UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.2. Model Hewan Uji yang Diberikan Asupan Glukosa secara Oral
Metode ini disebut juga sebagai metode induksi fisiologi diabetes mellitus karena peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi tidak disertai dengan adanya
kerusakan pankreas. Prosedur metode ini adalah hewan uji dipuasakan sepanjang malam lalu diberikan asupan glukosa oral 1-2,5 gkgBB. Selanjutnya kadar
glukosa darah dipantau selama interval waktu tertentu. Kelemahan dari metode ini adalah kondisi hiperglikemia yang terjadi lebih fluktuatif dibandingkan dengan
kondisi hiperglikemia yang dihasilkan oleh induksi aloksan monohidrat.
2.5.3. Model Penginduksian Diabetes Melitus secara Kimiawi
Beberapa senyawa kimia yang dapat menginduksi diabetes melitus adalah aloksan monohidrat, streptozosin, ferri nitriloasetat, ditizon, dan serum
antiinsulin. Di antara semua senyawa penginduksi, streptozosin dan aloksan monohidrat adalah senyawa yang paling sering digunakan. Rute pemberian
senyawa induksi ini adalah secara parenteral intravena, intraperitoneal, atau subkutan.
2.5.3.1.Model Streptozosin
Gambar 2.6. Struktur kimia streptozosin PubChem, 2016
Streptozosin adalah derivat nitrosourea glukopiranosa sintetik yang diisolasi dari hasil fermentasi Streptomyces achromogenes yang merupakan
anibiotik antitumor. Streptozosin dapat digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 ataupun DM tipe 2. Dosis tunggal streptozosin dalam buffer sitrat steril untuk
menginduksi diabetes adalah 150 mgkgBB untuk mencit, dan 80 mgkgBB untuk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tikus yang diberikan secara intraperitoneal. Diabetes akan terjadi secara bertahap dan dapat dideteksi selama beberapa hari, biasanya 4 hari untuk mencit dan 7 hari
untuk tikus. Meskipun streptozosin merupakan senyawa penginduksi diabetes yang
banyak digunakan, penggunaan streptozosin memiliki banyak kekurangan. Salah satu kekurangan penggunaan streptozosin adalah pemulihan segera dari kadar
glukosa darah yang tinggi akibat insulinoma serta insiden tumor ginjal dan tumor hati akibat sifat onkogenik dari streptozosin. Apabilah hal-hal tersebut terjadi,
maka akan terjadi penurunan kadar glukosa darah secara signifikan dan hewan uji tidak dapat digunakan sebagai model pengujian agen antidiabetes.
2.5.3.2.Model Aloksan
Gambar 2.7. Struktur kimia aloksan PubChem, 2015
Aloksan merupakan suatu derivat urea yang memiliki struktur molekul C
4
H
2
N
2
O
4
dengan bobot molekul 142,06968 gmol. Pada pH netral dan suhu 37
O
C, aloksan memiliki waktu paruh sebesar 1,5 menit. Pada suhu yang lebih rendah, waktu paruh aloksan dapat diperpanjang. Aloksan mudah larut dalam air,
larut dalam aseton, alkohol, metanol, dan dalam asam asetat glasial. Aloksan agak sukar larut dalamkloroform, petroleum eter, toluene, etil asetat, dan asam asetat
anhidrat, serta tidak larut dalam eter O’Neil, 2001. Aloksan dan produk hasil reduksinya, asam dialurat, dapat menghasilkan
reaksi redoks dengan membentuk radikal superoksida. Radikal tersebut akan mengalami dismutase menjadi hidrogen peroksida. Melalui reaksi Fenton,
hidrogen peroksida akan berubah menjadi radikal hidroksil reaktif. Aksi radikal hidroksil dengan peningkatan konsentrasi kalsium pada sitosol menyebabkan