Metode Penelitian Sistematika Penulisan

32 pembacaan teks oleh Richard Johnson et.al dalam buku The Practice of Cultural Studies: Reading, therefore, is not simply about the mechanistic identification of formal elements or functions, it is also about tracing the ways in which textual formations are linked to larger cultural formations. As our circuit model and discussion of setting suggest, texts are always part of larger cultural processes and connected to social relations of power via the production context and the economic relations involved those of the publisher, studio or television channel responsible, for example and the context of the text’s appearance and reception by particular audiences at particular times and placesJohnson, 2004: 165 Pembacaan tidak hanya sebatas identifikasi fungsi-fungsi formal, namun juga dikaitan dengan formasi kultural yang lebih besar. Teks merupakan bagian dari proses kultural dan berhubungan dengan relasi sosial kekuasaan, baik dalam konteks produksi, ekonomi, dan penerimaannya pada waktu dan tempat tertentu.

7. Metode Penelitian

Penelitian akan dilakukandengan metode semiotika,secara khusus sebagaimana dikembangkan dalam analisis struktural naratif Roland Barthes. Termasuk di dalam analisis Barthes tersebut adalah penggunaan teori ideologi yang digunakan pada tahap akhir penelitian untuk melihat konflik ideologi dalam film. Sumber data primer adalah tiga film superhero, yaitu Batman Begins, The Dark Knight, dan Madame X. Ketiga film tersebut dipilih karena dirasa mampu menunjukkan karakteristik narasi superhero modern dan mengandung isu-isu baru yang sebelumnya tidak pernah diangkat oleh film-film superhero. Film-film superhero lain juga akan digunakan, namun hanya sebatas pembanding. Ada tiga tingkatan dalam analisis struktural naratif, yaitu analisis fungsional, analisis tindakan, dan terakhir analisis narasional. Ketiga tahap analisis 33 struktural naratif tersebut dilakukan pada bab tiga. Selanjutnya bab empat membahas berbagai medan ideologi dan utopia dalam narasi film superhero.

8. Sistematika Penulisan

Tesis ini akan terdiri dari lima bab. Bab pertama adalah Pendahuluan yang berisiLatar Belakang Permasalahan,Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Pentingnya Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teoretis, dan Metode Penelitian. Bab kedua merupakan Latar Belakang Historis. Bagian ini menjelaskan sejarah singkat munculnya narasi superhero dari komik sampai maraknya film-film jenis ini. Selain itu, bab ini juga berisi latar belakang teori yang akan dipakai, yaitu semiotika dan naratologi. Bab tiga adalah Narasi dan Penokohan Film Superhero. Bab ini akan memaparkan analisistiga film superhero Batman Begins, The Dark Knight, Madame X dengan membedah narasinya dan penokohannya, termasuk menganalisis fungsi bentuk- bentuk narasi yang ada, yang akhirnya secara khusus untuk mengetahui bagaimana hubungan antartokoh digambarkan. Bab ini merupakan tahap pertama dan kedua pada analisis struktural naratif Roland Barthes, yaitu analisis fungsional dan analisis tindakan. Bab empat adalah Ideologi dalam Narasi Superhero. Di sini penulis berusaha membaca dan mengontraskan makna penggambaran musuh yang didapat dari tahap- tahap analisis sebelumnya, dan bagaimana konflik ideologi yang ada tersebut diimajinasikan ke dalam film. Bab ini adalah tahap terakhir dalam analisis struktural naratif, yaitu analisis narasional. Bab kelima merupakan Kesimpulan. Bab ini menjelaskan jawaban topik permasalahan tesis. 34

BAB II SUPERHERO DAN PERKEMBANGANNYA

Sebelumnya telah disebutkan bahwa tesis ini akan menganalisis narasi superhero yang kembali menjadi tren di awal abad 21. Analisis narasi itu digunakan sebagai dasar untuk membahas konteks dan medan ideologis dan utopis dalam tiga film superhero yang digunakan sebagai sampel. Bab ini menjadi pengantar latar belakang film-film superhero tersebut dan berguna khususnya sebagai konteks yang dikaitkan dengan pembahasan di bab empat. Bagian-bagian di bab ini membicarakan tentang sejarah perkembangan cerita superhero antara lain di Amerika, Jepang, dan Indonesia, konteks perfilman di Amerika Serikat dan Indonesia, dan latar belakang produksi tiga film yang akan dibahas di tesis ini.

1. Munculnya Superhero

Apakah superhero itu? Sejak kapankah superhero muncul? Kedua pertanyaan tersebut tampaknya mudah namun sebenarnya sulit dijawab. Tidak ada definisi superhero yang benar-benar baku, dan karena itulah menentukan kapan sebenarnya cerita-cerita superhero itu pertama muncul merupakan sesuatu yang kabur, tergantung dari sudut pandang yang diambil. Secara umum tokoh-tokoh semacam Superman dan Spider-Man tidak ragu akan dipandang sebagai superhero. Akan tetapi, bagaimana dengan Hercules, James Bond, atau Si Pitung? Hercules memiliki kekuatan sangat besar bagai dewa, hingga pernah suatu kali dia pernah menggantikan Atlas untuk memanggul bumi. James Bond digambarkan sebagai mata-mata dan manusia biasa, tetapi memiliki kecakapan sangat tinggi. Kalau bukan superhero, bagaimana mungkin dia tidak pernah mati melalui