan motif, serta dorongan emosional. Tahap terbentuknya minat pada diri seseorang menurut faktor pembentukknya adalah pertama minat timbul pada diri individu sendiri,

Tingkat kecerdasan Tingkat IQ

Idiot 0-19

Embisil 20-49

Debil 51-70

Slow learner 71-90

Normal 91-110

Rapit 111-130


(43)

selanjutnya individu mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang kemudian akan menimbulkan dorongan sosial dan dorongan emosional. Secara umum minat terbentuk melalui tiga proses yaitu perhatian, keterlibatan, dan minat itu sendiri. Minat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi. Kalasifikasi minat menurut Bimo Walgito adalah minat akan menimbulkan sikap positif terhadap sesuatu objek, adanya sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari sesuatu objek itu, dan mengandung suatu pengharapan yang menimbulkan keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya.

Motif

Motif adalah keadaan dalam diri individu yang mendorong seseorang melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Woodworth dan Marquis (Sumadi Suryabrata, 2004:159) motif dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu kebutuhan-kebutuhan organik, yang meliputi kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, berbuat, dan beristirahat, kedua motif-motif darurat yaitu dorongan yang timbul karena perangsang dari luar,


(44)

yang meliputi dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, berusaha, dan berburu. Ketiga adalah motif-motif objektif yaitu motif yang timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif, meliputi kebutuhan belajar, melakukan manipulasi, dan menaruh minat.

Sikap

Sikap adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu yang diekspresikan dengan intensitas tertentu (Agus Abdul Rahman, 2013:125). Menurut Judd dkk dalam Agus Abdul Rahman (2013:124) sikap merupakan reaksi afektif yang bersifat positif, negatif, atau campuran antara keduanya yang mengandung perasaan-perasaan kita terhadap suatu objek, sikap adalah kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap suatu objek tertentu, sikap juga berarti reaksi kognitif sebagai penilaian kita terhadap suatu objek yang berdasarkan pada ingatan, pengetahuan, dan kepercayaan. Menurut Bimo Walgito (2003:111) sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu, komponen kognitif (perseptual) yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempresensi


(45)

suatu objek sikap, kedua komponen afektif (emosional) yang menunjuk pada arah sikap positif dan negatif, ketiga adalah komponen konatif (perilaku) yang menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Sikap sendiri dapat diukur dengan dua macam cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan meminta pendapat subjek secara langsung mengenai bagaimana sikapnya terhadap sesuatu masalah yang dihadapkan kepadanya. Pengukuran secara langsung dibedakan menjadi dua macam yaitu langsung terstruktur menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan, dan pengukuran langsung tidak terstruktur yaitu dengan wawancara bebas dan pengamatan langsung. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan tes proyektif dan non proyektif (Bimo Walgito, 2003:135).

4. Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan atau proses belajar mengajar dimana guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran, guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajari


(46)

suatu materi tertentu. Pembelajaran adalah dialog interaktif dan subjek dalam pembelajaran adalah peserta didik (Agus Suprijono, 2009:13).

Menurut polanya pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam model pembelajaran yaitu:

a. Model pembelajaran klasikal

Model pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran klasikan peran guru sangatlah dominan. Guru menjelaskan materi dengan metode ceramah dan peran siswa adalah mendengarkan guru. Tehnik pembelajaran yang digunakan adalah dengan tanya jawab, penugasan atau pemberian pekerjaan rumah, ulangan harian, dan diakhiri dengan ulangan umum. Model pembelajaran klasikal mempunyai beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan yang paling kelihatan adalah siswa kurang diberikan kesempatan untuk berperan aktif di kelas, siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk berpendapat, dan untuk mengembangkan pengetahuannya.

b. Model pembelajaran kooperatif

Tukiran, dkk (2011: 55) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam belajar kooperatif ada


(47)

struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok (Sugandi dalam Prof.Dr Tukiran, dkk 2011: 56). Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif adalah diskusi kelompok dan teknik pembelajaran yang digunakan adalah dengan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) Belajar bersama dengan teman

2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman

3) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok 4) Belajar dalam kelompok kecil

5) Produktif berbicara atau saling mengeluarkan pendapat 6) Keputusan tergantung pada siswa

7) Siswa aktif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya, memberi peluang agar siswa dapat menerima sesamanya yang mempunyai berbagai perpedaan latar


(48)

belajar, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa (ipotes.wordpress.com dalam Tukiran, dkk 2011: 60). Untuk dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang maksimal, ada lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka

4) Komunikasi antar anggota

5) Evaluasi proses kelompok (Roger dan David Johnson dalam Anita Lie, 2010:31)

Cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan unsur-unsur tersebut agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif adalah dengan memilih metode-metode pembelajaran kooperatif yang tepat. Ada banyak metode-metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah:

1) Jigsaw

Metode ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dalam metode Jigsaw guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan latar belakang siswa untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa dalam pembelajaran ini bekerjasama dengan siswa lain dalam suasana gotong royong dan mereka mempunyai banyak


(49)

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Anita Lie, 2010:69).

2) Think-Pair-Share

Metode Think-Pair-Share atau teknik belajar mengajar berpikir-berpasangan berempat adalah metode dimana siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya kepada orang lain, dan metode ini dapat digunakan untuk semua pelajaran dan tingkat usia anak didik (Anita Lie, 2010:57).

3) Numbered Heads Together

Metode Numbered Heads Together atau kepala bernomor adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkakan semangat kerja sama (Anita Lie, 2010:59).

4) Group Investigation

Pembelajaran dengan metode Group Investigation dimulai dengan pembagian kelompok, kemudian setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Menurut Slavin dalam Tukiran, dkk (2011: 79)


(50)

menyebutkan bahwa dalam group investigasi, para siswa bekerja melalui enam tahap, yaitu: mengidentifikasi topik dan mengatur siswa dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir, dan evaluasi.

5) Two Stay Two Stray

Metode ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain, serta mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka kerjakan (Anita Lie, 2010:61).

Selain metode-metode pembelajaran kooperatif yang sudah dijelaskan diatas masih terdapat beberapa metode lainnya yaitu,

Make a Match, Listening Team, Inside-Outside Circle, Bamboo Dancing, Point-Counter-Point, dan The Power

B. Hakikat Matematika

Matematika sudah dikenal sejak tahun 300 SM. Matematika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “mathema” yang berarti mata pelajaran atau hal yang dipelajari. Pengertian tersebut terus berkembang dengan adanya penelitian dan penemuan-penemuan oleh matematikawan dunia. W Sawyer dalam Herman Hudoyo (1988:74) mengatakan bahwa matematika adalah klasifikasi studi dari semua kemungkinan pola.


(51)

Matematika adalah ilmu yang bermanfaat bagi ilmu lain terutama dalam ilmu sains dan teknologi.

Matematika diperlukan sebagai bahasa pengantar untuk memahami ilmu-ilmu lain. Bahasa matematika tersebut adalah bahasa logika yang erat hubungannya dengan penalaran. Sedangkan objek dari matematika itu sendiri adalah suatu fakta, konsep, dan prinsip yang tekait dengan sistem abstrak simbulik. Dengan demikian untuk dapat belajar matematika diperlukan cara berpikir matematik yaitu suatu kegiatan mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi dan generalisasi (Herman Hudoyo , 1988:76). Berpikir matematik yang dimaksud adalah dengan penalaran atau berpikir deduktif.

Berpikir deduktif diperlukan agar kerangka pemikiran kita dapat koheren dan logik, yang nantinya diharapkan dapat memunculkan pengetahuan baru yang dibangun dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Akhir dari berpikir deduktif ini adalah adanya kesimpulan yang merupakan akibat logik dari hal-hal yang bersifat umum menjadi bersifat khusus atau yang sering disebut dengan teorema. Teorema-teorema ini pada penerapannya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam matematika atau ilmu-ilmu lainnya.

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Dalam kehidupan bermasyarakat, tiap-tiap orang mempunyai berbagai macam perbedaan. Salah satunya adalah perbedaan kedudukan


(52)

atau lapisan-lapisan di masyarakat yang disebabkan oleh perkembangan sosial dan keadaan perekonomian yang berbeda-beda. Di antaranya terdapat lapisan atas, sedang, dan lapisan rendah. Ukuran atau kriteria yang digunakan untuk menggolongkan lapisan-lapisan dalam masyarakat tersebut adalah ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan (Soejono Soekanto, 1977:141).

Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi (http://id.wikipedia.org/wiki/Status_sosial, 20/3/2014, 23:11). Menurut Pitirim Sorokin mengukur status sosial seseorang dapat dilihat dari jabatan, pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan, kekayaan, politis, keturunan, dan agama. Status sosial ekonomi menurut John W Santrock (2014:161) adalah pengelompokan orang dengan pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi yang memiliki karakteristik-karakteristik sama. Pada umumnya, anggota masyarakat memiliki pekerjaan, tingkat pencapaian pendidikan, sumber daya ekonomi, dan kemampuan serta akses yang berbeda untuk meraih suatu keberhasilan.

W A Gerungan (2009:196) menjelaskan bahwa keadaan sosial ekonomi keluarga tentu akan mempengaruhi perkembangan anak-anak. Keadaan perekonomian yang cukup akan memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya. Orangtua


(53)

yang tidak mempunyai beban akan masalah ekonomi keluarga maka ia dapat mencurahkan perhatiannya yang lebih mendalam pada pendidikan anak-anaknya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini status sosial ekonomi diartikan sebagai penggolongan seseorang di tengah lingkungan masyarakat berdasarkan pada pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jenis tempat tinggal, dan pemilikan kekayaan.

D. Komponen-komponen Status Sosial Ekonomi

Pada kenyataannya manusia diciptakan tidak berdasarkan kelompok-kelompok atau golongan-golongan tertentu. Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa disadari atau sengaja dibentuk kelompok-kelompok masyarakat. Menurut, Pitirin A Sorokin dalam Soejono Soekanto (1977:133) sistem lapisan-lapisan atau kelompok-kelompok merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan tersebut adalah ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan (Soejono Soekanto, 1977:141).

Menurut R Hadi Sadikin dalam Maria Dona (2011:13) faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi adalah sumber penghasilan, besar penghasilan, banyak anggota keluarga, dan penggunaan penghasilan. Berdasarkan pada pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa


(54)

komponen-komponen status sosial ekonomi adalah pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pemilikan kekayaan, dan jenis tempat tinggal.

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1). Ada tiga jalur pendidikan yang ditetapkan oleh UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

a. Pendidikan dasar

Sesuai dengan UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 17, pendidikan dasar


(55)

merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 18).

c. Pendidikan tinggi

Sesuai dengan UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 19, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.


(56)

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 26). Sedangkan kegiatan pada pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan (UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 27).

Dalam penelitian ini faktor pendidikan terhadap status sosial ekonomi masyarakat akan dilihat dari pendidikan terakhir yang


(57)

ditempuh oleh orang tua siswa. Menurut Plato, pendidikan membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan. Pendidikan berperan penting dalam mengasah keterampilan, akal, kecerdasan, dan mengembangkan potensi diri. Dengan demikian pendidikan juga akan berpengaruh pada pekerjaan orang tua, pendapatan, dan kesejahterahan keluarga.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang (http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaan, 1/4/2014, 20:13). Pekerjaan merupakan komponen penentu status sosial ekonomi. Status atau tingkat pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh, keuletan dalam bekerja, rasa tanggung jawab yang besar atas pekerjaannya, dapat mempertahankan posisi yang dijabat, dan dapat berkembang atau berprestasi untuk dapat memperoleh jabatan yang lebih tinggi. Status pekerjaan akhirnya akan berakibat dalam menentukan status sosial seseorang di lingkungan masyarakat karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi.

Menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Profesional ahli teknik dan ahli jenis b. Kepemimpinan dan ketataklasanaan


(58)

c. Administrasi, tata usaha dan sejenisnya d. Jasa

e. Petani

f. Produksi dan operator alat angkut

Secara umum pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi: a. PNS

b. ABRI/POLRI c. Pedagang

d. Petani e. Serabutan

f. Pekerjaan informal (buruh)

Dari klasifikasi pekerjaan diatas, maka terlihat bahwa banyak jenis pekerjaan yang ada didalam masyarakat. Jenis pekerjaan tersebut dapat dijadikan pilihan seseorang sebagai pekerjaan tetap atau pekerjaan sampingan mereka. Hal ini tentunya disesuaikan dengan keahlian atau kemampuan yang dimiliki. Dengan adanya pekerjaan yang dimiliki, seseorang akan dipandang baik oleh masyarakat sekitarnya. Masyarakat yang mempunyai pekerjaan akan lebih dihargai dan dihormati secara sosial dan ekonomi.

Pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pekerjaan tetap dan pekerjaan sampingan.

a. Pekerjaan tetap

Pekerjaan tetap adalah pekerjaan yang menghasilkan uang atau jasa secara regular dan sudah ditetapkan nilai yang akan


(59)

diberikan. Pekerjaan tetap dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan tingkat atau status dari pekerjaan tersebut:

1) Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu pekerjaan dibidang tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi atau tata usaha. Contoh jenis pekerjaannya adalah PNS, ABRI, dan POLRI)

2) Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa, seperti pedagang dan jasa cuci.

3) Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani, operator alat angkut/bengkel, serabutan, dan pekerjaan informal (buruh). b. Pekerjaan sampingan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan diluar pekerjaan tetap. Pekerjaan sampingan dilakukan untuk mendapatkan tambahan pemasukan dari upah pekerjaan tetap yang dinilai kurang dapat mencukupi kebutuhan hidup seseorang. Hasil yang diperoleh dari pekerjaan sampingan tidak dapat diprediksi. Semua bergantung pada tingkat keberhasilan dari pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan sampingan adalah pekerjaan rumahan, misalnya usaha warung, kerajinan tangan, dan usaha makanan.

3. Pendapatan


(60)

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak luar maupun dari hasil sendiri (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers, dalam Maria Dona, 2011:17). Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain (repository.usu.ac.id/bitstream, 1/4/2014, 10:51).

Dengan demikian pendapatan dapat diartikan sebagai segala pemasukan yang didapat dari hasil pekerjaan seseorang baik berupa uang ataupun barang. Dalam penelitian ini pendapatan diartikan sebagai segala sesuatu yang dihasilkan oleh semua anggota keluarga dari pekerjaan mereka baik pekerjaan tetap ataupun sampingan yang berupa uang dan barang.

b. Jenis-jenis pendapatan

Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, sebagai berikut:

1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari:


(61)

a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja lainnya yang dilakukan secara tidak teratur atau kadang-kadang. b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha

sendiri dan komisi.

c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah atau investasi barang atau bangunan lainnya. 2) Pendapatan yang berupa barang yaitu pembayaran upah dan

gaji yang ditentukan dalam bentuk barang, seperti beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.

c. Sumber pendapatan 1) Pendapatan tetap

Pendapatan tetap diperoleh dari pekerjaan tetap seseorang. Pendapatan ini akan diberikan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang dilakukan dan diberikan secara rutin pada setiap jangka waktu tertentu. Pendapat yang diterima secara umum diberikan dalam bentuk uang dan besar kecilnya pendapatan yang diperoleh disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

2) Pendapatan tambahan

Pendapatan tambahan adalah pendapatan yang diperoleh memalui pekerjaan sampingan seperti usaha dagang, pertokoan, usaha bengkel, dan usaha-usaha rumahan lainnya.


(62)

Pekerjaan ini dilakukan seseorang untuk mendapatkan tambahan pemasukan dari pendapatan tetap ang diperoleh. Besar atau kecilnya pendapatan yang diperoleh tidak selalu dapat diprediksi, karena sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pekerjaan sampingan yang dilakukan.

Berdasarkan keputusan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengenai Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka UMK tahun 2014 ditetapkan sebagai berikut, Kota Jogja : Rp 1.173.300, Sleman : Rp 1.127.000, Bantul : Rp 1.125.500, Kulonprogo : Rp 1.069.000, dan Gunungkidul:Rp 988.500 (http://www.harianjogja.com ,1/4/2014, 20:32). Sedangkan untuk penggolongan pendapatan, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu : Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000,00 per bulan, golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000,00 s/d Rp 3.500.000,00 per bulan, golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000 s/d Rp 2.500.000,00 per bulan. Sedangkan untuk golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata di bawah Rp 1.500.000.

Berdasarkan kedua data tersebut maka untuk orang tua yang pendapatannya dibawah batas UMR tergolong berpendapatan rendah,


(63)

orang tua dengan pendapatan batas UMR-Rp 2.500.000 masuk dalam kategori pendapatan sedang, dan orang tua yang mempunyai pendapatan diatas Rp 2.500.000 masuk dalam kategori berpendapatan tinggi.

4. Jenis tempat tinggal

Menurut Kaare Svalastoga dalam Maria Dona (2011:21) untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari :

a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, rumah sewaan, menumpang di rumah saudara atau ikut orang lain.

b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu atau bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi pada umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menempati rumah semi permanen atau tidak permanen.

c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

Dari pendapat Kaare Svalostoga tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis tempat tinggal dapat dijadikan alat untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang atau keluarga yang menempati rumah tersebut. Keluarga yang mempunyai rumah sendiri dengan kondisi rumahnya permanen dan ukuran rumah yang luas


(64)

dapat menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi keluarga tersebut tinggi. Sebalikknya, jika rumah yang ditempati adalah rumah yang tidak permanen, atau menempati rumah sewaan atau menumpang di rumah saudara maka sosial ekonomi keluarga tersebut dapat digolongkan kedalam tingkat menengah kebawah.

5. Pemilikan kekayaan

Selain pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jenis tempat tinggal sebagai faktor penentu status ekonomi seseorang, masih terdapat satu faktor penentu lain yaitu pemilikan kekayaan. Seseorang yang mempunyai kekayaan berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dapat dijadikan ukuran status ekonomi seseorang tersebut. Barang bergerak dapat berupa kendaraan seperti, mobil, sepeda motor, dan sepeda. Sedangkan barang tidak bergerak dapat berupa rumah, tanah, perhiasan, dan alat-alat elektronik seperti, televisi, laptop, komputer, kulkas, radio, dan sebagainya.

Status sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari banyaknya barang dan nilai ekomomis barang yang dimiliki. Semakin banyak seseorang itu memiliki barang yang berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai status ekonomi yang tinggi dan mereka juga akan semakin dihormati oleh orang-orang dilingkungannya. Apabila seseorang memiliki tanah, rumah sendiri, sepeda motor, mobil, komputer, televisi , mesin cuci, kulkas, dan barang elektronik lainnya maka biasanya seseorang


(65)

termasuk golongan orang dengan kemampuan ekonomi yang tinggi. Disisi lain keluarga yang termasuk keluarga dengan ekonomi tinggi akan dapat mencukupi kebutuhan belajar anaknya. Sebaliknya, apabila seseorang belum mempunyai rumah dan menempati rumah dinas atau rumah sewaan, punya kendaraan, televisi, dan barang lainnya tidak cukup lengkap maka mereka termasuk golongan sedang. Untuk golongan ekonomi rendah adalah seseorang yang tinggal di rumah sewaan, tidak punya kendaraan mewah, dan hanya punya sepeda, televisi atau radio. Keluarga dengan ekonomi sedang atau rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan ataupun fasilitas belajar anaknya.

E. Materi Belajar

Pokok bahasan : Bangun Ruang Sisi Datar SK:

Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian- bagiannya, serta menemukan ukurannya

KD:

1. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya

2. Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas.


(66)

Indikator:

1. Mengenal dan menyebutkan bidang rusuk, bidang diagonal, diagonal ruang kubus dan balok

2. Menemukan dan menghitung panjang rusuk dan diagonal ruang serta luas bidang diagonal kubus, balok, prisma, dan limas.

3. Menemukan alas dan tutup pada jaring-jaring kubus, balok, dan prisma

4. Menemukan dan menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas.

5. Menemukan dan menghitung volum permukaan kubus, balok, prisma, dan limas.

Bahan materi:

1. Kubus dan balok

a. Unsur-unsur pada kubus dan balok

Gambar 2.1: Kubus ABCD.EFGH

Kubus dan balok mempunyai 8 titik sudut, 12 rusuk, dan 6 sisi. Pada kubus ABCD.EFGH di atas titik sudutnya adalah A, B, C, D, E, F, dan G, rusuknya adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, dan HE.

B H

G

E

A

F

D

C

Titik sudut

rusuk sisi


(67)

b. Diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal pada kubus dan balok

1) Diagonal bidang

Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada setiap bidang atau sisi balok dan kubus.

2) Diagonal ruang

Diagonal ruang kubus dan balok adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam suatu ruang.

3) Bidang diagonal suatu balok dan kubus adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk dan dua diagonal bidang suatu balok atau kubus tersebut.

Contoh: Diberikan balok ABCD.EFGH sebagai berikut:

Gambar 2.1: Balok ABCD.EFGH

salah satu diagonal bidangnya adalah EG, diagonal ruangnya adalah HB, dan salah satu bidang diagonalnya adalah AEGC. b. Luas permukaan dan volume

1) Luas permukaan

a) Luas permukaan kubus =

E

C F D

G

A H


(68)

b) Luas permukaan balok = 2) Volume

a) Volume kubus = b) Volume balok = 2. Limas dan prisma

a. Luas permukaan

1) Luas permukaan limas = luas alas + luas sisi-sisi tegak 2) Luas permukaan prisma = (2 x luas alas) + luas sisi-sisi tegak b. Volume

1) Volume limas = (luas alas x tinggi) 2) Volume prisma = luas alas x tinggi

F. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Penelitian yang relevan ini bertujuan sebagai pembanding antara penelitian yang telah dilakukan dengan hasil yang akan di capai oleh peneliti pada penelitian ini. Penelitian yang serupa atau relevan telah dilakukan oleh Maria Dona Raisa Kondi, mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan 2006 dengan judul Hubungan Antara Status Ekonomi Sosial Orangtua dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara status ekonomi sosial orangtua siswa (dibatasi lima faktor) dengan prestasi belajar


(69)

matematika cukup baik. Hasil dari penelitian ini merujuk pada teori bahwa siswa dapat berprestasi dengan baik apabila sarana yang dibutuhkan siswa dapat terpenuhi.

G. Kerangka Berfikir

Semua siswa pastinya mengharapkan hasil belajar yang baik dari proses belajar yang ditempuhnya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, salah satu faktor penentunya adalah faktor lingkungan yaitu keluarga. Peran serta keluarga sangat penting bagi keberhasilan belajar atau pendidikan seorang siswa. Keluarga merupakan lingkungan pertama seorang anak mendapatkan ilmu atau pendidikan. Di dalam keluarga seorang anak akan dapat berkembeng dengan baik jika keluarga juga melakukan perannya secara aktif.

Selain berperan untuk mengajarkan anak hal-hal yang baik, keluarga juga berperan dalam memberikan motivasi, menciptakan suasana yang nyaman, dan memenuhi segala kebutuhan pendidikan sekolah anak. Kebutuhan pendidikan akan berpengaruh pada keberhasilan belajar siswa. Apabila kebutuhan pendidikan siswa tidak terpenuhi maka akan mengganggu proses belajar siswa dan akan berdampak pada hasil belajar siswa. Dengan demikian keluarga berperan dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa baik berupa motivasi, suasana belajar dirumah, biaya pendidikan, fasilitas, dan segala keperluan sekolah.


(70)

Kebutuhan pendidikan siswa yang berupa biaya pendidikan, fasilitas pendidikan, dan segala keperluan sekolah, seperti kelengkapan alat tulis, pada hakekatnya akan dapat terpenuhi oleh keluarga yang berpendapatan tinggi. Mereka akan dengan mudah untuk mencukupi kebutuhan pendidikan yang diperlukan anaknya. Berbeda dengan keluarga yang berpendapatan rendah, mereka akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan atau status ekonomi keluarga khususnya orangtua siswa akan mempengaruhi siswa dan guru dalam mengikuti proses belajar dan juga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Sejalan dengan status ekonomi keluarga yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, keadaan sosial suatu keluarga juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan status sosial ekonomi keluarga yang baik, yaitu dimana keluarga tersebut dipandang baik dan dihargai oleh lingkungan masyarakat disekitarnya maka seorang anak dari keluarga ini juga akan dihargai oleh orang lain. Seorang anak ini akan dapat bergaul secara leluasa dengan masyarakat tanpa rasa minder ataupun canggung. Dengan demikian susana hati anak tersebut menjadi baik dan akan berdampak baik pula pada suasana belajar dan hasil belajar yang diperolehnya.

Dari uraian di atas tampak bahwa secara teoritis, status ekonomi orangtua siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sedangkan hasil belajar juga dipengaruhi oleh belajar dan pembelajaran. Tetapi yang


(71)

menjadi pertanyaan apakah status sosial ekonomi orangtua siswa mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014. Hal ini akan diselidiki lebih jauh dalam penelitian ini. Berikut ini akan disajikan skema tentang hubungannya status sosial ekonomi orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014.

Gambar 2.3: Kerangka berpikir hubungan antara status sosial ekonomi orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dikemukaan hipotesis sebagai berikut:

SSE Orangtua Siswa

Pemilikan kekayaan Pendapatan

Pekerjaan

Jenis bangunan tempat tinggal

Pendidikan

Hasil Belajar


(72)

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan orangtua siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pekerjaan orangtua

siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan orangtua

siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014. 4. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara jenis bangunan

tempat tinggal orang tua siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014.

5. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemilikan kekayaan orang tua siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014.


(73)

52

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (kualitatif-kuantitatif). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gelaja, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif mengambil masalah pada masalah-masalah aktual pada saat penelitian dilaksanakan dan sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan, sehingga pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu pula, yang belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian penelitian deskriptif tidak selalu menuntut adanya hipotesis. Manipulasi variabel pun tidak diperlukan, sebab gejala dan peristiwa telah ada dan peneliti tinggal mendeskripsikannya. Tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian deskripfif lebih banyak berfungsi untuk memecahkan masalah praktis pendidikan daripada untuk pengembangan ilmu (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989:64)

B. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014 yakni pada bulan maret-juni bertempat di SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta. Sekolah ini merupakan sekolah yang


(74)

Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta beralamat di Jl. Brigjen Katamso 4 Yogyakarta dan sekarang mempunyai siswa kurang lebih sebanyak 564 anak.

C. Subjek penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 38 siswa.

D. Objek penelitian

Objek pada penelitian ini adalah status sosial ekonomi orangtua siswa dan hasil belajar matematika siswa.

E. Perumusan variabel-variabel

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: = status sosial ekonomi orangtua siswa 2. Variabel terikat

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: = hasil belajar matematika


(75)

Intrumen adalah alat bantu bagi peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989:97). Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua macam instrumen pengumpulan data yaitu:

1. Kuesioner/angket

Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengetahui latar belakang status sosial ekonomi orangtua siswa. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh siswa dengan didampingi dan dibantu oleh orangtua siswa. Kuesoner ini akan dibagikan kepada siswa secara langsung dan setelah diisi akan dikumpulkan lagi.

Berdasarkan cara menjawabnya maka jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Dimana kuesioner ini disusun dengan menyediakan altrenatif jawaban sehingga siswa dapat dengan langsung memilih jawaban dengan memberi tanda pada jawaban yang sesuai (Suharsimi Arikunto, 2010:195).

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 35 butir pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai 2-4 alternatif jawaban. Pada setiap butir pertanyaan, alternatif jawaban disajikan secara terurut dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi, atau sebaliknya. Pada tingkat terendah


(1)

192


(2)

193

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

194


(4)

LAMPIRAN E:

1. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian

2. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

195


(6)

196

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN Penggunaan Metode Mind Map Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (PTK Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VIII Internasional Semester

0 3 15

PENDAHULUAN Penggunaan Metode Mind Map Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (PTK Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VIII Internasional Semester Genap MTs PPMI Assalaam Sukoharjo

0 2 6

Pengaruh status sosial ekonomi orangtua siswa terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Maria Immaculatata Marsudirini Yogyakarta.

0 0 2

Upaya membangun aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

0 1 266

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 3

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 SURAKARTA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA - UNS Institutional Repository

0 1 18

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH TAMBAK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

0 0 16

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH TAMBAK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR - repository perpustakaan

0 0 36

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII SMPN 1 CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 19

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII D SEMESTER 2 SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011 SKRIPSI

0 13 233