Hidup dan Kematian Penebusan Dan Pembebasan

19 hak untuk ikut berbicara, hak-hak sosial, kesederajatan laki-laki dan wanita, ekumene, dan hormat bagi keyakinan masing-masing orang dalam kebebasan yang pluriformuntuk memiliki pandangan hidupnya sendiri. Namun, legitimitas model ketiga oleh banyak orang kristiani modern dianggap sebagai hal yang begitu biasa sehingga pembangunan jemaat terlalu mudah mencari mitranya. Betapa pun benarnya usaha pembangunan jemaat untuk memperkenalkan nilai- nilai model ketiga, namun bagi pembangunan jemaat, spiritualitas kristiani menurut model keempat perlu, karena merupakan dasar latar belakang. Kalau terlalu mudah mengidentifikasikan dirinya dengan model ketiga maka pembangunan Jemaat dapat terjerat dalam ketegangan antara cara berpikir liberalistis dan sosialistis yang nyata, tanpa kemungkinan untuk memprofilasikandi dalam identitas etis sendiri. Oleh karena itu, kiranya perlu memberikan perhatian mendalam kepada model etis ke empat.

B. Penebusan Dan Pembebasan

1. Hidup dan Kematian

Kata penebusan berasal dari tradisi kristiani, kata ini dianggap sama saja dengan dengan istilahseperti dosa dan rahmat, keselamatan, pertobatan, pengampunan, perdamaian, dan kebangkitan dari antara orang yang mati. Dalam riwayat terjadinya Alkitab, sedikit-sedikit berkembanglah pengertian ganda tentang hidup. Ada paham hidup dalam arti biologis dan psikologis, yaitu hidup alamiah di bumi dengan bentuk serta relasinya. Hidup itu akn berakhir pada kematian, dalam religi dan filsafat, hidup dalam arti ini bermakna ilahi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 menentukan hidupnya di akhirat maka tidak ada yang lebih berharga dan suci bagi manusia daripada keberadaannya sebagai makhluk hidup. Arti hidup ini cocok dengan model etis pertama yaitu hidup ini keramat, tidak boleh disentuh, manusia tidak boleh memperlakukannya dengan cara yang bertentangan dengan alam. Maka kelestarian dan pertumbuhan hidup alamiah merupakan nilai dasar dan persekutuan dasar dari setiap bangsa. Dalam kerangka berpikir itu, kelahiran, kedewasaan, dalam mana perkawinan mengatur kesuburan secara kodrati merupakan puncak. Kematian dianggap suci karena berbicara tentang Allah yang memberikan dan mengambil hidup. Dalam etik ini diteguhkan hakdasar setiap manusia atas hidup, atas integritas fisik dan psikis, juga atas kesehatan dan pemeliharaan akan kesehatan. Akan tetapi, titik tolaknya tidak lagi kesucian hidup itu sendiri, melainkan respek atau rasa hormat terhadap syarat-syarat yang mutlak perlu bagi manusia agar dapat mengembangkan diri sebagai pribadi bebas. Tanpa hati dan suara batin, manusia bisa hidup namun dalam kenyataan ia mati dan membuat mati. Tanpa hati dan suara hati manusia bisa berada, namun kenyataannya ia bukan manusia. Manusia baru benar-benar menjadi manusia jika dalam dirinya telah berkembang hidup yang lain. Hidup menurut citra Yahwe yang melihat kesusahan manusia dan mendengar keluhan mereka. Untuk benar-benar menjadi manusia diperlukan kehidupan kembali akan hidup dimana mata benar-benar melihat, telinga benar- benar mendengar, Kelahiran kembali yang mampu berbicara dan bertindak demi pembebasan. Tradisi gerejawi kemudian mengisi paham hidup itu dengan kata hidup dalam rahmat, hidup mamnusia baru, hidup adikodrati, hidup kekal, hidup 21 dalam Roh. Dalam tradisi ini, kebangkitan berarti kelahiran kembali menjadi manusia yang benar dan Paskah merupakan pesta besar yang merayakan keluaran menuju kehidupan yang benar dalam kebebasan dan kasih.

2. Proses Penebusan