45
Rider di Indonesia akrab disebut Ksatria Baja Hitamdan Ultraman, animasi seperti Doraemon, dan manga komik membuat budaya pop Jepang diterima di Indonesia.
Dampaknya adalah beberapa komik atau film yang diproduksi di Indonesia akhirnya terpengaruh oleh gaya Jepang. Pengaruh budaya pop Jepang di Amerika dan Indonesia
sangat banyak, maka tidak lengkap membicarakan keduanya tanpa menyebut Jepang.
4. Superhero Indonesia
Mendefinisikan superhero di Indonesia cukup sulit karena cerita-cerita kepahlawanan yang ada sangat beragam. Ada cerita-cerita yang jelas superhero seperti
yang dibayangkan di luar negeri, entah itu dari segi plot, kostumnya, dan lain-lain, seperti Gundala atau Godam. Akan tetapi ada pula cerita-cerita “silat” yang biasanya
tokohnya memiliki kesaktian tertentu, semacam Si Buta dari Goa Hantu atau Wiro Sableng. Bila mengacu pada pengertian yang dibuat oleh Danny Fingeroth dan Roz
Kaveney seperti di awal bab individu dengan kekuatan fantastis melebihi orang biasa, yang digunakan untuk membela kebenaran, dan seterusnya, maka seharusnya tokoh-
tokoh seperti itu juga dapat digolongkan superhero, walaupun di Indonesia lebih lazim disebut pendekar daripada superhero.
Istilah yang problematis ini juga dibahas oleh Paul Heru Wibowo. Menurutnya, tokoh yang dianggap memiliki beberapa keahlian khusus seperti ilmu silat dan kekuatan
gaib disebut sebagai jagoan, jawara, atau pendekar Wibowo, 2012: 55-56. Meski demikian, kendala istilah ini seharusnya tidak menghalangi usaha membaca dan
menafsirkan superhero. Konsep ini adalah sesuatu yang luas dan saling berhubungan, jadi tidak harus berhenti pada definisi sempit bahwa superhero itu hanyalah tokoh-tokoh
46
yang dibuat oleh DC Comics dan Marvel Comics, karena kedua perusahaan tersebut telah mendaftarkan istilah superhero sebagai trademark mereka pada tahun 2005.
Komik superhero yang muncul pertama kali di Indonesia adalah Sri Asih. Tokoh ini diciptakan oleh R.A. Kosasih pada tahun 1954. Paul Heru Wibowo mengatakan
bahwa tokoh ini merupakan sebuah “penggabungan yang bersifat hibrida,…Sri Asih digambarkan bisa cepat melesat ke angkasa seperti Superman, gagah berani bagai
Wonder Woman, dan cantik serta lembut tutur katanya bak para putri kraton nan anggun” 2012: 282. Ini juga merupakan ciri tokoh superhero Indonesia, yaitu bersifat
hibrid, menggabungkan berbagai arketipe dari luar negeri dan dalam negeri. Sri Asih digambarkan sebagai tokoh yang memiliki kekuatan seperti Superman, namun juga
mirip dengan tokoh pewayangan Srikandi. Akan tetapi, tidak bisa diketahui secara pasti sejauh mana pengarang cerita superhero lokal “meniru” jenis superhero semacam itu.
Pembaca hanya dapat melihat kemiripan di antara mereka. Sifat hibrid itu juga dapat dilihat dalam tokoh-tokoh superhero Indonesia yang
lain. Tokoh Godam misalnya berkostum dan berkekuatan mirip Superman atau Captain Marvel, namun ceritanya lebih berhubungan dengan budaya mistik Jawa. Gundala, yang
berkostum mirip tokoh The Flash dari DC Comics, kadang juga bercerita tentang mitologi lokal atau cerita rakyat di Indonesia.
Selain superhero “modern” yang kostum dan ceritanya dipengaruhi oleh cerita luar negeri, ada juga hero-hero lokal yang kekuatannya berdasarkan ilmu bela diri dan
mistik. Jenis hero seperti ini memang tidak terlalu mirip dengan gambaran superhero modern yang lengkap dengan kostumnya semacam Spider-Man atau Batman, namun
bila mengacu pada definisi dari Roz Kaveney dan Danny Fingeroth mereka masih bisa
47
diklasifikasikan ke dalamnya. Menurut Paul Heru Wibowo ada empat ciri untuk menggambarkan kisah-kisah superhero Indonesia:
1. Para hero tersebut hidup di zaman praindustrial bisa pada masa feodalisme dan kolonialisme, berlatar tempat agraris dan maritim,
ingin merepresentasikan dunia yang chaotic. 2. Menggunakan kemahiran ilmu silat dan penguasaan ilmu mistik atau
sihir. 3. Ada banyak gambaran cerita rakyat dan mitologi lokal untuk
membentuk narasi. 4. Struktur naratifnya terpengaruh struktur cerita silat dari dataran Cina
dan film-film western produksi Italia spaghetti western Wibowo, 2012: 289-293.
Contoh tokoh-tokohnya adalah Si Buta dari Goa Hantu, Panji Tengkorak, dan Wiro Sableng.
5. Konteks Perfilman Amerika Serikat dan Indonesia 5.1. Amerika dan Hollywood