Diabetes pada Tikus Streptozotosin

Tabel III . Kriteria kadar glukosa darah pada pasien normal, pradiabetes dan diabetes melitus Kelompok Glukosa darah puasa Glukosa darah postprandial mgdl mmoll mgdl mmoll Normal 100 5,6 140 7,8 Pradiabetes 100-125 5,6-6,9 140-199 7,8-11,1 Diabetes melitus ≥ 126 ≥ 7,0 ≥ 200 ≥ 11,1 Dipiro, Robert, Gary, Gary, Barbara, and Michael, 2008

E. Diabetes pada Tikus

Untuk hewan uji khususnya tikus, kadar glukosa darah puasa normal adalah 50-135 mgdl Wolfensohn and Maggie, 2003. Secara umum, kadar glukosa darah sesaat kelompok yang diinduksi STZ harusnya 200 mgdl, sedangkan untuk kadar gkulosa darah puasa harusnya 150 mgdl glukosa dari 18 mgdl = 1mM. Hal yang paling penting adalah harus ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diinduksi STZ dan kelompok kontrol Wu and Youming, 2008. Dosis yang digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 secara intravena adalah sebesar 40-60 mgkg, sedangkan dosis intraperitoneal adalah lebih dari 40 mgkg BB. STZ juga dapat diberikan secara berulang, untuk menginduksi DM tipe 1 yang diperantarai aktivasi sistem imun. Untuk menginduksi DM tipe 2, STZ diberikan intravena atau intraperitoneal dengan dosis 100 mgkg BB pada tikus berumur 2 hari kelahiran, atau 8-10 minggu. Dosis tersebut dapat menyebabkan terjadinya gangg uan respon terhadap glukosa dan sensitivitas sel β terhadap glukosa Szkudelski, 2001. Dosis yang digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 pada tikus berkisar dari 40-70 mgkgBB dosis tunggal dengan jalur pemberian secara intraperitonial. Model tikus diabetes ini biasanya digunakan untuk mempelajari patogenesis dari DM tipe 1, dan mengevaluasi senyawa antidiabetes Wu and Youming, 2008. Dalam penelitian Astuti, dkk. 2001 menyatakan pada tikus Sprague dawley dengan pemberian STZ dosis tunggal sebesar 40 mgkgBB memberikan respon yang stabil dan penurunan insulin yang lebih cepat dibandingkan dengan dosis 60 mgkgBB. Senyawa diabetogenik yang sering digunakan selain STZ yaitu alloxan, vacor, dithizone dan 8-hidroksikuinolon.

F. Insulin

1. Fungsi insulin

Insulin adalah hormon anabolik utama tubuh dan memiliki efek menstimulasi transpor glukosa, meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel, menstimulasi sintesis protein, menghambat pemecahan cadangan lemak, protein, dan glukosa dan menghambat glukoneogenesis, sintesis glukosa baru oleh hati. Insulin dilepaskan pada tingkatkadar basal oleh sel- sel β pulau Langerhans. Stimulasi utama untuk pelepasan insulin di atas kadar basal adalah peningkatan glukosa darah Corwin, 2009.

2. Sintesis insulin

Insulin disintesis sebagai prekursor berantai tunggal yang rantai A dan B dihubungkan oleh peptida C. Produk awal insulin adalah preproinsulin yang digabungkan dan dipenetrasi ke dalam retikulum endoplasma kasar sel β, kemudian dipecah menjadi proinsulin. Proinsulin kemudian diangkut ke aparatus Golgi, dibungkus di dalam granula yang diikat membaran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang melibatkan mikrotubulus dan membran berfusi dengan membran sel ini. Insulin dikeluarkan ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insuli n melintasi membran basalis sel β dan kapiler berdekatan serta endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah Ganong, 1995.

3. Regulasi sekresi insulin

Glukosa merupakan stimulus utama sekresi insulin. Glukosa memasuki sel β melalui transpor terfasilitasi, yang diperantarai oleh GLUT2. Kemudian glukosa difosforilasi oleh glukokinase. Metabolisme glukosa yang diawali dengan glukokinase, dan menghasilkan perubahan dalam perbandingan ATPADP. Hal ini mengakibatkan, penghambatan saluran K + sensitif-ATP dan depolarisasi sel β. Aktivitas konpensasi saluran Ca 2+ bergantung pada tegangan dan menghasilkan influks Ca 2+ ke dalam sel β. Ca 2+ mengaktivasi fosfolipase A 2 dan fosfolipase C, yang menghasilkan pembentukan asam arikidonat, inositol polifosfat dan diasilgliserol. Inositol-1,4,5-trifosfat memobilisasi Ca 2+ dari kompartemen mirip- retikulum endoplasma, yang selanjutnya meningkatkan konsentrasi kation sitosolik. Ca 2+ intraseluler bekerja sebagai perangsang sekresi insulin Gambar 6. Gambar 6. Regulasi sekresi insuli n dari sel β pankreas Brunton et al., 2010 Insulin dilepaskan pada tingkatkadar basal oleh sel- sel β pulau Langerhans. Stimulasi utama untuk pelepasan insulin di atas kadar basal adalah peningkatan glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg100 mL darah. Apabila glukosa darah meningkat lebih dari 100mg100 mL darah, maka sekresi insulin dari pankreas dengan cepat meningkat cepat dan kemudian ke tingkat basal dalam 2-3 jam Corwin, 2009.

G. Streptozotosin

Gambar 7. Struktur streptozotosin Konrad, Irina, Joseph, Kan and Jeffrey, 2001 Streptozotosin atau streptozosin atau izostazin atau zanosar STZ adalah sintesis dari derivat nitrosoureido glukopiranosa yang diisolasi dari frementasi Streptomyces achromogenes yang merupakan suatu antibiotik anti tumor dan senyawa kimia yang berkaitan dengan nitrosureas untuk kemoterapi kanker. Setiap vial streptozotosin bubuk mengandung 1 g bahan aktif streptozotosin dengan nama kimia 2-Deoxy-2[methylnitrosoamino-carbonyl] amino]-D- glucopyranose Gambar 7. Streptozotosin berbentuk bubuk, berwarna kuning pucat digunakan untuk menginduksi baik DM tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan uji Etuk, 2010. STZ disimpan pada suhu -20 o C untuk menghidari terjadinya kekeringan. Sebelum menimbang STZ, ditutup dengan alumunium foil sehingga terlindung dari cahaya STZ sensitif terhadap cahaya. STZ tidak stabil dalam larutan dengan pH terlalu asam. Larutan STZ disiapkan dalam kondisi segar dan diinjeksikan 5 menit setelah dicampur karena STZ dapat terdekomposisi dalam buffer sitrat 15 sampai 20 menit setelah pencampuan Wu and Youming, 2008. Gambar 8 . Mekanisme STZ menginduksi rusaknya sel β pankreas Szkudelski, 2001 STZ merupakan analog dari glukosa toksik yang terakumulasi dalam sel β pankreas melalui transporter glukosa GLUT2. Aktivitas alkilasi STZ dihubungkan dengan bagian nitrosoureidonya. Nitrosoureido bersifat lipofilik dan diserap jaringan melalui membran plasma dengan proses yang cepat. STZ akan terakumulasi dalam sel β pankreas melalui transporter glukosa GLUT2 dan berikatan dengan C-2 dari D-glukosa. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan gugus metil dari STZ ke molekul DNA sehingga terjadi alkilasi DNA Lenzen, 2008. STZ juga secara selektif akan menghambat aktivitas enzim O- G1cNAase yang bersama-sama dengan O-G1cNAc tranferase bertanggung jawab dalam terhadap perpindahan O-G1cNAc dari protein. Akibatnya terjadinya O- glikosilasi protein intraseluler yang mengakibatkan terjadinya kerusakan DNA Pathak, Helge, Vladimir, and Daan, 2008. Kerusakan DNA akibat STZ dapat mengaktivasi poly ADP-ribose polymerase PARP yang kemudian mengakibatkan penekanan nicotinamide adenine dinucleotide NAD+ seluler, penurunan jumlah adenosine triphospate ATP dan akhirnya terjadi nekrosis sel β pankreas Lenzen, 2008 Gambar 8. Selain itu, STZ merupakan pendonor nitrit oksida NO yang mempunyai kontribusi terhadap kerusakan sel melalui peningkatan aktivitas guanilil siklase dan pembentukan cyclic guanosine monophospate cGMP. NO dihasilkan sewaktu STZ mengalami metabolisme dalam sel Ramesh and Pugalendi, 2006. STZ juga menghasilkan radikal hidroksi OH yang berperan penting dalam kerusakan sel β pankreas. OH yang dihasilkan STZ menyebabkan terjadinya pembentukan anion superoksida dalam mitokondria dan peningkatan aktivitas xantin oksidase. Dalam hal ini, STZ menghambat siklus Krebs dan menurunkan konsumsi oksigen mitokondria. Penurunan produksi ATP mitokondria mengakibatkan pengurangan secara drastis neukleotida sel β pankreas dan menyebabkan nekrosis sel Lenzen, 2008. Degredasi sel yang terjadi setelah pemberian STZ akan nampak dalam 2- 4 hari akibat adanya pembengkakan pada pankreas dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar glukosa darah setelah 3 hari pemberian STZ sebagai parameter diabetes melitus. Efek metabolik dari streptozotosin menyebabkan terjadinya hiperglikemia, sedangkan keton dan plasma free fatty acid tidak mengalami peningkatan. Streptozotosin menyebabkan destruksi sel β dan tidak menimbulkan toksisitas ekstrapankreatik. Namun jika dibandingkan dengan aloxan, streptozotosin lebih efektif dalam induksi diabetes pada hewan percobaan Etuk, 2010.

H. Glibenklamid

Dokumen yang terkait

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 68 50

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis (Park.) Fosberg)

11 73 109

Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

4 84 47

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer β-siklodekstrin Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

5 15 70

KEMAMPUAN DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH SUKUN (Artocarpus altilis) PADA TIKUS Kemampuan Diuretik Ekstrak Etanol Buah Sukun (Artocarpus Altilis) Pada Tikus.

0 2 13

PENGARUH PASTA GIGI EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.) TERHADAP HAMBATAN Pengaruh Pasta Gigi Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.) Terhadap Hambatan Pertumbuhan Streptococcus mutans.

0 7 12

PENGARUH PASTA GIGI EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.) TERHADAP HAMBATAN PERTUMBUHAN Pengaruh Pasta Gigi Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.) Terhadap Hambatan Pertumbuhan Streptococcus mutans.

0 2 14

Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) pada tikus terinduksi streptozotosin.

0 0 97

Pengaruh pemberian ekstrak etil asetat daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) pada tikus terinduksi streptozotosin.

1 8 97

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH DAN DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

0 0 17