Artocarpus altilis Park. Fosberg adalah sebesar 7,15 berarti serbuk dikatakan memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
C. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Etanol Daun Artocarpus altilis Park.
Fosberg
Ekstrak etanol daun Artocarpus altilis Park. Fosberg EEAA diperoleh dari 10 g serbuk simplisia yang disari menggunakan metode maserasi selama 5
hari dan remaserasi selama 2 hari dengan penyari etanol 96 75:25. Digunakan pelarut etanol 96 dikarenakan, etanol merupakan pelarut yang bersifat polar dan
dalam penelitian Ramadhani 2009 menyatakan senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun Artocarpus altilis Park. Fosberg bersifat larut dalam alkohol. Dalam
penelitian tersebut, menggunakan etanol 70 dan disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan etanol dengan kadar alkohol yang lebih dari 70.
Berdasarkan acuan tersebut, maka digunakan etanol dengan kadar alkoholnya lebih tinggi, yaitu etanol 96.
Setelah dimaserasi, hasil maserasi disaring dengan menggunakan pompa vakum untuk mempercepat proses penyaringan. Hasil maserasi yang dihasilkan
berwarna hijau tua kemudian dievaporasi menggunakan vacum rotary evaporator. Proses evaporasi dilakukan pada suhu 60
o
C di bawah titik didih etanol 78,4
o
C, sehingga senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak rusak karena suhu tinggi.
Setelah proses evaporasi, ekstrak yang dihasilkan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya. Kemudian, dilakukan proses pengeringan
yang dilakukan di dalam oven dengan suhu 50
o
C untuk menguapkan sisa pelarut
etanol yang mungkin masih tersisa dalam ekstrak. Dari penelitian ini, didapatkan ekstrak sebesar 2,30 g ekstrak, dengan persen rendemen yang diperoleh sebesar
20,78 bb.
D. Penentuan Dosis Pankreotoksik Streptozotosin
Penelitian ini
menggunakan streptozotosin
sebagai senyawa
pankreotoksik. STZ merupakan antibiotik yang menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas, akibatnya terjadi defisiensi insulin dan hiperglikemia pada hewan uji
seperti tikus. Penentuan dosis ini bertujuan untuk mengetahui dosis streptozotosin yang dapat menyebabkan kerusakan pankreas pada tikus ditunjukkan dengan
peningkatan kadar glukosa darah lebih dari 200 mgdl pada jam ke 72 setelah penyuntikkan. Hal ini didasarkan pada penelitian Ragbetli and Ebubekir 2010
yang menyatakan bahwa tikus setelah diinduksi STZ 72 jam mulai menimbulkan gejala diabetes dengan peningkatan kadar glukosa darah lebih dari 200 mgkgBB.
Dosis yang digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 secara intraperitoneal adalah lebih dari 40 mgkg BB. STZ juga dapat diberikan secara
berulang, untuk menginduksi DM tipe 1 yang diperantarai aktivasi sistem imun. Szkudelski, 2001. Menurut Wu and Youming 2008 menyatakan bahwa dosis
yang digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 pada tikus berkisar dari 40-70 mgkgBB dosis tunggal dengan jalur pemberian secara intraperitonial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Astuti, dkk. 2001 yang menyatakan bahwa dengan dosis 40 mgkgBB dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus
Sprague Dawley jantan secara bertahap. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
digunakan dosis streptozotosin sebesar 40 mgkgBB. Penginduksian STZ ini dilakukan pada hari ke-1 yang sehari sebelum penyuntikan diambil kadar glukosa
darahnya untuk melihat kadar glukosa darah sebelum diinduksi STZ, dan pada hari ke-3 setelah penyuntikan diambil lagi darahnya untuk melihat peningkatan
kadar glukosa darah yang terjadi akibat induksi STZ. Stabilitas obat dinyatakan dengan adanya pencantuman nomor bets dan
tanggal kadaluwarsa Syahputri, 2006. Streptozotosin yang digunakan dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti nomor bets dan tanggal kadaluarsa,
sehingga stabilitas streptozotosin tidak dapat diketahui secara pasti. Hal ini dimungkinkan berdampak pada efek dari steptozotosin yang diinduksikan,
sehingga diperlukan pengendalian stabilitas streptozotosin.
E. Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol Daun Artocarpus altilis Park.