lingkungan kimia berupa pH tanah dan air, serta keberadaan populasi tikus Depkes, 2003; Rejeki, 2005; Sabroza, 2001; Widarso, 2008.
3. Patologi dan Patofisiologi
Mekanisme patologis pada leptospirosis dapat terjadi akibat efek toksik langsung dari Leptospira, maupun tidak langsung melalui kompleks imun.
Leptopira masuk tubuh individu melalui kulit, mukosa yang tidak intak termasuk konjungtiva.
Pada fase septik, patofisiologi leptospirosis diakibatkan oleh efek toksik langsung dari lipopolisakarida endotoksin pada dinding sel. Pada permukaan
membran luar terdapat komponen lipid A yang memiliki efek toksik bila membran mengalami lisis karena aktivitas komplemen, fagositosis maupun
dampak dari pemberian antibiotika. Lipid A mengekspresi sel host untuk memproduksi protein bioaktif termasuk sitokin. Peptidoglikan dari dinding sel
Leptospira interrogans menginduksi sekresi TNF- α dari monosit yang
menimbulkan respon inflamasi lokal maupun sistemik sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan kapiler dan lesi sistemik pada setiap organ terjadi vaskulitis
yang menyeluruh. Peristiwa kedua adalah aktivasi komplemen. Komplemen C5a berperan
menginduksi dan sekresi enzim lisosom yang merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran.
Peristiwa ketiga adalah peran dalam aktivasi kaskade koagulasi. Gangguan pada kaskade koagulasi menyebabkan konsumsi fibrinogen dan trombosit yang
abnormal sehingga mengakibatkan insufisiensi komponen pembekuan dan terjadi manifestasi perdarahan pada berbagai organ.
Pada fase imun, respon imun diawali sewaktu sel B atau sel T berikatan dengan lipoprotein pada membran luar Leptospira yang diidentifikasi sebagai
benda asing. Karena dianggap asing maka lipoprotein menstimulasi sel T dan B menjadi aktif lalu terjadi multiplikasi dan berdiferensiasi lebih lanjut.
Respon sel B terhadap lipoprotein pada protein membran luar Leptospira potensial memicu peradangan. Sel plasma yang terdapat di dalam sirkulasi, limpa,
segera merespons terhadap lipoprotein Leptospira tersebut dengan menghasilkan antibodi atau imunoglobulin yang kemudian berikatan dengan antigen tersebut
sehingga terbentuk kompleks antigen-antibodi.
B. Antibiotika