Obat Bebas OB Obat Bebas Terbatas OBT
sistem pelayanan kesehatan, serta lingkungan Notoatmodjo, 2007. Pengobatan mandiri mempunyai kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan tidak
bisa disangkal bahwa setiap individu pernah melalukan pengobatan mandiri, baik untuk diri sendiri, keluarga, ataupun teman.
Menurut Perwitasari 2009, obat tanpa resep dapat diperoleh mulai dari apotek hingga warung-warung kecil. Obat tanpa resep yang ada di apotek dan
toko obat lebih beragam jumlahnya lebih terjamin daripada di warung, tetapi kebenaran informasi yang diberikan tergantung dari siapa yang memberikan
informasi. Warung merupakan outlet obat yang paling mudah dicapai oleh masyarakat. Biasanya obat-obat yang dijual di warung adalah untuk keluhan sakit
yang diketahui jelas oleh orang awam seperti demam, batuk, pegal linu, sakit kepala, dan lain-lain.
Jarak merupakan faktor utama dalam pertimbangan membeli obat. Seperti yang dituliskan Perwitasari 2009 dalam penelitiannya, bahwa faktor
jarak yang relatif dekat menjadi pilihan utama dibandingkan dengan jarak yang harus ditempuh jauh.
Masyarakat lebih memilih pengobatan mandiri daripada dokter karena biaya lebih murah. Hal tersebut didukung dengan teori Djunarko dan Hendrawati
2011 yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, klinik, dokter, dan dokter gigi menyebabkan masyarakat memilih
melakukan pengobatan mandiri untuk memperoleh biaya yang terjangkau dan lebih murah untuk mengobati penyakit yang dialaminya.
Menurut Sarwono 1997, dalam menganalisa kondisi tubuhnya biasanya orang melalui dua tingkat analisa, yaitu:
1. Batasan sakit menurut orang lain
Orang-orang di sekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri individu tersebut dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu mendapat
pengobatan. Penilaian orang lain ini sangat besar artinya pada anak-anak dan bagi orang dewasa yang menolak kenyataan bahwa dirinya sakit.
2. Batasan sakit menurut diri sendiri
Individu tersebut mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dirinya akan mencai pengobatan atau tidak. Analisa orang lain dapat sesuai
atau bertentangan dengan analisa individu, namun biasanya analisa itu mendorong individu untuk mencari upaya pengobatan.
Penggunaan obat tanpa resep pada hakekatnya ditujukan untuk gejala- gejala penyakit ringan dan mudah diobati Donatus, 2000. Perwitasari 2009,
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa responden yang pengetahuan tentang obat-obatnya terbatas, rentan terjadi ketidakrasionalan dalam memilih dan
menggunakan obat tanpa resep, terutama karena pengaruh persuasif dari iklan semata.
Bentuk-bentuk sediaan yang banyak dikenal oleh masyarakat meliputi: 1.
Kapsul Kapsul merupakan bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Ada dua jenis kapsul, yaitu kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak