Terapi Farmakologis Penatalaksanaan Diabetes Melitus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tikus yang diberikan secara intraperitoneal. Diabetes akan terjadi secara bertahap dan dapat dideteksi selama beberapa hari, biasanya 4 hari untuk mencit dan 7 hari untuk tikus. Meskipun streptozosin merupakan senyawa penginduksi diabetes yang banyak digunakan, penggunaan streptozosin memiliki banyak kekurangan. Salah satu kekurangan penggunaan streptozosin adalah pemulihan segera dari kadar glukosa darah yang tinggi akibat insulinoma serta insiden tumor ginjal dan tumor hati akibat sifat onkogenik dari streptozosin. Apabilah hal-hal tersebut terjadi, maka akan terjadi penurunan kadar glukosa darah secara signifikan dan hewan uji tidak dapat digunakan sebagai model pengujian agen antidiabetes. 2.5.3.2.Model Aloksan Gambar 2.7. Struktur kimia aloksan PubChem, 2015 Aloksan merupakan suatu derivat urea yang memiliki struktur molekul C 4 H 2 N 2 O 4 dengan bobot molekul 142,06968 gmol. Pada pH netral dan suhu 37 O C, aloksan memiliki waktu paruh sebesar 1,5 menit. Pada suhu yang lebih rendah, waktu paruh aloksan dapat diperpanjang. Aloksan mudah larut dalam air, larut dalam aseton, alkohol, metanol, dan dalam asam asetat glasial. Aloksan agak sukar larut dalamkloroform, petroleum eter, toluene, etil asetat, dan asam asetat anhidrat, serta tidak larut dalam eter O’Neil, 2001. Aloksan dan produk hasil reduksinya, asam dialurat, dapat menghasilkan reaksi redoks dengan membentuk radikal superoksida. Radikal tersebut akan mengalami dismutase menjadi hidrogen peroksida. Melalui reaksi Fenton, hidrogen peroksida akan berubah menjadi radikal hidroksil reaktif. Aksi radikal hidroksil dengan peningkatan konsentrasi kalsium pada sitosol menyebabkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kerusakan sel β pankreas dengan cepat, sehingga produksi insulin menurun Szkudelski, 2001. Aloksan bekerja pada sel- sel β pankreas dalam 4 tahap. Tahap pertama, yaitu 30 menit setelah injeksi aloksan, terjadi peningkatan sekresi insulin dalam waktu singkat. Tahap kedua, yaitu 1 jam setelah injeksi aloksan, terjadi fase hiperglikemik pertama yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang disertai dengan penurunan kadar insulin dalam darah selama 2-4 jam. Tahap ketiga, yaitu 4-8 jam setelah injeksi aloksan, kembali terjadi penurunan kadar glukosa darah yang berangsung selama beberapa jam karena adanya peningkatan kadar insulin akibat hancurnya membran sel-sel beta pankreas. Tahap keempat adalah terjadinya hiperglikemia permanen Lenzen, 2008.

2.6. Metode Pengukuran Glukosa Darah

Glukosa dapat diukur pada sampel darah, plasma atau serum. Molekul glukosa tidak dapat diukur secara langsung. Secara umum terdapat 3 metode pengukuran glukosa yang dapat digunakan, yaitu metode reduksi, metode kondensasi, dan metode enzimatik. Namun, metode yang lebih sering digunakan saat ini adalah metode enzimatik Rand, 2013. a. Metode reduksi McMillin, 1990 Metode reduksi merupakan metode tertua yang memanfaatkan sifat reduktor dari glukosa. Metode ini kurang spesifik karena dapat terjadi bias akibat keberadaan agen pereduksi kuat lainnya sehingga memberikan hasil pengukuran kadar glukosa darah terlalu tinggi. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan menambahkan tahap tertentu untuk meniadakan pengaruh agen pereduksi lain. Metode ini tidak dianjurkan dan saat ini sudah banyak ditinggalkan. b. Metode kondensasi McMillin, 1990 Beberapa gugus aldehida pada glukosa dapat berkondensasi dengan senyawa aromatika untuk membentuk senyawa yang berwarna. Pada reaksi kondensasi, senyawa o-toluidine akan bereaksi dengan glukosa membentuk senyawa glukosamin yang berwarna hijau. Intensitas warna tersebut kemudian diukur dengan instrumen spektrofotometer untuk mengestimasi konsentrasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta glukosa. Reaksi ini berlangsung cepat dan memiliki tingkat sensitifitas warna yang tinggi. Dari beberapa senyawa aldosa, hanya mannosa dan galaktosa yang memiliki hasil warna yang baik. Namun kadarglukosa tersebut tidak terlalu banyak terdapat dalam darah. Senyawa o-toluidine juga bersifat sangat korosif dan toksik. Alasan-alasan tersebut yang menyebabkan metode ini ditinggalkan. c. Metode enzimatik Rand, 2013 Saat ini, metode ini paling sering digunakan dalam mengukur kadar glukosa darah. Enzim yang paling sering digunakan adalah enzim Hexokinase. Enzim heksokinase mempercepat reaksi antar glukosa dan adenosine trifosfat dengan mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Selanjutnya enzim glukosa- 6-fosfat dehidrogenase, dengan adanya nikotinamida dinukleotida NAD, akan mengoksidasi glukosa-6-fosfat untuk mereduksi NAD NADH dan fosfoglukonat. Senyawa NADH inilah yang dapat diukur secara spektrofotometri.

2.7. Glukometer Glukosa Meter

Glukometer adalah alat pengukur kadar glukosa darah dengan metode enzimatik yang mudah dibawa Hönes et al. , 2008. Terdapat berbagai jenis glukometer yang bekerja dengan berbagai teknologi, seperti: - Reflectance Photometry, yang menggunakan prinsip kolorimetri. - Teknologi biosensor, yang menggunakan prinsip elektrokimia Thomas, 2016. Persentase pengguna glukometer biosensor di seluruh dunia lebih dari 85 sehingga teknologi glukometer semakin dikembangkan. Pada glukometer biosensor, teknologi yang terus dikembangkan adalah pada bagian test strip. Pada umumnya, test strip glukometer mengandung enzim, koenzim, mediator dan indikator yang berada pada lapisan tipis matriks untuk mengubah kadar glukosa darah menjadi sinyal yang dapat dibaca oleh alat glukometer Hönes et al. , 2008.

Dokumen yang terkait

Aplikasi Kapur CaCO3 dan Kompos Tithonia diversifolia Terhadap Kejenuhan Al Serta Pertumbuhan Tanaman Kedelai Pada Tanah Ultisol

1 23 79

Pengaruh Pupuk SP-36 Kompos Tithonia diversifolia Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays L.) serta P-tersedia Pada Ultisol Simalingkar

4 44 65

Penggunaan Kompos Chromolaena odorata dan Tithonia diversifolia Sebagai Pembenah Sifat Kimia Tanah Tererosi Berat di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

0 73 61

In Vivo Antimalarial Activity of Terpenoid-Rich Fraction of Ethanolic Extract of Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray Leaves

0 4 4

In Vivo Antimalarial Activity of Terpenoid-Rich Fraction of Ethanolic Extract of Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray Leaves

0 5 1

In Vivo Antimalarial Activity of Terpenoid-Rich Fraction of Ethanolic Extract of Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray Leaves

0 5 4

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

DAYA ANTIBAKTERI BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) Daya Antibakteri Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia (Hemsl.) A. Gray) Terhadap Bakteri Porphyromonas Gingivalis

0 2 14

DAYA ANTIBAKTERI BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) Daya Antibakteri Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia (Hemsl.) A. Gray) Terhadap Bakteri Porphyromonas Gingivalis

0 3 8

TLC-DENSITOMETER PROFILE AND ANTIULCER ACTIVITY ASSAY OF ETHANOL EXTRACT OF BINAHONG LEAVES (Anredera scandens (L.) Moq.) IN SPRAGUE DAWLEY STRAIN MALE RATS.

0 1 21