Jenis Musuh dan Ideologi

145 Posisi Batman yang demikian sebenarnya dikritik dalam film ketiganya, The Dark Knight Rises. Yang membawa perjuangan kelas justru adalah tokoh antagonisnya, Bane. Bane membongkar kebohongan Batman dan Gordon tentang Harvey Dent, yang sekaligus membuat penangkapan para penjahat yang dijerat dengan Dent Act menjadi tidak sah, dan mengajak orang-orang untuk melawan warga kaya yang dia anggap memanfaatkan orang miskin. Selain itu, Bane juga menyerang pasar saham di Gotham mengingatkan pada gerakan Occupy Wall Street. Akan tetapi film tersebut cenderung mengungkapkan resiko gerakan politik atau revolusi karena menggambarkan bahwa gerakan tersebut hanya digunakan sebagai jalan Bane untuk menguasai Gotham. Batman pun menjadi penyelamat kembali dengan menjauhkan bom yang ditanam Bane dari Gotham. Masalah kemiskinan kembali dilupakan di akhir karena ditutupi oleh kepahlawanan Batman.

3. Jenis Musuh dan Ideologi

Dari tiga musuh utama di ketiga film yang dibahas di tesis ini, ada dua musuh yang hampir sama, yakni Ra’s al Ghul dalam Batman Begins dan Kanjeng Badai dalam Madame X. Keduanya adalah musuh yang berusaha mengembalikan keseimbangan dengan membasmi hal yang menurut mereka sudah rusak dalam masyarakat. Ra’s al Ghul ingin menghancurkan kota Gotham karena menurutnya kota itu sudah tidak bisa ditolong lagi, dan dengan begitu dia ingin membersihkan peradaban dari hal-hal yang kotor. Kanjeng Badai ingin mengembalikan moral bangsa yang menurutnya sudah rusak karena ada kemerosotan di masyarakat. Kemerosotan itu direpresentasikan dengan kaum waria di film yang merupakan minoritas di negara alternatif dalam film itu. 146 Ra’s al Ghul memimpin kelompok pembunuh bernama League of Shadows yang digambarkan sebagai pembersih dunia. Kelompok kuno yang pernah menghancurkan Roma di masa lalu karena kemerosotan moralnya ini akan menghancurkan Gotham karena dianggap rusak, dengan tingkat kriminalitas dan korupsi yang tinggi. Ra’s al Ghul adalah seorang musuh yang tanpa kompromi. Segala sesuatu yang dianggap buruk harus musnah agar dari situ dapat dibangun sesuatu yang lebih baik. Itu adalah sesuatu yang ditentang oleh Bruce WayneBatman, karena menurutnya Gotham masih bisa ditolong karena tidak hanya terdiri dari orang yang korup. Ra’s al Ghul menginginkan yang absolut dan tidak setengah-setengah. Akan tetapi, tindakannya juga menimbulkan pertanyaan karena dia sendiri membunuh demi tujuannya. Itu dianggapnya sebagai kejahatan yang perlu necessary evil demi mengembalikan keseimbangan di dunia. Prinsipnya yang seperti itu juga menimbulkan ambivalensi seperti Batman sendiri, karena pada dasarnya tujuan mereka sama dan tidak segan-segan menerobos hukum demi berlangsungnya hukum itu sendiri. Pada akhirnya yang membedakan dirinya dengan Batman adalah tingkat ekstrimitasnya. Batman tidak ingin membunuh, sedangkan Ra’s al Ghul tidak segan-segan melakukannya. Batman Begins tidak berusaha menunjukkan mana yang lebih baik dari dua sudut pandang tersebut. Yang ditampakkan adalah Batman berhasil mengalahkan Ra’s al Ghul, tetapi itu pun tidak terlalu mengubah keadaan Gotham. Hampir sama dengan Ra’s al Ghul, Kanjeng Badai di Madame X ingin membasmi hal-hal yang dianggapnya menyebabkan keburukan. Dalam film itu, dia digambarkan memimpin Partai Bangsa Bermoral dan ormas Badan Organisasi Penegak Moral Bogem. Dia menganggap kaum waria sebagai salah satu penyebab kemerosotan moral negara. Pandangannya adalah hasil didikan ayahnya yang sangat keras, yang 147 pernah melarangnya berhubungan dengan Adam yang mulai terlihat kecenderungannya sebagai waria sejak kecil. Akan tetapi, ada inkonsistensi dalam diri Kanjeng Badai, yaitu dia juga melakukan perdagangan manusia. Itu berarti dia orang yang prinsipnya tidak se-absolut Ra’s al Ghul. Inkonsistensi itu menjadi aneh karena motivasinya tidak jelas datang dari mana, berbeda dengan motivasinya sebagai penegak moral. Barangkali itu adalah pilihan kreatif pembuat naskah untuk memperlihatkan bahwa orang-orang yang menjunjung tinggi moralitas tidak sepenuhnya suci, namun itu menyebabkan Kanjeng Badai tidak semenarik Ra’s al Ghul. Joker dalam The Dark Knight adalah musuh yang berkebalikan dari Ra’s al Ghul dan Kanjeng Badai. Joker tidak menginginkan keseimbangan, melainkan chaos dan anarki, karena dia menganggap tujuan stabilitas itu tidak akan berhasil, mudah diruntuhkan, dan dilakukan oleh orang-orang munafik. Itu direpresentasikan dengan tokoh Harvey Dent yang benar-benar menjadi bermuka dua karena manipulasi Joker. Bagi Joker, anarki adalah satu-satunya jalan adanya keadilan fairness, karena saat masyarakat menginginkan sesuatu seperti stabilitas, mereka hanya sedang melaksanakan agendanya. Perkataan Joker yang menyamakan dirinya dengan Batman sendiri terbukti pada akhir film: To them, youre just a freak. Like me They need you right now. But when they dont ... Theyll cast you out. Like a leper. See, their morals. Their code. Its a bad joke. Dropped at the first sign of trouble. Theyre only as good as the world allows them to be. Ill show ya. When the chips are down, these, uh, these civilized people, theyll eat each other. See, Im not a monster. Im just ahead of the curveThe Dark Knight. Batman dianggap pahlawan ketika orang-orang membutuhkannya, tetapi saat dia berhasil dia dianggap penjahat. Seperti superhero, musuh-musuh dalam tiga film yang dibahas di sini juga berusaha untuk menutupi identitas mereka. Ra’s al Ghul menggunakan orang lain yang 148 bertindak sebagai dirinya agar tidak ada yang tahu bahwa dialah yang sebenarnya memimpin League of Shadows dan nama aslinya tidak diketahui. Demikian pula Joker, masa lalu dan identitasnya tidak diketahui. Kanjeng Badai menutupi identitas aslinya sebagai teman masa kecil Adam, dengan tidak memakai nama aslinya dan selalu memakai kacamata hitam. Ketiga musuh utama tersebut menegaskan bahwa seseorang dianggap musuh ketika latar belakangnya tidak diketahui. Tentu saja ada musuh-musuh dalam film superhero yang diketahui latar belakangnya. Dalam trilogi Spider-Man dari sutradara Sam Raimi, semua musuh digambarkan memiliki hubungan dengan Peter ParkerSpider-Man. Green Goblin adalah ayah sahabatnya, Doctor Octopus adalah profesornya, Venom adalah kawan jurnalis, dan Sandman adalah rekan perampok yang membunuh pamannya. Begitu juga di remake-nya, The Amazing Spider-Man, Lizard adalah rekan ilmuwan ayahnya, dan Electro adalah pegawai Oscorp yang pernah dia selamatkan. Penceritaan latar belakang musuh berguna untuk membangkitkan simpati penonton, sehingga musuh tidak dipandang melulu jahat, namun karena ada suatu kesalahan yang mengubahnya. Pengaburan latar belakang musuh digunakan lebih untuk menekankan persamaan mereka dengan sang superhero yang berusaha menutupi identitas aslinya. Musuh-musuh dalam film superhero juga bisa dibaca sebagai representasi ketakutan subjek narasi sendiri dan juga sisi yang lebih gelap dari kepribadian superhero. Ra’s al Ghul merupakan ketakutan Batman apabila perannya sebagai pembasmi kejahatan terbawa ke tingkat ekstrim. Dia adalah ketakutan Batman apabila tindakannya menjadi diktatorial. Menurut Batman, yang membedakan dirinya dengan penjahat adalah dia tidak membunuh. Scarecrow yang menggunakan gas halusinogen adalah ketakutan Batman jika dirinya yang juga menggunakan ketakutan sebagai senjata 149 diarahkan pada orang yang salah. Joker adalah representasi kekacauan dan ketakutan Batman pada teatrikalitas yang telah dia bawa ke Gotham. Joker menekankan ketakutan Batman tentang kekacauan keadaan yang pernah menyebabkan kematian orangtuanya, suatu kemustahilan menghadapi kekerasan.Two-Face adalah gambaran dualitas yang dialami Batman apabila berlebihan dan kemungkinan dirinya menjadi hipokrit. Kanjeng Badai merupakan ketakutan Madame X terhadap kemustahilan seorang diri menghadapi kekuasaan yang dominan.

4. Utopia dalam Film Superhero