Hal ini berarti tikus kelompok kontrol negatif yang diberi CMC Na 0,5 selama 13 hari tidak menyebabkan terjadinya perubahan patologi sel Islet
Langerhans secara struktural dilihat dari persentase kerusakan sel Islet Langerhans sebesar 0 dan secara biokimiawi dapat dilihat dari kadar glukosa darah tikus
kelompok kontrol negatif yang tidak memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok basal.
3. Kelompok kontrol positif
Setelah diinduksi streptozotosin dosis 40 mgkgBB secara per intraperitonial pada ke-4 ekor tikus. Pada hari ke-14 setelah penimbangan berat
badan dan pengukuran kadar glukosa darah, tikus dinekropsi dan diambil pankreas untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologis. Pemilihan tikus
untuk melihat gambaran histologis pankreas dilakukan secara acak. Dalam penelitian Rahma, A
ulanni’am, and Chanif 2014 menyatakan bahwa ruang-ruang kosong pada sel Islet Langerhans disebabkan karena adanya
nekro sis sel β pankreas. Perubahan-perubahan pada sel-sel yang ditimbulkan oleh
zat-zat yang mempunyai efek sitotoksik yakni pengecilan pulau-pulau pankreas, pengurangan jumlah sel β dan degranulasi, vakuolisasi daripada sel-sel tersebut.
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa tikus kelompok kontrol positif mengalami kerusakan sel Islet Langerhans pankreas secara struktural. Hal ini
dapat dilihat dari nekrosis sel Islet Langerhans yang tingkat keparahannya ringan. Kondisi sel Islet Langerhans yang mengalami nekrosis ditandai dengan adanya
ruang-ruang kosong pada jaringan Gambar 17.
Gambar 17. Foto mikroskopik organ pankreas tikus kelompok kontrol positif dengan perbesaran 400x, menunjukkan sel Islet
Langerhans yang mengalami nekrosis
Hal ini berarti tikus kelompok kontrol positif yang diberi STZ dosis 40 mgkgBB menyebabkan terjadinya perubahan patologi sel Islet Langerhans secara
struktural dengan adanya nekrosis sel Islet Langerhans. Penelitian Rahma, Aulanni’am, and Chanif 2014 menyatakan bahwa nekrosis sel Islet Langerhans
khususnya sel β pankreas menyebabkan penurunan sekresi insulin ke dalam pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah tikus. Jika
dilihat dari presentase kerusakan sel Islet Langerhans sebesar 66,67 dapat disimpulkan dengan dosis STZ sebesar 40 mgkgBB yang menyebabkan
terjadinya nekrosis sel Islet Langerhans. Akan tetapi, secara biokimiawi dapat dilihat dari kadar glukosa darah tikus mengalami penurunan pada hari ke-7 dan
14. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa nekrosis yang terjadi tidak mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah tikus. Hal ini mungkin terjadi karena nekrosis
sel Islet Langerhans yang terjadi pada tikus terinduksi streptozotosin memiliki tingkat keparahan ringan, dimana banyaknya nekrosis pada sel Islet tidak
sebanding dengan sel-sel Islet Langerhans yang mengalami regenerasi sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah tikus pada hari ke-7 dan 14.
4. Kelompok perlakuan STZ + glibenklamid