101
c. Spiritualitas pemandu KU
Spiritualitas pada umumnya dimaksudkan sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya
dalam sikap dan perbuatan. Spiritualitas tidak tumbuh begitu saja, melainkan memerlukan waktu dan pergumulan untuk mencapai bentuk dan
cara yang sempurna. Dasar spiritualitas seorang Pembina KU adalah spiritualitas umum. Dapat disebut mengikuti jejak Kristus. Spiritualitas
kemuridan Yesus, yaitu keterlibatan pada dunia demi membangun kerajaan Allah. Hidup Yesus terobsesi pada kerajaan Allah, terobsesi pada
pengabdian pada Allah dan kepada manusia. Semangat dan roh pengabdian kepada Allah dan sesama diwariskan Yesus kepada murid-
murid dan pengikut-pengikutnya Gereja. Roh Kristus ini masih terus berhembus dalam Gereja sepanjang masa.
Seorang pemandu memiliki spiritualitas yang bersumber pada spiritualitas kemuridan Yesus, yang terobsesi pada pengembangan
kerajaan Allah. Atau dengan kata lain, spiritualitas pemandu adalah kedekatan dan keterlibatan kepada Allah dan keselamatan manusia.
Lokakarya pembinaan Pembina katekese umat yang berlangsung di Wisma Kinasih, tanggal 16 februari sampai dengan 21 februari 1998 merumuskan
spiritualitas pemandu sebagai Roh semangat membantu sesama peserta katekese melalui pewartaan iman yang komunikatif, agar bersama-sama
mampu mewujudkan kerajaan Allah, karena kepedulian terhadap Allah dan sesama.
102
Spiritualitas seorang pemandu bersumber pada katekis ulung dan sejati kita yakni Yesus Kristus. Dialah Guru sejati, sang gembala agung
yang mengajar dengan sempurna baik perkataan dan perbuatan kepada umat-Nya:
Kesetiaan terhadap Sabda Allah Supaya pelayanan Sabda sungguh kena sasaran, katekis hendaknya
menyadari konteks kehidupan umat dan kesaksian hidupnya. Kesadaran mutlak perlunya bertumpu pada Sabda Allah dan tetap
setia terhadap Sabda Allah, tradisi Gereja, untuk menjadi murid- murid Kristus yang sejati dan mengenal kebenaran bdk. Yoh.
8:31-32. Sabda dan kehidupan
Kesadaran akan misinya sendiri untuk mewartakan Injil selalu harus diungkapkan secara konkret dalam hidup berpastoral bagi
seorang katekis. Para katekis hendaknya tahu bagaimana memanfaatkan seluruh sarana dan media komunikasi untuk
mewartakan Sabda Allah. Guru dan Pembina Iman
Sebagai guru dan pembina iman, Imam dan katekisguru agama hendaknya menjamin agar katekismus, khususnya berkenan
dengan sakramen-sakramen, merupakan bagian utama pendidikan Kristiani di kekuarga dan pelajaran agama.
Seperti Air dan Api PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Air : Air itu dingin, yang berarti memberikan kesejukan bagi semua. Dengan kesejukan itu semua orang merasa nyaman.
Dengan demikian terciptalah sikap krasan bagi peserta. Api: Api mempunyai sifat panas, ini berarti sebagai seorang katekis kita
diharuskan mampu untuk memberikan sikap hangat kepada umat. Dengan sifat api yang panas tersebut maka umat akan mewarisi
pancaran panas yang dipancarkan kepada umat. Pancaran tersebut tidak lain adalah semangat cinta kasih Yesus Kristus.
Pendengar dan Pelaksana Sabda Berdasarkan surat Yakobus 1:17-27, umat beriman didorong untuk
tidak sekedar menjadi penikmat sabda, namun mampu melaksanakan apa yang dibaca. Hal ini sesuai dengan amanat Paus
Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, bahwa sukacita yang dibawa oleh Injil yang diwartakan mendorong setiap orang untuk “keluar”
dan ikut bersemangat berbuat kasih.
d. Spiritualitas Pewarta Krisstiani