Gereja dan Masyarakat Pasar

52 baru. Kita juga dapat melihat ambiguitas prinsip pasaran bebas, yaitu di satu pihak pasaran bebas mengandaikan dan memberikan kebebasan untuk memilih. Permainan bebas antara kekuatan alam akan selalu berlaku dan juga bertentangan dengan Injil. Dan kemenangan dimiliki oleh orang yang kuat. Di sini muncul kompromi dalam abad terakhir, yaitu di mana kesamaan kekuatan tidak ada maka dalam negara hukum modern diharapkan bahwa pemerintah menciptakan kesamaan itu melalui peraturan hukum. Dalam perkembangan ini, berangsur-angsur menonjol bahwa negara modern sebagai kuasa politik diharapkan bisa mengamankan kebebasan dan kesamaan warga negara disemua bidang kehidupan.

4. Gereja dan Masyarakat Pasar

Apakah yang menjadi ruang, fungsi, dan makna Gereja dalam konteks pasar bebas dan negara hukum serta pemeliharaan yang demokratis? Ada beberapa aspek, yang pertama, bahwa hubungan antara Gereja dan negara berubah. Keduanya tidak lagi merupakan kesatuan yang dapat diperbandingkan. Dalam tatanan hukum modern, Gereja dan negara dipisahkan. Gereja yang memegang monopoli di negara dan negara yang menerima keabsahan serta identitas kolektifnya dari Gereja sudah lenyap. Negara menjamin kebebasan beragama bagi individu dan juga kebebasan untuk mengungkapkan pendapat agama dan juga untuk berkumpul. Masyarakat sekarang tidak lagi diikat oleh keyakinan religius, melainkan oleh tatanan hukum sekular dan prinsip pasar bebas, pertukaran bebas secara ekonomis, politis, dan kultur. Ilmu pengetahuan modern, negara modern pun tidak dapat mendasarkan pada proses sekularisasi 53 bahwa negara tidak boleh mengidentifikasikan diri dengan Gereja atau agama tertentu. Aspek yang kedua, ialah bahwa di dalam tatanan hukum negara modern itu, Gereja-gereja berada dalam pasar bebas yang kultural ideologis. Artinya, bahwa gereja-gereja tidak hanya satu sama lain berada dalam posisi persaingan, tetapi bahwa mereka mengalami konsekuensi juga dari bermacam-macam aliran dan pandangan hidup yang religius. Nyatanya bisa demikian tanpa peduli apakah ia mengidentifikasikan diri dengan ajaran dan praktek Gereja Katolik. Orang modern semakin menginginkan kebebasan untuk memilih. Muncul syarat sosial dan gerejawi bagi penghayatan iman sebagai pilihan identitas yang bebas oleh manusia sebagai pribadi dan subjek. Beriman sekarang menjadi masalah pilihan pribadi, hati nurani, dan keyakinan. Pengalaman pastoral menunjukkan bahwa dalam modernitas sekarang ini, ada banyak orang di dalam Gereja maupun di luar Gereja, yang hidup dalam batin yang tertutup. Aspek ke tiga, bahwa di pasar bebas, Gereja sangat ditentukan oleh permainan permintaan dan penawaran, produksi dan konsumsi, serta harga yang harus dibayar. Dalam perkembangan Gereja sekarang ini dapat dipahami sebagai kehilangan partisipasi dalam pasaran karena kekurangan dalam hal penawaran atau hambatan dalam produksi atau harga yang terlalu tinggi. Produksi terhambat kalau bagian umat kristiani yang menawarkan kurang terampil untuk melaksanakan tugasnya. Dan harga menjadi terlalu tinggi di mana orang dituntut pengurbanan yang tidak bermakna dan masuk akal. Mereka memahami bahwa mereka harus semakin menjadi pembangun jembatan, yitu instansi penghubung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Karena gereja-gereja berkembang sebagai jemaat komunikatif penuh dengan pengertian dan harapan yang sangat pluriform pada anggotanya yang kritis dan dewasa. Oleh karenanya, bagi penyadaran mengenai pembangunan jemaat, ada fase lain yang amat penting. Banyak orang tidak suka mengaku diri sebagai orang beriman dan orang Gereja karena mereka mengira bahwa partisipasi gerejawi harus dibayar dengan rasa bersalah, yang bertentangan dengan hati nurani. Aspek ke empat, bahwa pasaran bebas, pihak Gereja menawarkan mengalami perubahan dalam ciri susunannya. Ada yang ingin menjadi produsen dalam kehidupan gerejawi. Walupun perbedaan formal antara pejabat dan awam tetap berlaku. Struktur hierarkis Gereja Katolik pun dalam hubungan ini dipertanyakan sebagai masalah kuasa. Bagi pembangunan jemaat, refleksi atas segi mistik ini tidak kalah pentingnya dengan segi politik. Gereja hanyalah sungguh-sungguh gereja bila orang yang menderita, mereka dalam mana Kristus hadir di tengah-tengah kita. Hal esensial bagi Pembangunan Jemaat ialah pertanyaan apakah mereka yang aktif dalam Gereja sebagai pejabat ataupun sebagai awam juga dilihat oleh jemaat sendiri sebagai saksi iman yang sungguh- sungguh. Aspek ke lima, yaitu distingsi antara anggota inti Gereja, anggota Gereja biasa, anggota pinggiran, dan mereka yang di luar Gereja. Yang dimaksud dengan anggota biasa ialah mereka yang dekat dengan hidup Gereja dan secara teratur berpartisipasi di dalamnya, namun tidak menjadi produsen. Anggota gereja yang aktif terutama mereka yang profesional sering memiliki begitu banyak kualitas, wibawa, dan kepakaran sehingga hanya oleh karena itu saja mereka a-priori tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 menjadi saksi Injil yang paling meyakinkan. Mereka yang dapat memberikan hati kepada Gereja yang vital tidak selalu berada di pusat. Andai kata, mereka menginginkannya maka mungkin mereka akan mulai dengan mengusir pedagang dan orang farisi dari Bait Allah. Injil memang tidak terutama milik mereka dan bagi mereka yang memiliki uang dan kekuasaan lebih daripada orang lain.

5. Gereja Orang Miskin