Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk membuat kadar glukosa darah tikus uji tinggi adalah dengan metode induksi senyawa Aloksan. Metode
induksi Aloksan dipilih karena ditujukan untuk mengamati penurunan glukosa darah pada tikus diabetes yang pankreasnya dirusak. Pada penginduksian diabetes
dengan senyawa diabetogen Aloksan, sel pankreas yang dirusak hanya sel β pankreas yang merupakan penghasil hormon insulin. Jika dibandingkan dengan
Streptozotosin yang juga merupakan senyawa kimia diabetogen, harga Aloksan relatif lebih murah, serta daya rusak sel pankreas tidak sebesar Streptozotosin
sehingga potensi mortalitas tikus uji lebih kecil Lenzen, 2008. Sebelum dilakukan penginduksian diabetes, tikus uji diaklimatisasi selama
7 hari. Pada proses aklimatisasi, tikus diberi makan dan minum, ditimbang, serta dipelihara dengan baik. Selama penelitian, tikus uji diberi makan pakan 512
sebanyak 10-15 berat badan dalam sehari dan minum secara ad libitum. Proses aklimatisasi tikus bertujuan untuk membuat tikus uji beradaptasi dengan
lingkungannya, menstabilkan parameter fisiologis dan perilaku tikus akibat proses pengiriman, dan menganalisis kelayakan tikus untuk menjadi tikus uji. Tikus
dianggap layak menjadi tikus uji apabila selama proses aklimatisasi tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari 10 dalam sehari Arts et al., 2012; K.
Chapman et al., 2013. Sebelum dilakukan penginduksian pankres dengan Aloksan, tikus uji
sebelumnya dipuasakan selama 12 jam. Hal ini disebabkan karena aloksan dan glukosa berkompetisi untuk
masuk ke dalam sel β pankreas. Adanya glukosa dapat menghambat aloksan untuk masuk ke dalam sel β pankreas sehingga
dilakukan pemuasaan untuk meminimalkan jumlah glukosa darah tikus uji Radenkovic, 2015.
Penginduksian diabetes dengan senyawa Aloksan dilakukan secara intraperitoneal dengan konsentrasi 30 mgml dalam larutan saline. Rute
intraperitoneal dipilih untuk mempercepat efek pengerusakan sel β pankreas, sedangkan konsentrasi 30 mgml dipilih karena berdasarkan perhitungan, tikus
seberat 200 g diberikan aloksan sebanyak 30 mg dengan volume 1 ml. Berdasarkan Certificate of Analysis senyawa Aloksan Monohidrat, 40 mg Aloksan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Monohidrat larut dalam 1 ml air sehingga volume larutan saline yang digunakan mampu melarutkan aloksan.
Dosis aloksan yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada tikus uji adalah 150 mgkgBB. Dosis ini diambil berdasarkan penelitian sebelumnya
Radenkovic, 2015. Dosis ini pun dipilih menjadi dosis untuk uji pendahuluan induksi aloksan. Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan,
diketahui bahwa induksi dengan aloksan dosis 150 mgkgBB terbukti dapat menyebabkan diabetes dalam waktu 7 hari setelah diinduksi. Hasil uji
pendahuluan dapat dilihat pada lampiran 10.
Setelah 1 jam tikus diinduksi dengan aloksan, tikus diberikan larutan glukosa 5 secara ad libitum selama 24 jam. Hal ini dilakukan berdasarkan
penelitian terdahulu untuk mencegah fase hipoglikemia selama masa pengerusakan pankreas Radenkovic, 2015. Berdasarkan penelitian, terdapat 4
fase selama masa pengerusakan pankreas yaitu fase hipoglikemia pertama pada 30 menit setelah induksi, lalu fase hiperglikemia awal pada 2-4 jam setelah induksi.
Selanjutnya terjadi fase hipoglikemia ke-2 yang terjadi 4-8 jam setelah induksi. Setelah itu barulah terjadi hiperglikemia ke-2 yang bersifat permanen Lenzen,
2008. Setelah 30 tikus diinduksi aloksan, sebanyak 25 tikus memiliki nilai kadar
glukosa darah di atas 140 mgdl, 3 tikus memiliki nilai kadar glukosa darah kurang dari 140 mgdl, dan 2 tikus mati. Diantara 25 tikus yang diabetes,
sebanyak 17 tikus memiliki kadar glukosa darah 140-200 mgdl, 5 tikus memiliki kadar glukosa darah 201-400 mgdL, dan 3 tikus memiliki kadar glukosa darah di
atas 400 mgdL. Berdasarkan penelitian sebelumnya, sebanyak 40 tikus uji yang diinduksi berhasil diabetes, 20 tikus uji mengalami sedikit kenaikan kadar
glukosa darah atau tidak sama sekali, dan 40 tikus uji lainnya mati pada minggu pertama atau minggu sebelumnya yang kemungkinan disebabkan karena asidosis
Carvalho et al., 2003. Akhirnya, pada penelitian ini setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 tikus uji. Jumlah ini masih memenuhi persyaratan dari WHO.
Waktu pengamatan efektifitas antihiperglikemia yang digunakan adalah selama 21 hari. Waktu pengamatan efektifitas antihiperglikemia dilakukan
berdasarkan jurnal Radenkovic pada tahun 2015.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengukuran glukosa darah tikus uji dilakukan dengan alat glukometer GlucoDR. Glukometer yang menerapkan metode enzimatik ini dipilih karena
lebih mudah, praktis, akurat, cepat dan hanya membutuhkan sedikit alat dan darah sekitar 0,3-
1 μl dibandingkan dengan metode pengukuran lain yang menggunakan instrumen lain seperti alat spetrofotometer dengan metode reduksi
dan kondensasi dengan menggunakan berbagai reagen kimia Thomas et al., 2016; McMiller, 1990.
Pada manusia, waktu pengukuran glukosa darah paling baik adalah pada pagi hari sebelum sarapan Chase dan Fiallo-Scharer, 2002. Pada pagi hari
sebelum sarapan, sekitar pukul 5-9 pagi, terjadi kondisi dawn phenomenon pada pasien diabetes. Dawn phenomenon merupakan kondisi dimana pada pagi hari
terjadi kenaikan glukosa darah. Pada pasien normal, terjadi kenaikan glukosa darah tetapi tidak banyak karena insulin tetap disekresikan, tetapi pada pasien
diabetes hal tersebut tidak terjadi sehingga pada pagi hari glukosa darah pasien diabetes cukup tinggi Abma, 2009. Dawn phenomenon juga terjadi pada tikus,
tetapi pada waktu yang berbeda, yakni pada awal malam hari Gale et al., 2011. Sehingga pada penelitian ini pengukuran glukosa darah dilakukan pada malam
hari pukul 6-7 malam. Pada umumnya, nilai GDP tikus normal berkisar antara 85-132 mgdl
Kohn et al., 2002. Tikus dinyatakan diabetes bila pada pengukuran, nilai GDP sebesar lebih dari 140 mgdl Gabriel et al., 2014.
Berdasarkan hasil persentase penurunan gula darah pada tikus uji selama 21 hari, dosis ekstrak yang paling baik dalam menurunkan gula darah tikus uji
adalah pada dosis 100 mgkgBB. Persentase penurunan kadar guka darah pada dosis 100 mgkgBB adalah sebesar 54,1731, lebih besar dibandingkan dengan
persentase penurunan kadar guka darah pada dosis 10 mgkgBB dan dosis 1000 mgkgBB yakni sebesar 32,2997 dan 45,3056. Namun, daya penurunan kadar
gula darah pada ekstrak dosis 100 mgkgBB masih lebih rendah daripada daya penurunan kadar gula darah pada Glibenklamid yng menjadi kontrol positif,
dimana penurunan penurunan kadar gula darah pada kontrol positif adalah sebesar 69,6126.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan hasil persentase penurunan kadar glukosa darah, diketahui penurunan kadar glukosa darah tidak bersifat dose-dependent. Hal ini mungkin
disebabkan karena tingginya dosis ekstrak membuat reseptor target jenuh, sehingga ekstrak yang tidak berikatan dengan reseptor target akan berikatan
dengan reseptor lain yang menghasilkan efek antagonis yang akhirnya menyebabkan efek menurun Walsh dan Schwartz-Bloom, 2004.
Gambar 4.1. Kurva respon dosis terhadap efek agonis a dan agonis disertai
adanya efek antagonis non kompetitif sesuai dengan peningkatan dosis b, c, d Craig et al., 2004
Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus uji dianalisis secara statistika dengan menggunakan program SPSS 21.0. Uji statistik yang pertama dilakukan
adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnof. Uji normalitas ini bertujuan untuk
mengetahui persebaran data setiap kelumpok uji. Uji homogenitas dengan menggunakan metode Levene. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
adanya varian homogen pada data. Data terdistribusi normal dan homogen apabila memiliki nilai p
≥ 0,05. Secara statistika, penelitian ini termasuk ke dalam analitik komparatif
numerik tidak berpasangan. Analisis yang dilakukan adalah dengan metode One- Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNT bila data
terdistribusi normal dan memiliki varian homogen. Apabila data tidak terdistribusi normal atau varian tidak homogen, dilakukan analisis dengan uji Kruskal-Wallis
yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney Dahlan, 2010.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarhan hasil penelitian, diketahui bahwa data tidak terdistribusi normal pada hari setelah induksi aloksan H
1
dan 7 hari setelah pemberian ekstrak H
8
p ≤ 0,05. Data juga tidak homogen pada H
1
, H
8
, dan H
15
p ≤ 0,05.
Pengolahan data tidak bisa dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA apabila terdapat setidaknya data satu kelompok tidak terdistribusi normal Dahlan, 2010,
sehingga pengolahan metode selanjutnya dilakukan dengan metode Kruskal- Wallis.
Berdasarkan hasil analisis dengan metode Kruskal-Wallis, diketahui semua kelompok berbeda secara bermakna pada waktu sebelum induksi H
, setelah induksi, 14 hari setelah pemberian ekstrak H
15
dan 21 hari setelah pemberian ekstrak H
22
p ≤ 0,05. Namun, semua kelompok tidak berbeda secara
bermakna pada H
8
p ≥ 0,05. Analisis data selanjutnya dilakukan dengan metode
Mann-Whitney yang bertujuan untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya.
Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukkan bahwa kontrol positif, dosis 10 mgkgBB, dosis 100 mgkgBB, dan dosis 1000 mgkgBB berbeda secara
signifikan dengan kontrol negatif pada H
22
. Hal ini membuktikan bahwa kontrol positif, dosis 10 mgkgBB, dosis 100 mgkgBB, dan dosis 1000 mgkgBB mampu
menurunkan kadar gula darah tikus. Di sisi lain, hasil antara kelompok kontrol positif, dosis 10 mgkgBB, dosis 100 mgkgBB, dan dosis 1000 mgkgBB berbeda
tidak signifikan baik pada H
8
, H
15
, maupun H
22
yang berarti tidak ada perbedaan efek yang signifikan antar kelompok perlakuan.
Penelitian sebelumnya telah membuktikan daya antihiperglikemia tanaman ini. Berdasarkan penelitian Sumarny pada tahun 2011, ekstrak n-heksana daun
kembang bulan dapat mengendalikan glukosa darah mencit pada dosis 5,38 gKgBB dan 10,75 gKgBB. Ekstrak air daun kembang bulan dapat
mengendalikan kadar glukosa darah mencit secara efektif pada kadar 500 mgkgBB Thongsom et al., 2013. Ekstrak etanol 95 daun kembang bulan juga
dapat mengendalikan glukosa darah tikus dengan metode toleransi glukosa pada dosis 77 mgkgBB dengan persentase penurunan kadar glukosa darah sebesar
54,15 Darmawi et al., 2015.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penurunan kadar glukosa darah tikus oleh ekstrak etanol 95 daun kembang bulan ini terjadi melalui beberapa mekanisme yang mungkin terjadi.
Berdasarkan jurnal antihiperglikemia ekstrak etanol 95 daun kembang bulan dengan metode toleransi glukosa, terbukti bahwa ekstrak etanol 95 dapat
mengurangi absorpsi glukosa dengan menghambat enzim α-glukosidase dalam
memecah disakarida sukrosa menjadi glukosa pada saluran intestinal Darmawi et al., 2015.
Senyawa sesquiterpenoid lakton yang terkandung dalam ekstrak etanol 95 daun kembang bulan Tagitinin C dapat mengendalikan kadar glukosa darah
dengan berikatan pada reseptor agonis PPAR peroxisome proliferator-activated receptor agonists. Efek ikatan ini adalah memodulasi ekspresi gen yang terlibat
dalam metabolisme glukosa dan lipid, transduksi sinyal insulin, dan diferensiasi pada jaringan adiposit dan jaringan lainnya Lin, Hsiang-Ru, 2012.
Pada kondisi hiperglikemia, jumlah stress oksidatif dalam tubuh meningkat. Peningkatan jumlah stress oksidatif dapat menyebabkan toksisitas
pada sel β pankreas sehingga jumlah sel β pankreas dan sekresi insulin berkurang. Kajimoto dan Kaneto, 2004. Skema toksisitas sel β pankreas dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Gambar 4.2.
Skema toksisitas sel β pankreas Kajimoto dan Kaneto, 2004 Berdasarkan berbagai penelitian, daya antioksidan yang tinggi dapat
mengendalikan glukosa darah pada pasien diabetes. Hal ini didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa antioksidan dapat menstimulasi sekresi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
insulin. Pada analisis histologi, terlihat perbanyakan jumlah sel β pankreas pada mencit DM yang diberikan antioksidan, dan pemberian antioksidan dapat
menghambat terjadinya apoptosis sel β pankreas tanpa mengubah laju proliferasi sel. Pemberian antioksidan juga dapat dapat meningkatkan jumlah insulin dan
mRNA insulin. Ekspresi gen PDX-1 juga terlihat pada sel islet setelah pemberian antioksidan Kajimoto dan Kaneto, 2004.
Diduga hal-hal di atas juga terjadi pada tikus uji penelitian ini yang mengalami penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian ekstrak. Untuk
membuktikan hal tersebut, selanjutnya perlu dilakukan uji kadar insulin dalam darah dan uji histopatologi pankreas tikus uji.
59 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta