Kelompok perlakuan STZ + EEAA
terjadi di sel Islet Langerhans dapat dilihat dari adanya ruang-ruang kosong pada jaringan Gambar 18.
Hal ini berarti tikus kelompok perlakuan glibenklamid yang diberi streptozotosin dan glibenklamid dosis 0,45 mgkgBB menyebabkan terjadinya
perubahan patologi sel Islet Langerhans secara struktural. Jika dilihat dari presentase kerusakan sel Islet Langerhans sebesar 33,33 dapat disimpulkan
dengan induksi STZ dengan dosis 40 mgkgBB yang dilajutkan dengan pemberian glibenklamid dosis 0,45 mgkgBB menyebabkan terjadinya nekrosis sel Islet
Langerhans, tetapi persentase kerusakan sel Islet Langerhansnya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif sebesar 66,67. Dari gambaran
histologis pankreas ini, dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian glibenklamid dapat menurunkan resiko terjadinya nekrosis sel Islet Langerhans pada tikus
terinduksi streptozotosin. Akan tetapi, secara biokimiawi dapat dilihat dari kadar glukosa darah tikus masih diatas 200 mgkgBB. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kelompok perlakuan STZ + glibenklamid tidak memiliki efek antihiperglikemik.
5. Kelompok perlakuan STZ + EEAA
Tikus kelompok perlakuan EEAA diinduksi streptozotosin dosis 40 mgkgBB secara per intraperitonial pada hari ke-1, dan pada hari ke-5 diberi
ekstrak etanol daun Artocarpus altilis Park. Fosberg dosis 50 mgkgBB secara peroral sampai hari ke-13. Pada hari ke-14 setelah penimbangan berat badan dan
pengukuran kadar glukosa darah, tikus dinekropsi dan diambil pankreas untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologis. Pemilihan tikus untuk melihat
gambaran histologis pankreas dilakukan secara acak. Menurut Coskun, et al.
2004 menyatakan bahwa bahan yang mengandung antioksidan dan menurunkan radikal bebas seperti kuersetin terbukti dapat melindungi sel Islet Langerhans dari
efek STZ. Pemberian suatu antioksidan berupa alkaloid dan flavonoid dapat merangsang pengeluaran insulin dari sel β pankreas sehingga dapat mengatur
penurunan glukosa darah dan meningkatkan perbaikan distribusi sel β pankreas penghasil insulin melalui pewarnaan hematoksilin dan eosin.
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa tikus kelompok perlakuan STZ + EEAA terjadi kerusakan sel Islet Langerhans pankreas secara struktural. Hal ini
dapat dilihat dari nekrosis sel Islet Langerhans yang tingkat keparahan ringan. Nekrosis yang terjadi di sel Islet Langerhans dapat dilihat dari adanya ruang-
ruang kosong pada jaringan Gambar 19.
Gambar 19. Foto mikroskopik organ pankreas tikus kelompok perlakuan STZ + EEAA dengan perbesaran 400x, menunjukkan sel
Islet Langerhans yang mengalami nekrosis
Hal ini berarti tikus kelompok kontrol perlakuan EEAA yang diberi streptozotosin dan ekstrak etanol daun Artocarpus altilis Park. Fosberg dosis 50
mgkgBB menyebabkan terjadinya perubahan patologi sel Islet Langerhans secara struktural dengan adanya nekrosis sel Islet Langerhans dengan tingkat keparahan
ringan. Jika dilihat dari presentase kerusakan sel Islet Langerhans sebesar 66,67
dapat disimpulkan dengan induksi STZ dengan dosis 40 mgkgBB yang dilajutkan dengan pemberian EEAA dosis 50 mgkgBB menyebabkan terjadinya nekrosis sel
Islet Langerhans dengan persentase yang sama dengan kelompok kontrol positif yang hanya diinduksi STZ dosis 40 mgkgBB. Dari gambaran histologis pankreas
ini, dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian EEAA tidak dapat menurunkan resiko terjadinya nekrosis sel Islet Langerhans pada tikus terinduksi streptozotosin
dan belum sebanding dengan pemberian glibenklamid. Akan tetapi, secara biokimiawi dapat dilihat dari kadar glukosa darah tikus masih diatas 200
mgkgBB. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan STZ + EEAA tidak memiliki efek antihiperglikemik.