Madame X 2010 Tiga Film yang Diteliti dalam Tesis Ini 1 Batman Begins 2005

57

7.3 Madame X 2010

Madame X yang dirilis tahun 2008 ini disutradarai oleh Lucky Kiswandi dan diproduseri oleh Nia Dinata. Naskahnya ditulis oleh Agastah Karim dan Kalid Kashoogi. Para aktor yang bermain dalam film ini antara lain: Amink AdamMadame X, Marcell Siahaan Kanjeng Badai, Robbie Tumewu Om Rudi, Ria Irawan Tante Yantje, Vincent Rompies Din, Sarah Sechan Bunda Lilis, Titi DJ Bunda Ratu, Shanty Kinky Amalia, Joko Anwar Aline, dan Fitri Tropica Cun Cun Info yang bisa didapatkan tentang film ini sangat terbatas dibandingkan dua film lain. Akan tetapi bisa dikatakan bahwa film ini merupakan film yang unik di Indonesia, bahkan di dunia. Pertama, Madame X adalah film superhero Indonesia pertama setelah Gundala Putra Petir yang diputar di bioskop. Kedua, film ini menggambarkan seorang superhero yang seorang waria. Ini adalah sesuatu yang jarang, dan mungkin hampir tidak ada. Walaupun ada yang menyebut bahwa konsep film ini meniru superhero waria dari Filipina, Zsa Zsa Zatturnah 14 , tetapi belum ada yang pernah mengangkat cerita superhero waria ke film sebelum Madame X. Hal menarik lainnya dari film ini adalah keberaniannya menjadi satir yang mengkritik tema-tema yang kerap dijumpai di Indonesia seperti tekanan terhadap kaum minoritas, kekerasan ormas, dan fundamentalisme. Sutradara Lucky Kiswandi saat diwawancarai untuk filmnya yang baru, Selamat Pagi, Malam, mengatakan bahwa 14 http:danieldokter.wordpress.com20101007madame-x-the-rebirth-of-indonesian-superhero diakses pada 11 Agustus 2014. “Sebagian orang boleh-boleh saja menuduhnya meniru superhero waria dari Filipina, Zsa-Zsa Zatturnah, yang mungkin belum pernah didengar kebanyakan penonton kita…” 58 Madame X dibuat sebagai komedi untuk menghindari sensor karena mengangkat isu yang sensitif ke dalam cerita. 15 Film Madame X sempat dipilih menjadi unggulan di Asian Film Awards di Hong Kong pada tahun 2011. Aktris Shanty mendapat nominasi untuk kategori Best Supporting Actress, dan Eros Eflin mendapat nominasi kategori Best Production Design. 15 http:filmindonesia.or.idarticlelucky-kuswandi-malam-di-jakarta-lebih-terasa-jujur-daripada- siang-hari.U_MrO_ldWJUdiakses pada 19 Agustus 2014. “Buat saya, semuanya kembali ke naskah. Naskahnya minta apa, itu yang dijadikan acuan. Madame X dieksekusi dengan gaya komedi karena itu merupakan salah satu trik untuk menghindari sensor, karena sebetulnya isu yang diangkat dalam film itu cukup sensitif. Ada soal fundamentalisme dan lain-lain. Jadi, kalau saat itu saya mengemasnya dengan gaya drama yang super serius, akan susah sekali untuk tayang.” 59

BAB III ANALISIS NARATOLOGI ATAS BATMAN BEGINS, THE DARK KNIGHT,

DAN MADAME X Suatu bangunan membutuhkan pondasi agar dapat berdiri dengan kuat. Demikian juga analisis ideologi film memerlukan analisis terhadap struktur intrinsik film itu sendiri sehingga menjadi penopang tahap selanjutnya. Analisis tersebut dilakukan dengan melihat berbagai segi intrinsik teks film itu 16 . Tahap yang dilakukan di bab ini juga berperan sebagai lintasan makna, sehingga pembacaan isinya tidak lari dari struktur yang dijabarkan. Bab ini berusaha menjelaskan film Batman Begins, The Dark Knight, dan Madame X dengan analisis struktural narasi Roland Barthes. Analisis struktural narasi terdiri dari tiga bagian, yaitu analisis fungsional, analisis tindakan, dan analisis narasional. Di dalam analisis fungsional sendiri terdapat analisis sekuensial dan analisis indeksikal. Akan tetapi, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman istilah dengan “sekuens” pada film yang lebih berarti adegan, maka istilah “sekuens” Barthes akan diganti dengan “babak”. Yang akan dilakukan pada bab ini secara umum akan menggambarkan dan memberi nama setiap babak film dengan actionperistiwa tertentu berdasarkan fungsi-fungsi yang dominan di dalamnya, menganalisis distribusi aktan, dan memberi catatan umum tentang sejumlah teknik yang khas dalam film dan implikasinya. 16 Kellner menyebutkan Criticizing hegemonic ideologies thus requires showing how certain positions in media cultural texts reproduce existing political ideologies in current political struggles, as when some films or popular music articulate conservative or liberal positions, while others articulate radical ones. Moreover, doing ideology critique involves analyzing images, symbols, myths, and narrative, as well as propositions and systems of belief Kellner, 1995: 59.