terlalu singkat dengan rentang waktu 1-6 hari terjadi pada kasus 2, 6, 20, 22, 25 dan 28 sedangkan pemberian antibiotika yang terlalu lama dengan rentang waktu
8-14 hari terjadi pada kasus 1, 12, 13, 14, 16, 24, 26 dan 30.
7. Peresepan antibiotika tidak tepat dosis kategori IIA
Ketidaktepatan dosis dapat disebabkan oleh dosis antibiotika yang diberikan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dosis yang terlalu rendah akan
menyebabkan kurangnya ketersediaan hayati obat sehingga durasi kerja obat menjadi lebih singkat untuk menghasilkan efek terapi yang diharapkan Cipolle,
2004, sedangkan dosis yang terlalu tinggi dapat menimbulkan toksisitas. Berdasarkan hasil evaluasi masih ditemukan kasus ketidaktepatan dosis
yang terjadi karena dokter menggunakan monograf umum dengan pertimbangan supaya lebih adekuat. Berdasarkan hasil evaluasi ditemukan 5 peresepan 4 kasus
antibiotika yang tidak tepat dosis yaitu pada kasus 17, 29, 31 dan 32. Ketidaktepatan dosis terjadi dalam bentuk dosis berlebih. Ketidaktepatan dosis
yang terjadi adalah dosis berlebih. Menurut Philippine Society for Microbiology and Infectious Diseases 2010, pemberian ceftriaxone dan cefotaxime pada
pasien leptospirosis adalah 1x 1gram perhari, sedangkan yang terjadi pada pada kategori ini adalah 2x 1 gram perhari dan 2x 2 gram perhari.
Selanjutnya apabila dilakukan analisis lebih lanjut di luar metode Gyssens, didapatkan ketidaktepatan interval yang terjadi pada salah satu penggunaan
seftriakson pada kasus 21. Menurut Philippine Society for Microbiology and Infectious Diseases 2010 seftriakson diberikan 2 kali sehari, sedangkan pada
kasus diberikan 3 kali sehari.
8. Peresepan antibiotika tidak tepat interval kategori IIB
Ketepatan interval pemberian antibiotika harus disesuaikan dengan sifat obat dan profil farmakokinetikanya agar ketersediaan hayati antibiotika tetap
terjaga sehingga dapat dihasilkan efek terapeutik yang diharapkan Kemenkes, 2011a: Reed 2005. Berdasarkan hasil evaluasi tidak ditemukan kasus dengan
pemberian antibiotika yang tidak tepat interval.
9. Pemberian antibiotika yang tidak tepat rute pemberian kategori IIC