Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti 2014. Penelitian yang dilakukan Pangastuti 2014, menyatakan bahwa alasan
terbanyak yang dipilih responden ketika melakukan pengobatan mandiri adalah karena biaya lebih murah. Sedangkan penelitian ini menyatakan bahwa responden
merasa lebih cocok. Hal tersebut didasarkan atas frekuensi responden yang sebelumnya pernah menggunakan obat untuk pengobatan mandiri.
Tabel X. Persentase alasan memilih obat Alasan memilih obat
Persentase
Cocok 37
Jaraknya dengan rumah dekat 7
Keadaan darurat 7
Sakit ringan 7
Gampangpraktis 7
Hari minggu puskesmas tutup 3
Cepat meredakan sakit 3
Adanya hanya obat tersebut 3
Keinginan anak 3
Mendingan setelah mengkonsumsinya 3
Mudah di dapat 3
Panasdemam biasa 3
Pusing berkurang 3
Diberitahu teman 3
Sudah ada yang menggunakan sebelumnya 3
Tidak mau periksa ke dokter 3
2. Alasan menggunakan obat untuk mengatasi penyakit yang dialami,
dibandingkan memeriksakan diri ke puskesmasRSdokter.
Alasan terbesar yang dipilih responden saat melakukan pengobatan mandiri adalah sakit ringan, yaitu dengan persentase sebesar 33 Tabel XI. Dari alasan
tersebut, responden berpikir karena penyakit ringan saja maka dari itu dapat
disembuhkan atau diatasi hanya dengan obat yang dibeli secara langsung dan instan. Selain itu ada juga responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai
uang untuk pergi ke dokterRSPuskesmas, yaitu sebanyak 3. Hal ini dikaitkan dengan karakteristik pendapatan responden.
Tabel XI. Persentase alasan tidak memeriksakan diri ke DokterRSPuskesmas
Alasan tidak periksa ke dokterRSpuskesmas Persentase
Sakit ringan 37
Cocok 17
Pertolongan pertama 7
Tidak ada waktu 7
Panasdemam biasa 3
Pusing biasa 3
Puskesmas tutup 3
Praktis 3
Kebanyakan obat 3
Terlanjur sakit 3
Obat dari bidan tidak cocok 3
Tidak kepikiran 3
Tidak punya uang 3
Tidak dapat menyebutkan 3
Djunarko 2011, menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi praktik swamedikasi adalah kondisi ekonomi. Mahalnya pelayanan kesehatan dokter,
klinik, rumah sakit, merupakan penyebab masyarakat berusaha mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit ringan, yaitu swamedikasi. Menurut Pal 2004,
ketika pasien mengalami masalah atau penyakit yang masih tergolong ringanminor sesuai anggapan pasien itu sendiri maka mereka memutuskan untuk pergi bertanya
ke apoteker sehubungan dengan OTR yang mereka gunakan. Namun pada
kenyataannya, responden dalam penelitian ini tidak melakukan hal tersebut. Mereka justru melakukan pengobatan mandiri tanpa bertanya terlebih dahulu kepada apoteker
terkait obat yang akan mereka gunakan dalam mengatasi keluhan sakit untuk pengobatan mandiri. Selain itu, dikarenakan karena akses kesehatan, yaitu jauhnya
apotek dari rumah, membuat responden melakukan pengobatan mandiri tanpa bertanya kepada apoteker terlebih dahulu.
Motivasi terbesar pasien mengenai alasan tidak memeriksakan diri ke dokter sama dengan alasan saat memilih obat untuk pengobatan mandiri, yaitu responden
cenderung merasa “cocok” dalam menggunakannya. Namun demikian, perlu digali lebih lanjut lagi apa yang
dimaksud dengan “cocok” oleh responden tersebut.