Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menjadi  tambahan  informasi  dan sumber  pembelajaran  mengenai  evaluasi  ketepatan  peresepan  antibiotika
pada pasien dengan leptospirosis. b.
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat  menjadi  bahan evaluasi  bagi  RSUD
Panembahan  Senopati  Bantul  untuk  meningkatkan  pelayanan  kesehatan khususnya pada pasien dengan leptospirosis.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Mengevaluasi peresepan antibiotika pada pengobatan pasien leptospirosis.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan  profil  pasien  dengan  penyakit  leptospirosis  di  RSUD
Panembahan Senopati Bantul. b.
Mendeskripsikan  profil  peresepan  antibiotika  pada  pasien  dengan leptospirosis di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c. Mengevaluasi  ketepatan  peresepan  antibiotika  pasa  pasien  dengan
leptospirosis  di  RSUD  Panembahan  Senopati  Bantul  dengan  metode Gyssens  berdasarkan  literatur  yaitu  Kemenkes  2011,  Nasronudin  dkk
2007,  Departemen  Kesehatan  RI  2014,  Philippine  Society  for Microbiology  and  Infectious  Diseases  2010,  WHO  2003  dan  berbagai
jurnal terkait.
6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Leptospirosis
1. Definisi, gejala dan tanda
Leptospirosis  adalah  penyakit  infeksi  akut  yang  disebabkan  oleh  bakteri gram  negatif  berbentuk  spiral  yaitu  Leptospira  interrogans  yang  terbawa  dalam
urine  tikus.  Penyakit  ini  juga  dikenal  dengan  nama  penyakit  Weil,  atau  istilah yang  marak  beredar  di  masyarakat  awam  adalah  penyakit  “kencing  tikus”
Lestariningsih, 2002. Gejala leptospirosis berkembang dalam 2-30 hari setelah paparan bakteri.
Manifestasi  klinis  leptospirosis  terdiri  dari  3  fase,  yaitu  fase  leptospiremia,  fase imun  dan  fase  penyembuhan.  Fase  leptospiremia  berlangsung  4-9  hari  dan
berakhir dengan menghilangnya gejala klinis untuk sementara. Fase leptospiremia ditandai  dengan  demam  yang  mendadak  dan  tinggi  sampai  menggigil  yang
disertai  dengan  sakit  kepala,  nyeri  otot,  hiperaestesia  pada  kulit,  mual  muntal, ikterus,  diare,  serta  bradikardi  relatif.  Fase  kedua  yaitu  fase  imun  yang  ditandai
dengan  terbentuknya  IgM  dalam  sirkulasi  darah,  sehingga  manifestasi  klinis bervariasi  dari  demam,  gangguan  fungsi  ginjal,  hati,  serta  gangguan  hemostatis
dengan  manifestasi  pendarahan  spontan.  Fase  ketiga  yaitu  fase  penyembuhan yang  terjadi  pada  minggu  ke  2-4  dengan  patogenesis  yang  sering  ditemukan
demam  dengan  atau  tanpa  muntah,  nyeri  otot,  ikterik,  sakit  kepala,  batuk,