UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang dapat mempengaruhi senyawa kandungan. Namun, hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.
B. Cairan pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan yang aktif sehingga senyawa tersebut dapat
terpisah dari senyawa lain. Faktor utama sebagai pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah: selektifitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan
tersebut, ekonomis, ramah lingkungan, dan keamanan. Berdasarkan peraturan yang berlaku, pelarut yang diperbolehkan adalah air dan etanol serta
campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol dll. alkohol turunannya, heksana dll. hidrokarbon alifatik, toluen dll. hidrokarbon aromatik, kloroform dan
segolongannya, aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian fraksinasi.
C. Separasi dan pemurnian
Tahapan ini dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan senyawa pengotor semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang
dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi,
dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion. D.
Pemekatan Penguapan Pemekatan adalah peningkatan jumlah zat terlarut secara penguapan
pelarut sampai menjadi kental atau pekat. E.
Pengeringan ekstrak Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga
menghasilkan serbuk. Beberapa proses pengeringan yang dapat dilakukan yaitu : pengeringan evaporasi, pengeringan vaporasi, pengeringan sublimasi, pengeringan
konveksi, pengeringan kontak, pengeringan radiasi, dan pengeringan dielektrik. F.
Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara bobot ekstrak yang diperoleh
dengan bobot simplisia awal Depkes, 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.3. Metode Ekstraksi
2.3.3.1. Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut
A. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang. Metode ini
merupakan ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu sampai sempurna exhaustive extraction yang biasanya dilakukan pada suhu ruang. Proses terdiri
dari tahapan
pengembangan bahan,
tahap maserasi
antara, tahap
penetesanpenampungan ekstrak yang terus menerus hingga diperoleh misella perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.
B. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses sampai 3-5 kali hingga reaksi berlangsung sempurna.
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik pengadukan kontinu pada suhu yang
lebih tinggi dari suhu kamar, biasanya pada suhu 40-50
o
C. 4.
Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air 96-98
o
C selama 15-20 menit.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dekok
Dekok adalah proses infus pada waktu yang lebih lama ≥ γ0 menit dan
pada suhu titik didih air.
2.3.3.2. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap minyak atsiri dari bahan segar atau simplisia dengan uap air. Metode ini dilakukan
berdasarkan tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap
campuran menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah secara sempurna atau sebagian Depkes, 2000.
2.4. Diabetes Melitus
2.4.1. Definisi
Berdasarkan WHO tahun 1999, Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin Depkes, 2005.
2.4.2. Klasifikasi
Diabetes melitus tipe 1 atau disebut dengan IDDM Insulin-Dependent Diabetes Mellitus merupakan diabetes melitus yang terjadi pada pasien dengan
sekresi insulin yang sedikit atau insulin tidak disekresi oleh pankreas sehingga membutuhkan terapi insulin dari luar untuk menjaga kadar glukosa darahnya.
Diabetes melitus tipe 1 ditandai oleh destruksi sel β secara selektif dan defisiensi insulin absolute atau berat. Penyakit ini disebabkan karena autoimun dan
idiopatik, kebanyakan disebabkan oleh penyakit autoimun dan terjadi pada usia muda. Pasien hipoinsulinemia dan hiperglikemia beresiko terjadi ketosis dan
ketoasidosis Sweetman, 2009; Katzung, 2010.