74
menggambarkan usaha Batman dalam mengalahkan Ra’s al Ghul. Batman berusaha menghentikan Ra’s al Ghul yang membawa alat untuk menguapkan zat.
Ducard menampakkan dirinya yang sebenarnya sebagai Ras al Ghul pada babak ini. Di sini dia menampakkan bahwa dirinya adalah orang yang sangat percaya dengan
moralitasnya. Dia masih berusaha menghancurkan Gotham yang dirasa sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Tidak hanya itu, dia juga menolak membunuh Bruce ketika The
League of Shadows membakar rumahnya, seperti yang Bruce lakukan terhadap markas The League of Shadows. Itu merupakan sikapnya untuk membuat impas hubungannya
dengan Bruce, karena dia juga pernah tidak dibunuh oleh Bruce. Tentu saja tindakannya ini pada akhirnya mengakibatkan rencananya digagalkan oleh Bruce. Di sisi lain Bruce
juga tetap mempertahankan prinsipnya ketika mengalahkan Ras al Ghul, yaitu tidak membunuhnya, namun membiarkan dia dibawa kereta yang akan menabrak gedung. Dia
berkata I wont kill you, but I dont have to save you.Kedua orang ini mempertahankan prinsip mereka sampai akhir walaupun berseberangan.
Gambar 7. Batman mendominasi musuhnya tetapi enggan membunuhnya Batman Begins
1.3 Analisis Tindakan dan Narasional
Analisis fungsional yang membagi berbagai event dalam film masih baru tahap pertama dalam analisis naratif Barthes. Analisis tindakanaktansial akan menajamkan
analisis fungsional karena melihat peran aktan berdasarkan fungsi-fungsi yang sudah
75
dijabarkan. Dari situlah nantinya analisis ideologis di bab empat dapat dilakukan. Berbagai oposisi kejadian akan dibahas di bagian ini.
Berdasarkan analisis tingkat pertama, pembagian aktansial secara keseluruhan dalam film Batman Begins adalah sebagai berikut:
Subjek Bruce WayneBatman
Objek Keamanan Gotham, Kekalahan Ras al Ghul
Musuh Ras al Ghul, Jonathan CraneScarecrow, Falcone, Trauma
Penolong Ras al Ghul, Alfred, Gordon, LuciusFox, Rachel Dawes, Teknologi, Kekayaan
Pengirim Trauma, Ras al Ghul, Bruce Wayne
Penerima Bruce Wayne, Warga Gotham
Gambar 8. Tabel Aktansial Batman Begins
Film Batman Begins memiliki banyak gerakan dalam pergantian fungsi dan perpindahan aktansial, sehingga film ini tergolong sebagai film yang dinamis.
Kedinamisan ini menunjukkan bahwa film ini bukan hendak menyampaikan sesuatu yang statis, namun masih menyisakan ruang untuk pertanyaan karena banyaknya
kemungkinan. Indeks-indeks film ini juga dapat memberi latar belakang yang kuat bagi para tokoh dan setting. Misalnya, Bruce yang berasal dari keluarga kaya yang
aristokratik harus bergerak keluar dari latar peradaban Gotham ke pengasingan untuk menunjukkan keterpisahan dirinya dengan masyarakat.
Pada awalnya narasi berjalan agak lambat dengan banyaknya kilas balik sebagai katalis dan indeks, sehingga alur tidak banyak berjalan maju. Hal ini dimaksudkan agar
menonjolkan tokoh Bruce Wayne sebagai subjek, sehingga tidak langsung menampilkan Batman yang penuh aksi. Malah Bruce sebagai Batman sendiri baru muncul pada babak
ketiga dalam film, atau setelah film berjalan separuhnya. Banyaknya indeks dan katalis
76
yang mendominasi babak pertama juga berguna untuk memperkuat motivasi dan latar belakang subjek dalam mencari objek. Motivasi Bruce sendiri adalah trauma kematian
orangtuanya. Karena itu, trauma adalah aktan dalam film yang berfungsi sebagai pengirim. Bruce ingin mengamankan Gotham karena tidak ingin orang lain mengalami
nasib sama seperti dirinya. Maka itu dia berusaha memahami dunia kriminal dan akhirnya bertemu dengan Ra’s al Ghul yang mematangkan niatnya dengan latihan yang
dia berikan. Dinamisnya alur narasi film juga terjadi pada aktan, khususnya adalah
perpindahan posisi DucardRa’s al Ghul dari pengirim dan penolong menjadi musuh. Ini menunjukkan kompleksnya hubugan antaraktan yang terjadi pada film ini. Musuh tidak
dipandang sebagai sesuatu yang gamblang dan statis, melainkan sesuatu yang problematis dan abu-abu.
DucardRa’s al Ghul berperan menjadi pengirim dengan memberi tugas kepada Bruce untuk mencari League of Shadows dan membangkitkan desire-nya
18
untuk mendapatkan kekuatan.Peran Ducard selanjutnya berkembang menjadi penolong karena
dalam rangkaian latihan, dialah yang menjadi guru yang mengajarkan teknik-teknik dan filosofi yang dianutnya kepada Bruce. Sementara itu Bruce Wayne yang mendapat
pelatihan tersebut juga berperan sebagai penerima, karena dia pula yang akan menerima manfaat didapatkannya objek.
Posisi aktansial mendapat perkembangan lagi ketika Bruce Wayne memutuskan untuk melawan Ra’s al Ghul. Karena Bruce merasa filosofi yang dianutnya berbeda
dengan League of Shadows Bruce tidak mau membunuh seperti yang diperintahkan dan tidak menyetujui rencana Ra’s al Ghul untuk menyerang Gotham, dia menganggap
18
Desire di sini juga bukan dalam artian psikoanalisis, namun salah satu major articulations of praxis dalam analisis struktural naratif Barthes.
77
“Ra’s al Ghul” dan Ducard sebagai penghalangnya. Dengan demikian Ducard dan “Ra’s al Ghul” juga berperan sebagai musuh. Maka musuh dalam film ini adalah seseorang
yang pernah menjadi kawan, dan bahkan pernah menguatkan niat subjek. Dari indeks dapat diketahui bahwa Bruce mengambil berbagai ilmu yang diajarkan oleh Ra’s al
Ghul menjadi senjatanya sendiri. Batman adalah pengguna ketakutan seperti halnya Ra’s al Ghul, namun narasi menunjukan subjek yang mengalahkan seorang pengirim
dan penolong. Selanjutnya yang dilakukan Bruce adalah mengumpulkan penolong, yaitu
Lucius Fox dan Jim Gordon. Dengan tindakannya mendatangi Lucius Fox, Bruce mendapatkan teknologi dan sarana yang akan digunakannya dalam menjadi Batman. Di
samping itu, Bruce juga mendatangi Jim Gordon yang jujur untuk mendapatkan sekutu dari pihak penegak hukum yang ia rasakan sudah korup. Pengumpulan penolong ini
adalah tindakan untuk mengatasi lack. Meskipun Bruce sudah memiliki keahlian untuk menjadi Batman, ia masih kekuarangan sarana dan bantuan yang akan dibutuhkannya
ketika menjadi superhero. Adanya penolong berguna untuk menutup kekurangan tersebut.
Bruce Wayne seperti sebelumnya berperan sebagai subjek dan penerima yang mencari sesuatu. Objeknya adalah persiapan menjadi Batman. Pada babak kedua, Bruce
juga berperan sebagai pengirim karena keinginan desire untuk mendapatkan objek berasal dari dirinya sendiri.
Pada babak ketiga, Flass si posisi korup menjadi penolong karena membeberkan rencana musuh setelah diinterogasi Batman. Ambivalensi moral Batman ditunjukkan
pada adegan interogasi tersebut. Analisis indeksikal menunjukkan Flass yang harusnya menjadi tokoh antagonis malah tampak seperti korban pada bagian ini karena disiksa
78
oleh Batman. Fungsi pokok interogasi itu juga menyebabkan tindakan Batman berikutnya untuk mengecek lokasi yang disebutkan Flass, yang berakhir dengan
kejatuhannya ketika berhadapan dengan Jonathan CraneScarecrow. Selain Scarecrow sendiri, trauma juga ikut menjadi musuh pada bagian ini. Batman kalah dengan senjata
Scarecrow yang membangkitkan ketakutan masa lalunya, yang berarti bahwa Batman juga masih belum bisa mengatasi ketakutannya sendiri. Sebagai superhero, ia masih
memiliki lack. Lack Batman hilang karena penolong Alfred dan Lucius Fox. Kini Batman dapat
menghadapi senjata musuh yang sebelumnya menjadi kekurangannya. Ini ditegaskan di babak terakhir dengan Batman yang menggunakan senjata Crane sendiri untuk
melumpuhkannya, yang berarti bahwa dia kembali menjadi pengguna ketakutan dan bukan korbannya.
Jim Gordon sebagai penolong menjadi penting kembali saat Batman berhadapan dengan Ra’s al Ghul pada konfrontasi akhir. Batman hanya berhasil mendapat satu
objek yaitu kekalahan Ra’s al Ghul, namun tidak mendapatkan objek yang lebih penting dan yan menjadi motivasinya, yaitu “keamanan Gotham”. Gotham masih tidak aman di
akhir film yang diperlihatkan dengan foreshadowingakan adanya musuh lain untuk sekuel film. Untuk mencapai tujuannya, Batman tidak melanggar prinsipnya untuk tidak
membunuh musuhnya, namun hanya membiarkan Ra’s al Ghul mati. Batman Begins tidak mengikuti konsep tentang superhero yang mampu
sendirian mengatasi segala masalah dengan kekuatannya, seperti Superman dalam film Superman 1978. Batman beberapa kali membutuhkan penolong untuk melaksanakan
tujuannya dan mengatasi lack. Film ini juga memperlihatkan ambivalensi antara pahlawan dan musuh yang direpresentasikan oleh Batman dan Ra’s al Ghul. Kedudukan
79
Batman sebagai pahlawan di film ini tidak serta merta ditunjukan dengan oposisi antara baik dan buruk, tetapi pada wilayah yang terletak di antara keduanya. Dari indeks
diperlihatkan bahwa antara subjek dan musuh sama-sama menggunakan ketakutan, sehingga Ra’s al Ghul dan Scarecrow adalah teroris bagi warga Gotham, sedangkan
Batman adalah teroris bagi musuh-musuhnya. Polisi yang merupakan representasi otoritas juga menjadi musuh pada sebuah babak karena mengejar Batman yang
dianggap penjahat. Ini juga ditegaskan dalam indeks bahwa para penegak hukum polisi dan hakim adalah lembaga yang korup dan malah bekerja sama dengan mafia.
Ra’s al Ghul sebagai musuh utama film ini juga mengalami ambivalensi seperti Batman. Dari indeks dapat dilihat bahwa dia bekerja tidak sekedar untuk menguasai
atau merusak sesuatu, tetapi membawa keseimbangan dengan menghancurkan tempat yang telah membusuk agar dapat dibangun kembali. Dalam narasi, ambivalensi tokoh
ini terlihat dari perpindahan posisi aktansialnya. Ra’s al Ghul adalah pengirim, berkembang menjadi penolong, dan akhirnya menjadi musuh bagi subjek. Ra’s al Ghul
bisa saja menjadi pahlawan. Posisinya sebagai musuh semata-mata karena narasi menempatkannya seperti itu. Pembedanya dengan Batman adalah soal prinsip yang
dipegang masing-masing: Batman yang tidak ingin membunuh dan Ra’s al Ghul yang tak segan menggunakan cara apapun.
Suatu cerita dapat dikatakan kompleks ketika tidak lurus-lurus saja dalam menyampaikan narasi. Kompleksitas cerita dapat terlihat dari bagaimana cerita tersebut
melakukan distorsi dan ekspansi terhadap narasi. Batman Begins bisa dibilang termasuk pada golongan cerita yang semacam itu. Penceritaaan yang tidak urut, khususnya pada
babak pertama, merupakan suatu distorsi, karena menggunakan beberapa kali plot mundur ke masa muda Bruce Wayne untuk menceritakan latar belakangnya. Efek
80
positifnya kepada film adalah ketegangan suspense dan gerakan plot langsung terbangun di awal film sambil penonton memasang kepingan-kepingan latar belakang
Bruce. Oleh karena itu, pada babak kedua film sudah siap untuk membangun ketegangan yang lebih intens. Efek negatifnya ialah gerakan plot itu sendiri menjadi
tersendat di awal karena adanya bolak balik antara masa lalu dan masa kini. Akan tetapi, menurut penulis hal ini normal untuk menunjukkan kisah asal-usul origin story
seorang superhero. Indeks dalam narasi bisa menjadi distorsi sehingga cerita tidak hanya lurus
mengikuti fungsi-fungsi pokok, dan juga menjadi ekspansi karena mengantar penonton agar dapat menyusun narasi dan maknanya sendiri. Adanya ambivalensi para tokoh
dalam film ini adalah hasil dari indeks-indeks. Subjek dan musuh terus menerus dipertanyakan posisinya karena kemiripan di antara mereka. Area abu-abu ambivalensi
tersebut bisa menjadi modal untuk diperdebatkan di bab selanjutnya ketika membahas ideologi dan utopia superhero.
2. The Dark Knight 2.1 Sinopsis