Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Metode Induksi Aloksan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kelompok perlakuan yang diujikan yaitu kelompok kontrol dan kelompok dosis uji. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol normal, kontrol positif, dan
kontrol negatif. Kelompok perlakuan kontrol digunakan untuk memastikan bahwa hasil uji tidak terpengaruh oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil uji
Budiharto, 2008. Senyawa yang digunakan dalam perlakuan kelompok positif adalah
glibenklamid dengan dosis tikus 0,5 mgkgBB dengan tujuan untuk memastikan bahwa glukosa darah tikus uji terbukti menurun dengan obat antihiperglikemia
yang telah beredar di masyarakat. Obat Glibenklamid dipilih karena memiliki mekanisme kerja meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas Katzung, 2010.
Hal ini sejalan dengan penelitian ini dimana diharapkan daya antioksidan ekstrak dapat menghambat kema
tian sel β pankreas sehingga insulin dapat dihasilkan lebih banyak.
Pada kelompok uji negatif, tikus uji diberikan Na CMC 1 tanpa ekstrak untuk memastikan bahwa glukosa darah tikus uji yang diinduksi tanpa diberi
ekstrak akan tinggi dan berada pada kondisi hiperglikemia. Sedangkan pada kelompok uji normal, tikus uji tidak diberikan perlakuan apapun untuk
memastikan bahwa glukosa darah tikus tanpa perlakuan akan berada pada posisi normal.
Pada kelompok dosis, dosis yang diberikan kepada tikus uji yaitu dosis ekstrak 10 mgkgBB, dosis ekstrak 100 mgkgBB, dan dosis ekstrak 1000
mgkgBB. Variasi dosis ini digunakan dengan interval rasio 10 kali lipat untuk mengetahui dosis ekstrak yang paling efektif dalam mengendalikan glukosa darah
tikus uji Praptiwi et al., 2007. Pada pengujian, ekstrak diberikan secara oral dalam bentuk suspensi. Hal
ini disebabkan karena ekstrak tidak dapat larut dalam air, sehingga ekstrak didispersikan dalam air. Suspending agent yang digunakan adalah natrium
karboksimetil selulosa Na CMC sebanyak 1. Na CMC dipilih berdasarkan penelitian Shyam dan Ganapaty 2013 yang menggunakan Na CMC sebagai
suspending agent. Konsentrasi 1 digunakan karena dapat mendispersikan glibenklamid serta seluruh ekstrak pada setiap konsentrasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk membuat kadar glukosa darah tikus uji tinggi adalah dengan metode induksi senyawa Aloksan. Metode
induksi Aloksan dipilih karena ditujukan untuk mengamati penurunan glukosa darah pada tikus diabetes yang pankreasnya dirusak. Pada penginduksian diabetes
dengan senyawa diabetogen Aloksan, sel pankreas yang dirusak hanya sel β pankreas yang merupakan penghasil hormon insulin. Jika dibandingkan dengan
Streptozotosin yang juga merupakan senyawa kimia diabetogen, harga Aloksan relatif lebih murah, serta daya rusak sel pankreas tidak sebesar Streptozotosin
sehingga potensi mortalitas tikus uji lebih kecil Lenzen, 2008. Sebelum dilakukan penginduksian diabetes, tikus uji diaklimatisasi selama
7 hari. Pada proses aklimatisasi, tikus diberi makan dan minum, ditimbang, serta dipelihara dengan baik. Selama penelitian, tikus uji diberi makan pakan 512
sebanyak 10-15 berat badan dalam sehari dan minum secara ad libitum. Proses aklimatisasi tikus bertujuan untuk membuat tikus uji beradaptasi dengan
lingkungannya, menstabilkan parameter fisiologis dan perilaku tikus akibat proses pengiriman, dan menganalisis kelayakan tikus untuk menjadi tikus uji. Tikus
dianggap layak menjadi tikus uji apabila selama proses aklimatisasi tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari 10 dalam sehari Arts et al., 2012; K.
Chapman et al., 2013. Sebelum dilakukan penginduksian pankres dengan Aloksan, tikus uji
sebelumnya dipuasakan selama 12 jam. Hal ini disebabkan karena aloksan dan glukosa berkompetisi untuk
masuk ke dalam sel β pankreas. Adanya glukosa dapat menghambat aloksan untuk masuk ke dalam sel β pankreas sehingga
dilakukan pemuasaan untuk meminimalkan jumlah glukosa darah tikus uji Radenkovic, 2015.
Penginduksian diabetes dengan senyawa Aloksan dilakukan secara intraperitoneal dengan konsentrasi 30 mgml dalam larutan saline. Rute
intraperitoneal dipilih untuk mempercepat efek pengerusakan sel β pankreas, sedangkan konsentrasi 30 mgml dipilih karena berdasarkan perhitungan, tikus
seberat 200 g diberikan aloksan sebanyak 30 mg dengan volume 1 ml. Berdasarkan Certificate of Analysis senyawa Aloksan Monohidrat, 40 mg Aloksan