Definisi antibiotika Penggolongan Antibiotika

abnormal sehingga mengakibatkan insufisiensi komponen pembekuan dan terjadi manifestasi perdarahan pada berbagai organ. Pada fase imun, respon imun diawali sewaktu sel B atau sel T berikatan dengan lipoprotein pada membran luar Leptospira yang diidentifikasi sebagai benda asing. Karena dianggap asing maka lipoprotein menstimulasi sel T dan B menjadi aktif lalu terjadi multiplikasi dan berdiferensiasi lebih lanjut. Respon sel B terhadap lipoprotein pada protein membran luar Leptospira potensial memicu peradangan. Sel plasma yang terdapat di dalam sirkulasi, limpa, segera merespons terhadap lipoprotein Leptospira tersebut dengan menghasilkan antibodi atau imunoglobulin yang kemudian berikatan dengan antigen tersebut sehingga terbentuk kompleks antigen-antibodi.

B. Antibiotika

1. Definisi antibiotika

Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri dan fungi yang mempunyai kemampuan dalam menghambat dan atau menghentikan suatu proses biokimia mikroorganisme lain. Selain secara mikrobiologi, pembuatan antibiotika dapat dilakukan secara sintesis dan semisintesis. Tan Raharja, 2007. Antibiotika memiliki sifat toksisitas selektif yang artinya bersifat sangat toksik terhadap mikroba tetapi relatif tidak toksis terhadap hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotika memiliki dua aktivitas yaitu bakterisid dan bakteriostatik. Bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, sedangkan bakterisid bersifat membunuh mikroba Katzung, 2006

2. Penggolongan Antibiotika

a. Berdasarkan struktur kimia Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika digolongkan menjadi Kasper et al., 2005 : Tabel I. Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimia Golongan Jenis Antibiotika β-laktam penisilin, sefalosporin, karbapenem, dan β-laktam monosiklik Glikopeptida vankomisin, teikoplanin, dekaplanin dan ramoplanin Aminoglikosida paromisin, gentamisin, kanamisin, neomisin, dan tobramisin, amikasin Poliketida makrolida eritromisin, klaritromisin, roksitomisin, azitromisin, ketolida telitromisin, tetrasiklin doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin Polimiksin polimiksin dan kolistin Kuinolon asam nalidiksat, ofloksasin, siprofloksasin, levofloksasin Steptogramin pristinamicin, virginiamicin, mikamicin, dan kinupristin-dalfopristin Oksazolidinon linezolid Sulfonamida sulfamethoxazole-trimethoprim dan trimetoprim Antibiotika lain kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat b. Berdasarkan mekanisme kerja 1 Inhibisi sintesis protein bakteri. Sel dari bakteri akan mensintesis berbagai macam protein yang berada di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Penghambatan ini terjadi melalui interaksi antara ribosom dengan bakteri, antibiotika yang termasuk kelompok ini adalah aminoglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Selain aminoglikosida, pada umumnya obat ini bersifat bakteriostatik. 2 Inhibisi dinding sel bakteri. Antibiotika golongan ini dapat mengakibatkan lisis sel pada bakteri. Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah sefalosporin, penisilin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin yang bersifat bakterisidal. 3 Inhibisi metabolisme bakteri. Antibiotik golongan ini mempengaruhi sintesis asam folat yang dibutuhkan bakteri untuk proses sintesis DNA dan RNA. Antibiotika yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida dan trimetprim. 4 Antibiotika yang mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah polimiksin. Kasper et al., 2005; Setiabudy, 2007 c. Berdasarkan aktivitas dan spektrum antibiotika Berdasarkan spektrum kerjanya, antibiotika dibagi menjadi dua yaitu berspektrum sempit dan luas Tan dan Rahardja, 2007 1 Antibiotika spektrum sempit Antibiotika berspektrum sempit umumnya sangat efektif untuk beberapa jenis bakteri saja, misalnya penisilin dan eritromisin yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Streptomisin dan gentamisin aktif untuk melawan bakteri gram negatif. 2 Antibiotika spektrum luas Antibiotika berspektrum luas efektif untuk infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri gram positif maupun gram negatif atau yang belum diketahui pasti penyebab infeksinya. Contohnya tetrasiklin dan sefalosporin. d. Berdasarkan pola farmakokinetika antibiotika Berdasarkan pola farmakokinetika antibiotika terhadap bakteri, antibiotika dibagi menjadi dua yaitu : 1 Time dependent killing Pada pola time dependent killing antibiotika akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas kadar hambat minimum bakteri. Beberapa contoh antibiotika yang masuk dalam pola ini diantaranya golongan sefalosporin, penisilin, linezoid dan eritromisin Gunawan, 2012. 2 Concentration dependent killing Pada pola concentration dependent killing antibiotika akan menghasilkan daya bunuh maksimal terhadap bakteri apabila kadarnya dipertahankan tetap tinggi, tetapi dengan catatan kadar yang tinggi ini tidak perlu dipertahankan terlalu lama. Contoh antibiotika yang masuk dalam pola ini adalah golongan aminoglikosida, fluorokuinolon dan ketolid Gunawan, 2012.

C. Prinsip Penggunaan Antibiotika

Dokumen yang terkait

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien di insatalasi rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

1 2 49

Evaluasi peresepan antibiotika pada pasien diare dengan metode gyssens di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015.

0 4 213

Evaluasi interaksi penggunaan obat hipoglikemi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

0 1 92

Evaluasi peresepan antibiotika profilaksis dengan metode gyssens pada pasien yang menjalani operasi sesar pada Bulan April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

2 21 186

Evaluasi interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

0 4 109

Evaluasi pelayanan informasi obat pada pasien di instalasi farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

8 69 110

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien infeksi sepsis neonatal periode Maret-April 2015 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

0 7 188

Evaluasi penggunaan obat Hipoglikemia pada pasien di instalasi rawat inap bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

1 6 117

Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan demam tifoid berdasarkan kriteria Gyssens di Instalasi Rawat Inap Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember 2013.

2 8 201

Studi pustaka interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013.

1 7 142