23
b. Analisis TindakanAktansial
Analisis pada tingkat kedua ini adalah melihat dan menjelaskan tindakan para aktan yang tampak sebelumnya pada analisis fungsional. Kedudukan, relasi, dan
dinamika aktan juga dijelaskan dalam tahap ini. Aktan actant yang dimaksud di sini bukan sekedar tokoh atau karakter dalam
cerita. Aktan adalah suatu pelaku tindakan yang dapat ditempati oleh segala macam entitas, yang bisa merupakan makhluk hidup, benda, perasaan, kelompok, nilai-nilai,
atau apapun. Suatu tokoh atau entitas itu juga dapat menempati lebih dari satu posisi aktan. Barthes menjelaskan bagian ini dengan menyebut tokoh-tokoh yang
mengembangkan teori aktan, yaitu Propp, Todorov, dan Greimas. Tesis iniakan menggunakan Greimas yang merupakan gabungan dari teori-teori lain dan lebih bisa
digunakan pada berbagai macam narasi. Model aktansial Greimas terdiri dari enam jenis pelaku atau aktan. Pengirim
sender adalah agen yang menentukan objek yang akan dicari dan subjek yang akan mencari objek tersebut, subjek subject adalah agen yang dipanggil pengirim untuk
mendapatkan suatu objek, objek object adalah sesuatu yang dicari oleh subjek, penerima receiver adalah yang diuntungkan dari pencarian quest tersebut, penolong
helper adalah yang membantu subjek dalam pencarian, dan musuh atau penghalang opponent adalah agen yang menghalangi usaha subjek untuk mencapai objek yang
diinginkan. Relasi antaraktan, yang dinamakan model mitis aktansial the actantial mythical model, tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
24
Pengirim Objek
Penerima
Penolong Subjek
Musuh
Gambar 1. Diagram Aktan Greimas Greimas, 1983: 207
Teori Greimas memiliki kelemahan dalam hal siapakah yang dimaksud dengan subjek. Bisa saja dalam suatu cerita terdapat lebih dari satu subjek yang akan membuat
analisisnya menjadi problematis karena ketidakjelasan ini. Oleh karena itu, kaidah tes subjek harus diperhatikan sungguh-sungguh. Subjek ditentukan oleh hubungan kontrak
antara pengirim dan subjek, yaitu saat pengirim memicu hasrat kepada subjek untuk mencari sesuatu atau bertindak menjalankan misi. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah kompetensi subjek untuk menjalankan misi, adanya perjuangan dalam bentuk konflik atau konfrontasi yang dialami subjek, dan adanya pujian reward atau sanksi
ketika subjek berhasil atau gagal mendapatkan objek. Hal itu merupakan pendapat Barthes dalam menempatkan tokoh sebagai major articulation of praxis dalam fungsi,
yaitu desire, communication, struggle hasrat, komunikasi, perjuangan. Ketiga hal tersebut adalah penyederhanaan Barthes dari 31 fungsi Propp. Tokoh dipandang bukan
sebagai diri mereka sendiri, namun apa partisipasinya dalam bidang tindakan mereka dalam narasi. Barthes menulis:
The most important, it must be stressed again, is the definition of the character according to participation in a sphere of actions, these spheres
being few in number, typical and classifiable; which is why this second level of description, despite its being that of the characters, has here been called
the level of Actions: the word actions is not to be understood in the sense of the trifling acts which form the tissue of the first level but in that of the
major articulations of praxis desire, communication, struggle Barthes, 1977, 112.
25
c. Analisis Narasional