Film Superhero dan Kekuasaan

138 sebagai penolong subjek. Contohnya Black Widow dalam Iron Man 2, The Avengers, dan Captain America: The Winter Soldier. Film dan serial televisi superhero Jepang banyak yang menceritakan kelompok superhero yang cenderung tidak dominan kepada satu tokoh utama. Misalnya seri Sentai 26 dan Kamen Rider 27 . Dalam Sentai, anggotanya biasanya terdiri dari lima orang atau lebih dengan komposisi tiga laki-laki dan dua perempuan. Kelompok itu dipimpin oleh ranger merah yang berjenis kelamin laki-laki, tetapi fokus pada tokoh berganti- ganti pada tiap episode. Perlu dilihat lagi bagaimana perempuan digambarkan ketika nantinya ada superhero perempuan yang menjadi fokus utama dalam narasi. Ketika tesis ini ditulis dominasi laki-laki masih terlihat dalam narasi superhero. Ada kecenderungan untuk membawa narasi tersebut lebih akomodatif terhadap perempuan, seperti dengan memberi ruang pada tokoh perempuan sebagai penolong yang bisa menggerakkan plot, namun arahnya masih belum jelas. Narasi superhero masih ambivalen dalam hal ini, namun satu kaki jelas masih berpijak kuat pada maskulinitas.

2. Film Superhero dan Kekuasaan

Para petinggi Hollywood pernah bertemu Gedung Putih untuk membicarakan produksi film yang bisa mendukung peran Amerika Serikat dalam memerangi terorisme setelah peristiwa 11 September. Jack Valenti, presiden Motion Picture Association of America MPAA, bersama jajaran kepala studio Hollywood, sutradara, produser, aktor, penulis, dan perwakilan jaringan televisi dan bioskop, mengadakan diskusi dengan Karl 26 diadopsi menjadi Power Rangers di Amerika 27 Beberapa serinya pernah populer di Indonesia. Contohnya Ksatria Baja Hitam Kamen Rider Black 139 Rove, penasihat senior Gedung Putih, pada bulan November 2001. 28 Pertemuan tersebut menunjukkan bahwa industri film Hollywood tidak dapat dilepaskan dari intervensi pemerintah dalam mempromosikan ideologi dominan setelah peristiwa 11 September, khususnya tentang wacana antiterorisme dan invasi di Timur Tengah. Namun demikian, peran pemerintah itu tidak serta merta diadopsi secara bulat, bahkan malah dikritik, oleh teks-teks budaya populer yang muncul setelah itu, termasuk dalam film-film superhero. Pembahasan terhadap film Batman Begins dan The Dark Knight menunjukkan hal itu. Batman Begins dan The Dark Knight merupakan eksplorasi terhadap wacana war on terror milik George W. Bush. Di satu sisi keduanya menunjukkan kecenderungan mendukung tindakan militan untuk melawan terorisme, namun di sisi lain juga memperlihatkan bahwa tindakan tersebut juga beresiko menghilangkan kebebasan sipil. Narasi film yang menunjukkan itu sama seperti ambivalensi yang dialami Amerika Serikat dalam konteks politik setelah tahun 2001, yang tidak hanya membagi negara tersebut dalam kelompok konservatif dan liberal, tetapi juga wilayah liminal di tengah-tengahnya. Film Madame X merupakan komentar terhadap ekspresi ekstrimisme dan fundamentalisme di Indonesia yang cenderung meminggirkan kelompok minoritas. Logika biner antara kelompok dominan vs kelompok minoritas yang diartikulasikan 28 Pertemuan itu di antaranya meminta Hollywood untuk membantu menunjukkan ke khayalak pesan-pesan berikut: “the antiterrorism campaign is not a war against Islam, there is an opportunity to issue a call to service for Americans, U.S. troops and their families need support, the September 11 attacks were an attack against civilization and require a global response, children need to be reassured of their safety and security in the wake of the attacks, the antiterrorism campaign is a war against evil”. http:edition.cnn.com2001US1111rec.hollywood.terrorindex.htmldiakses pada 6 November 2014 140 dengan jelas dalam film ini menunjukkan kecenderungan liberal untuk mendukung kaum minoritas. Di Indonesia, kekerasan fundamentalisme seperti ormas Bogem dalam film tersebut bisa diwakili oleh kelompok seperti FPI, yang cukup sering melakukan sweeping terhadap hal-hal yang tidak berjalan sejajar dengan ideologi mereka. FPI pernah diberitakan melakukan protes pada festival film gay di Jakarta 29 dan menyerang masjid Ahmadiyah di Tasikmalaya 30 . Dalam Madame X, ormas Bogem menangkap para waria karena dianggap berbeda dan menunjukkan kemerosotan moral. FPI juga melakukan objektifikasi terhadap kelompok LGBT, tetapi lebih sering melawan kelompok agama dan ras minoritas. Keputusan film untuk lebih menyoroti kelompok LGBT bisa dimaklumi karena film ini lebih dimaksudkan sebagai satire, dan agama merupakan masalah yang lebih sensitif dan lebih bisa mengundang kontroversi. Bisa dibilang Madame X adalah suatu bentuk teks budaya media yang berfungsi sebagai kritik ideologi yang melawan dominasi seperti yang disebutkan oleh Kellner. Perusakan Wayne Tower sebagai simbol kota Gotham dalam Batman Begins mengingatkan pada serangan terhadap World Trade Center sebagai simbol ekonomi AS. Perusakan itu adalah bentuk media spectacles menurut istilah Douglas Kellner. “The attacks were intended to terrorize the US by selecting symbolic targets: the World Trade Center WTC was an apt symbol of global capitalism in the heart of the New York financial district, while the Pentagon stands as an icon of US military power” Kellner, 2010: 98. Kellner menyebut siaran berita, film, atau gambar-gambar yang mengingatkan pada serangan tersebut merupakan “spectacles of terror”.The Dark 29 FPI mengklaim mereka sedang berusaha menghentikan “Kampanye Kemaksiatan, Perzinahan, homoseksual, dan lesbianisme di Indonesia”. http:www.republika.co.idberitadunia-islamislam-nusantara100928136875-fpi-serukan- aksi-protes-terhadap-festival-film-gay-di-indonesiadiakses pada 2 Desember 2014 30 Massa FPI tersebut merusak masjid dan melemparkan bom molotov. http:www.bbc.co.ukindonesiaberita_indonesia201204120420_fpiahmadi.shtmldiakses pada 2 Desember 2014 141 Knight mengingatkan pada tema kebebasan publik di era war on terror dan serangan ormas Bogem dalam Madame X mengingatkan pada serangan kelompok garis keras pada kelompok yang inferior dan juga pembatasan tema dalam dunia perfilman Indonesia. Apakah berarti film superhero juga merupakan spectacles of terror? Tontonan yang menggambarkan ketakutan sosial tampaknya bertujuan membangkitkan sesuatu dalam masyarakat, entah itu nasionalisme, patriotisme, atau rasa kebersamaan. Film-film superhero yang berusaha mengalahkan ketakutan menjadi suatu ekspresi tersebut. Narasinya menggambarkan orang yang rela mengorbankan posisinya demi menjaga keadilan tetap berlangsung. Akan tetapi, ketakutan kepada siapa dan patriotisme macam apa masih belum jelas bentuknya. Justru narasi-narasi tersebut ingin memberi berbagai sudut pandang tentang masalah tersebut. Ketika pemerintah Amerika Serikat berusaha meyakinkan publik bahwa terorisme adalah kejahatan luar biasa yang memerlukan tindakan yang melampaui hukum agar dapat diatasi, mereka menampakkan diri berusaha menjaga negara mereka 31 . Karena itu juga, bisa saja membaca The Dark Knight adalah film yang mendukung pemerintahan George Bush, bahwa Batman adalah seseorang seperti Bush yang mau menerobos batasan agar bisa mengatasi masalah yang luar biasa. Memang ada persamaan yang tidak bisa disangkal dari keduanya, seperti legitimasi penyiksaan untuk interogasi dan pengawasan surveillance. Perbedaannya tentu saja adalah Batman langsung menghancurkan alatnya yang bisa memata-matai semua orang agar tidak mengorbankan kebebasan, sedangkan AS malah meningkatkan program yang 31 Glenn Greenwald menuliskan itu dalam bukunya, No Place to Hide: Edward Snowden, The NSA, and the U.S. Surveillance State: The government tried to justify the secret NSA program by invoking exactly the kind of extreme theory of executive power that had motivated me to begin writing: the notion that the threat of terrorism vested the president with virtually unlimited authority to do anything to “keep the nation safe,” including the authority to break the law Greenwald, 2014: 1-2. 142 memata-matai rakyatnya dan membuat rezim penyiksaan terhadap tersangka teroris 32 . Batman melanggar norma untuk sesaat, sedangkan AS melakukannya secara permanen. Perbedaan antara Batman dan Bush yang lain ialah caranya dalam merepresentasikan dirinya. Batman dan Bush adalah pengguna ketakutan, tetapi Batman bergerak di luar hukum, sedangkan Bush adalah seorang penguasa. Heroisme Batman terwujud karena dia menghindarkan dirinya dari godaan menjadi penguasa sepenuhnya, bahkan mengorbankan dirinya dipandang sebagai penjahat, dan keadilan pun terwujud dalam film. Tentu saja ada yang perlu dipertanyakan dalam tindakan Batman itu. Batman, Gordon, dan Dent melakukan kebohongan beberapa kali dalam film untuk mencapai tujuan. Ini menimbulkan wilayah yang problematis dalam film karena keadilan dan keamanan dibangun dengan kebohongan agar tidak terjadi instabilitas. Cara ini akhirnya sama juga dengan AS yang merahasiakan program pengawasan yang dilakukan NSA dari masyarakat. Batman Begins dan The Dark Knight memberi perspektif baru yang mempertanyakan masalah ini. Dua film Batman tersebut memperlihatkan bahwa seorang superhero harus selalu berada dalam areanya yang ambivalen. Saat dia bergabung dengan penguasa atau menjadi penguasa, dia masih super tetapi tidak lagi seorang hero. Film Madame X juga mempertunjukkan seorang superhero yang tidak berhasil mendapatkan objek. Madame X berusaha untuk menghapus intoleransi yang ada di negaranya, tetapi yang berhasil dia lakukan hanyalah mengalahkan musuh utama yang 32 Over the past decades, the fear of terrorism—stoked by consistent exaggerations of the actual threat—has been exploited by US leaders to justify a wide array of extremist policies. It had led to wars of aggression, a worldwide torture regime, and the detention and even assassination of both foreign nationals and American citizens without any charges. But the ubiquitous, secretive system of suspicionless surveillance that it has spawned may very well turn out to be its most enduring legacy Greenwald, 2014: 5. 143 mempromosikan intoleransi tersebut. Intoleransi masih tetap ada, dan partai sayap kanan yang mempromosikan ide itu malah menang di pemilihan umum. Ra’s al Ghul dan Joker merepresentasikan dua ideologi yang berbeda. Ra’s al Ghul, dengan cara yang bertolak belakang dengan Batman namun bertujuan sama, ingin mengembalikan keseimbangan dalam peradaban. Sebaliknya, Joker justru ingin memperlihatkan kegagalan dan kelemahan keseimbangan itu. Seperti dalam Batman Begins, film Madame X memperlihatkan superhero yang harus merasakan pengasingan sebelum dapat kembali ke tempat asalnya untuk membereskan masalah. Adam dibuang dari kotanya karena sebagai waria dia dianggap berbeda oleh ormas Bogem yang menginginkan perbaikan moral. Oleh Bogem, kerusakan moral disebabkan oleh orang-orang yang menyimpang dan berbeda dari masyarakat. Waria dalam film ini menjadi representasi dari penyimpangan tersebut. Pengasingan dalam Madame X menunjukkan hal yang sama seperti narasi Batman, yaitu bahwa superhero adalah orang yang harus dipisahkan dari masyarakat dan penguasa. Batman belajar dari Ra’s al Ghul tentang theatricality. Dia harus menjadi lebih dari orang biasa agar orang lain takut kepadanya. “Theatricality and deception are powerful agents. You must become more than just a man in the mind of your opponent,” kata Ra’s al Ghul. Pembedaan diri dari orang biasa yang menyebabkan keterpisahan itu adalah ciri khas narasi superhero. Hal ini juga ditekankan dalam Madame X karena posisi Adam sebagai waria dianggap berbeda, kemudian ditambah lagi dengan pembuangannya ke Tanjung Awan yang jauh dari kota asalnya. Seperti Batman juga, keterasingan ini mengajarinya dengan keahlian yang digunakan untuk mengalahkan musuh dan melahirkan pandangan yang berbeda tentang keadilan. 144 Keterpisahan superhero erat kaitannya dengan ambivalensi mereka. Karena mereka sudah melampaui orang biasa, mereka juga melampaui hukum dan berada di batas untuk menjadi kriminal. Batas antara kriminal, pahlawan, dan penguasa adalah hal yang rapuh bagi superhero. Bila seorang superhero condong pada salah satu identitas tersebut, statusnya sebagai superhero juga dapat menghilang. Perbedaan Batman dan Madame X adalah asal-usul mereka. Batman merepresentasikan masyarakat kelas atas, sedangkan Madame X merepresentasikan kelas bawah yang terpinggirkan. Batman mampu menyelamatkan kota Gotham dari serangan para musuh, namun tetap tidak bisa memperbaiki kehidupan masyarakat kelas bawah yang cukup banyak dibahas di Batman Begins. Film tersebut memperlihatkan bahwa kemiskinan dimanfaatkan oleh mafia untuk memperluas kekuasaan mereka. Anehnya, Batman tidak pernah terlihat berusaha mengatasi masalah ini. Batman tetap orang kaya yang sedang melindungi kepentingannya. Madame X, seorang waria yang terpinggirkan, berusaha menghapuskan intoleransi. Intoleransi bisa dipandang sebagai pemisah antara dua kelas yang berbeda, yang berkuasa dan yang terpinggirkan. Usaha menghapuskan intoleransi itu dilakukan dalam film dalam bentuk mengalahkan Kanjeng Badai, otak organisasi yang menyebarkan paham tersebut. Sayangnya hal itu tidak menyelesaikan intoleransi yang merupakan masalah utama. Kedua superhero ini gagal membawa perubahan sosial yang berarti di masyarakat, padahal perubahan itu penting dalam melahirkan keamanan dan keseimbangan yang mereka idamkan. Maka kedua superhero dalam tiga film ini masih merepresentasikan cara berpikir konservatif yang tidak memperjuangkan kelas yang tertindas dan sekedar bersikap reaktif terhadap keadaan. Sifanya hanya sementara dan tidak memperhatikan usaha preventif. 145 Posisi Batman yang demikian sebenarnya dikritik dalam film ketiganya, The Dark Knight Rises. Yang membawa perjuangan kelas justru adalah tokoh antagonisnya, Bane. Bane membongkar kebohongan Batman dan Gordon tentang Harvey Dent, yang sekaligus membuat penangkapan para penjahat yang dijerat dengan Dent Act menjadi tidak sah, dan mengajak orang-orang untuk melawan warga kaya yang dia anggap memanfaatkan orang miskin. Selain itu, Bane juga menyerang pasar saham di Gotham mengingatkan pada gerakan Occupy Wall Street. Akan tetapi film tersebut cenderung mengungkapkan resiko gerakan politik atau revolusi karena menggambarkan bahwa gerakan tersebut hanya digunakan sebagai jalan Bane untuk menguasai Gotham. Batman pun menjadi penyelamat kembali dengan menjauhkan bom yang ditanam Bane dari Gotham. Masalah kemiskinan kembali dilupakan di akhir karena ditutupi oleh kepahlawanan Batman.

3. Jenis Musuh dan Ideologi