Analisis Fungsional Kerangka Teoretis 1 Analisis Naratif dalam Kajian Budaya

20 serta ada pada tiap zaman dan tempat, dalam tiap jenis masyarakat. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut: Able to be carried by articulated language, spoken or written, fixed or moving images, gestures, and the ordered mixture of all these substances; narrative is present in myth, legend, fable, tale, novella, epic, history, tragedy, comedy, drama, mime, painting think of Carpaccio’s Saint Ursula, stained glass windows, cinema, comics, news item, conversation Barthes, 1977: 79. Ada tiga tingkat makna dalam analisis struktural naratif menurut Roland Barthes, yaitu analisis fungsional, analisis tindakan actions, dan analisis narasional. Analisis fungsional adalah mendeskripsikan cerita ke dalam satuan-satuan naratif dan menunjukkan hubungannya satu sama lain. Analisis tindakan berusaha menunjukkan posisi dan hubungan para aktan actant dalam cerita tersebut. Yang terakhir, analisis narasional adalah menunjukkan deskripsi makna yang dihasilkan dari dua proses analisis sebelumnya dan bagaimana teks menyampaikan dirinya.

a. Analisis Fungsional

Untuk melakukan analisis tingkat pertama atau analisis fungsional, suatu kisah harus dibagi dan dideskripsikan ke dalam satuan-satuan naratif.Baru kemudian dilihat bagaimana satuan-satuan tersebut saling berhubungan membentuk narasi yang utuh. Barthes mengatakan bahwa memahami suatu narasi bukan hanya mengikuti perkembangan cerita, tetapi juga harus memperhatikannya dalam level horisontal dan vertikal. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut: To understand a narrative is not merely to follow the unfolding of the story, it is also to recognize its construction in ‘storeys’, to project the horizontal concatenation of the narrative ‘thread’ on to an implicitely vertical axis; to read to listen to a narrative is not merely to move from one word to the next, it is also to move on from one level to the next Barthes, 1977: 87. 21 Barthes membagi tindakan action dan kejadian event ke dalam unit-unit yang lebih kecil, yaitu fungsi dan indeks untuk menunjukkan level horisontal dan vertikal. Fungsi function merupakan unit yang menggerakkan cerita secara horisontal, atau perkembangan linear. Misalnya tindakan suatu tokoh yang membeli senjata yang nantinya akan digunakannya untuk membunuh. Kemudian pada level vertikal, Barthes menggunakan unit yang disebut indeks indicesindexes. Indeks tidak menggambarkan perkembangan tindakan, namun menjelaskan keadaan atau situasi being. Biasanya indeks menggambarkan sifat pelaku atau keadaan yang ditampakkan dalam kisah. Kedua unit tersebut masih dibedakan lagi ke dalam bagian yang lebih kecil. Fungsi dibagi menjadi dua, yaitu fungsi pokok cardinal funtion atau nukleus dan katalis catalyzer. Fungsi pokok adalah tindakan action yang menyebabkan adanya konsekuensi kelanjutan cerita. Tindakan tersebut menyiratkan adanya pilihan yang tidak tentu, namun cerita mengarah kepada salah satu kemungkinan cabang. “For a function to be cardinal, it is enough that the action to which it refers open or continue, or close an alternative that is of direct consequence for the subsequent development of the story, in short that it inaugurate or conclude an uncertainty” Barthes, 1977: 94. Fungsi- fungsi ini membentuk suatu bagian yang lebih besar, yaitu sekuens sequence. Sekuens adalah kumpulan fungsi pokoknukleus yang memiliki suatu hubungan tertentu. Contohnya, tindakan menyiapkan barang bawaan, menyiapkan kendaraan, menaiki kendaraan, dan tiba di tujuan, dapat dinamai sebagai sekuens “bepergian”. Barthes melakukan penyederhanaan sekaligus pembedaan efeknya terhadap plot atas 31 nama fungsi yang dicatat oleh Propp dan disebutkan oleh Greimas dalam 22 bukunya, Structural Semantics 5 . Barthes menyebutnya sebagai major articulations of praxis yang terdiri dari communication, struggle, dandesire. Fungsi tidak dapat direduksi hanya menjadi tindakan seperti kata kerja, tetapi harus dimasukkan dalam konteks narasi. Pembedaan ini dilakukan karena bisa saja ada tindakan suatu tokoh yang merupakan suatu indeks karena menunjukkan sifatnya. Dengan kata lain, fungsi merupakan konteks aliran tindakan doing, sedangkan indeks merupakan konteks keadaan being. “Functions and indices thus overlay another classic distinction: functions involve metonymic relata, indices metaphoric relata; the former correspond to a functionality of doing, the latter to a functionality of being” Barthes, 1977: 96. Indeks sendiri juga dibagi menjadi dua, yaitu indeks sejati proper index dan indeks informatif informant. Indeks sejati merupakan sifat-sifat pelaku, perasaan, filosofi, atau atmosfer suatu keadaan, yang harus ditafsirkan oleh pembaca. Misalnya selera dan cara berpakaian seorang tokoh bisa menunjukkan status sosial dan sifatnya. Indeks informatif sendiri adalah penunjuk waktu dan tempat, yang tidak perlu ditafsirkan lebih lanjut seperti indeks sejati. Misalnya suatu ada suatu kejadian yang bertempat di kapal pada malam hari. 5 Fungsi-fungsi Propp tersebut adalah: Absence, Interdiction, Violation, Reconnaissance inquiry, Delivery information, Fraud, Complicity, Villainy, Lack, Mediation-the connective of the donor assignment of a test, The provision-receipt of magical agent receipt of the helper, The heros reaction confrontation of the test, Spatial translocation, Struggle, Marking, Victory, The Initial misfortune or lack is liquidated liquidation of the lack, Return, Pursuit- chase, Rescue, Unrecognized Arrival, The difficult task assignment of a task, Solution: a task is accomplished success, Recognition, Exposure revelation of the traitor, Transfiguration: new appearance revelation of the hero, Punishment, Wedding Greimas, 1983: 223-224 . 23

b. Analisis TindakanAktansial