43
manusia biasa yang memiliki sejumlah karakteristik yang beragam… Para superhero itu bisa tertawa, mengeluh, marah, dan juga bertindak ceroboh” Wibowo, 2012: 106.
Tidak ada batasan yang pasti tentang periodisasi komik tersebut, namun Bronze Age bisa disebut mulai tahun 1973 ketika musuh Spider-Man, Green Goblin, membunuh
Gwen Stacy, kekasih Spider-Man. Karakteristik era ini ditandai dengan adanya tema- tema yang lebih kelam dalam cerita dan komentar atau kritik terhadap masyarakat,
misalnya penggunaan obat-obatan terlarang. Era yang terakhir disebut sebagai Modern Age, yaitu era yang mencakup
pertengahan 1980-an sampai sekarang. Yang mengawali era ini misalnya komik Watchmen oleh Alan Moore dan Dave Gibbons, dan The Dark Knight Returns oleh
Frank Miller. Pada era inilah tokoh-tokoh yang ada tidak lagi dipisahkan sebagai tokoh baik dan jahat secara hitam putih, namun lebih ambigu. Ada tokoh-tokoh yang disebut
sebagai anti-hero, yaitu pahlawan yang tidak melulu digambarkan bersifat baik, namun kadang hampir tidak bisa dibedakan dengan musuhnya sendiri, contohnya tokoh John
Constantine dari komik Hellblazer dan Wolverine dari X-Men. Musuh atau supervillain juga digambarkan dengan lebih kompleks, dengan motivasi yang lebih
kuat dan tidak sedangkal periode sebelum-sebelumnya. Misalnya tokoh Magneto, tokoh antagonis dalam cerita X-Men, yang berjuang untuk orang-orang yang tertindas dengan
caranya sendiri.
3. Superhero Jepang
Jepang adalah negara yang sering memperkenalkan tokoh-tokoh superhero selain Amerika Serikat. Bahkan dalam bentuk film atau serial televisi jumlahnya
mungkin lebih banyak daripada Amerika. “Semenjak pertengahan 1950-an negara kecil
44
kepulauan itu sudah menghasilkan ribuan serial televisi, film, komik, dan bahkan pertunjukan panggung livetentang pembela kebenaran berkekuatan super” Macias,
2010. Artikel lain menyebutkan bahwa Jepang sudah menghasilkan tokoh superhero
sebelum ada tokoh-tokoh seperti The Phantom dan Superman di Amerika. Pada tahun 1931 lima tahun sebelum The Phantom rekaan Lee Falk, tujuh tahun sebelum
Superman, dan delapan tahun sebelum Batman ada tokoh komik bernama Golden Bat dengan setting Era Depresi di Jepang Bradner, 2009.
Namun demikian, tokoh superhero di Jepang lebih dipopulerkan oleh media film. Biasanya film-film tersebut digolongkan dengan namatokusatsu. Tokusatsu
special effects adalah jenis film live-action yang menggunakan efek spesial, biasanya untuk genre science-fiction, fantasi, horor, monster kaiju atau monster, misalnya
Godzilla, dan superhero misalnya seri Kamen Rider. Dalam buku Masa Depan Kemanusiaan disebutkan bahwa “Tokusatsu menjadi simbol kebanggaan masyarakat
Jepang karena menampilkan beragam superhero lokal yang berbasis pada konteks sosial dan budaya mereka” Wibowo, 2012: 490.
Gojira atau Godzillamerupakan film tokusatsu pertama yang diterima oleh masyarakat di luar Jepang. Selanjutnya, produk-produk budaya populer lain yang
berasal dari Jepang mengikuti tren sang raja monster Godzilla: animasi dan serial live action tokusatsu mengisi jam tayang televisi-televisi Amerika, misalnya Astro Boy
Tetsuwan Atom, Ultraman, dan Speed Racer Mach Go Go diterima oleh anak-anak di Barat di samping Disney, Marvel Comics, dan film-film superhero Tsutsui, 2006: 2.
Pengaruh budaya pop Jepang tersebut juga mulai ikut dirasakan di Indonesia mulai pada periode 1980-an dan 1990-an. Masuknya serial superhero, seperti Kamen
45
Rider di Indonesia akrab disebut Ksatria Baja Hitamdan Ultraman, animasi seperti Doraemon, dan manga komik membuat budaya pop Jepang diterima di Indonesia.
Dampaknya adalah beberapa komik atau film yang diproduksi di Indonesia akhirnya terpengaruh oleh gaya Jepang. Pengaruh budaya pop Jepang di Amerika dan Indonesia
sangat banyak, maka tidak lengkap membicarakan keduanya tanpa menyebut Jepang.
4. Superhero Indonesia