Proses Sekularisasi Penghayatan Kenyataan

9 yaitu siang dan malam, musim hujan dan musim kering, dan yang paling utama kelahiran, kedewasaan dan kematian. Meskipun demikian, struktur dalam ruang dan siklus itu tidak bersifat mutlak dan memungkinkan untuk mempengaruhi, dengan cara mengubahnya. Kalau manusia memperoleh pengertian mengenai ruang dan waktu maka ia dapat mengendalikan proses tersebut ke arah tujuan yang ditentukannya. Dengan kata lain manusia membuat dunia kita, situasi kita, dan sejarah diri sendiri. Dan kita juga bertanggungjawab atas perbuatan kita yang baik dan buruk. Kenyataan oleh orang Kristiani disebut Allah. Dalam pengalaman dan pendapat tentang pengalaman itu, orang beriman berkaitan juga dengan Gereja dan dimotivasikan untuk berpartisipasi dalam kehidupan Gereja. KEHARUSAN KEBEBASAN RUANG Tata tatanan yang sudah ada ditentukan Struktur yang dapat diubah WAKTU Perputaran siklus menurut tata alam Proses yang dapat dikendalikan Dapat dikatakan bahwa orang yang mengalami bahwa keberadaan mereka akhirnya dikendalikan oleh keharusan, oleh nasib, oleh fakta yang sudah ditentukanterlebih dahulu akan mengalami ruang serta waktu sebagai peraturan tatanan dan perputaransiklus. Sedangkan mereka akhirnya menyadari diri sebagai manusia dalam kebebasan serta tanggungjawab akan memahami ruang serta waktu tertutama sebagai struktur dan proses.

2. Proses Sekularisasi

10 Dalam kesepakatan biblis kristiani menganai perjanjian, pembebasan, dan harapan akan kedatangan Kerajaan Allah, maka dalam bidang pengalaman kedua pembebasan secara tuntas menerangkan siapakah Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Di dalam Kitab Suci pengakuan Allah sebagai pencipta tidak primer. Yang primer adalah pengalaman dengan Allah yang mengasihi manusia dan Allah yang membebaskan dan menyelamatkan. Dalam misteri Kristus, kematian dikalahkan. Jika demikian, makan bukan nasib, bukan pengalaman alamiah, bukan pengalaman perbatasan, serta pengalaman tentang jalan hidup manusialah yang terutama berbicara tentang Allah, melainkan pengalaman tentang harapan dan kasih yang membebaskan. Tidak mungkin meringkas refleksi dan argumentasi teologis di sini. Tetapi yang mempunyai mata, telinga, dan hati terhadap apa yang dikatakan orang tentang Keterakhiran, mereka akan memahami dan mengenali perbedaan antara keharusan dan kebebasan di dalam banyak pendapat dan pengungkapan yang kadang-kadang sangat nyata. Dalam iman banyak umat, pola keharusan sangat menonjol, namum pola itu ternyata sering disilangkan oleh unsur-unsur dari pola pembebasan. Keterkaitan Allah dengan hati dan suara batin, yaitu dengan kebebasan manusia, sangat berakar dalam tradisi kristiani umat beriman. Menurut Rob Van Kessel proses sekularisasi adalah proses dimana manusia semakin tepat untuk memahami dunia ruang dan waktu mereka sebagai tempat yang ditentukan terlebih dahulu untuk diciptakan kembali. Proses ini sudah dimulai jauh sebelum perhitungan tahun masehi ketika manusia mulai menguasi dunia melalui pertanian, pertukangan dan pembangunan kota. Juga beberapa abad sebelum kristus ada dimana manusia belum berpikir akan dirinya sendiri. 11 Akan tetapi terdapat banyak ambiguitas dua pengertian. Ambiguitas ini terdapat dalam tradisi pewartaan gerejawi dan dalam teologi. Khususnya tampak dalam pewartaan dan teologi mencari makna dan arah kebebasan dan tanggung jawab dan juga sekaligus atas nama Allah untuk mencari makna kejahatan konkret yang tidak dapat dikalahkan dan tidak dapat dihindari. Dalam proses sekularisasi, manusia semakin tetap mulai memahami dunia ruang dan waktu mereka sebagai tempat yang ditentukan terlebih dahulu untuk diciptakan kembali. Ini dapat diartikan kembali, bumi ini sebagai tenpat yang kacau oleh manusia ditata kembali untuk dijadikan alam semesta yang tertata. Maka manusia harus mengubahnya menjadi dunia yang bermakna dan dapat dijadikan tempat tinggal. Proses ini dimulai sejak zaman purba, manusia mulai menguasai dunia melalui pertanian, pertukangan dan sekarang adalah pembangunan kota. Hal ini diwariskan kepada kita, seperti yang terdapat di dalam Kitab Perjanjian Lamatentang manusia sebagai Citra Allah yang dipanggil untuk menaklukkan alam dan membawa kepada tujuan yang diimpikan manusia. Kesadaran ini terus bertumbuh dalam teologi Kristiani abad pertengahan dan merambat ke Renaisans, Humanisme, dan Pencerahan. Namun, manusia tidak mengambil peran utama dalam penghayatan diri, sehingga ambiguitas tetap ada dalam sejarah. Proses sekularisasi dalam arti positif seolah-olah menjadi barang mewah bagi kalangan budayawan yang merupakan golongan orang atas. Tetapi bagi orang yang tertawan oleh perjuangan demi mencari uang untuk hidup sehari-hari. Proses sekularisasi ini membatasi diri pada orang yang mempunyai kuasa untuk mewujudkan masyarakat lewat kepemimpinan, ekonomi, sosial dan politik. Dalam Keterakhiran-Nya, Ia hanya dapat diimani dan dikasihi sebagai Yang 12 memanggil kita untuk mengembangkan diri sesuai dengan identitas kita, yaitu sebagai manusia yang bebas dan bertanggungjawab atas hidup dalam ruang dan waktu.

3. Teologi