Proses Penebusan Penebusan Dan Pembebasan

21 dalam Roh. Dalam tradisi ini, kebangkitan berarti kelahiran kembali menjadi manusia yang benar dan Paskah merupakan pesta besar yang merayakan keluaran menuju kehidupan yang benar dalam kebebasan dan kasih.

2. Proses Penebusan

Betapapun hidup dalam kebebasan dan kasih mempunyai nilai lebih yang ilahi, namun hidup itu mengekpresikan diri dan membenarkan diri terhadap kepribadian terhadap hidup alamiah dan wajar bagi semua orang secara bersama dan perorangan. dalam keseluruhan proses pembebasan manusia memang dapat dan harus dibeda-bedakan macam-macam dimensi, namun tidak boleh dipisahkan yang satu dari yang lainnya. Dalam proses pembebasan manusia, kelompok, bangsa dan seluruh umat manusia, teologi pembebasan membedakan tiga dimensi. Pertama, pembebasan dari kemiskinan menurut segala segi, ekonomis, sosial, politik, fisik, dan psikologis. singkatnya pembebasan dari hal yang tidak pantas. Kedua, pembebasan dalam arti eksistensial, pembebasan dari perbudakan batiniah, penyadaran akan harkat manusia dan keberanian untuk menentukan nasibnya sendiri. Ketiga, pembebasan manusia untuk saling berbagi hidup dalam hubungan solider sambil mewujudkan persekutuan menurut hukum roh. Bisa terjadi bahwa manusia mengembangkan arah pemikiran atau strategi mulai dengan dimensi pertama kemiskinan melalui dimensi kedua perbudakan batiniah ke dimensi ketiga pembebasan yang satu untuk yang lain. Arah ini terpengaruh oleh pengalaman bahwa kesejahteraan minimal merupakan syarat bagi proses pembebasan manusia selanjutnya. Namun, arah pemikiran ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 cenderung menyepelekan dimensi pembebasan ketiga yaitu hidup berbagi dalam pesekutuan yang solider. Kelompok basis itu kaya akan kelompok ketiga, keterkaitan solider, sedangkan orang kaya justru miskin dalam dimensi ini. Berhubungan dengan vitalitas gerejawi, pertimbangan di atas tampaknya membenarkan tiga kesimpulan. Kesimpulan pertama, dimensi pembebasan serta hidup yang wajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berarti bahwa perpisahan antara gereja dan masyarakat atau negara dunia tidak dapat dipikirkan dengan sederhana. Gereja yang hidup tidak boleh menutup mata dan telinga serta matanya akan penindasan sesama manusia. Karena orang miskin adalah orang yang pertama masuk surga Mat. 5:3. Kesimpulan ke dua, gereja tanpa kultur pembebasan adalah gereja yang tidak memiliki kredibilitas. Dalam hal ini ada ketergantungan dari dari orang yang tertindas terhadap sesuatu hal yang lebih kuat, disini yang lebih kuat adalah gereja. Dalam pengertian sebagai umat Allah ketergantungan adalah ketergantungan dalam kasih dimana yang kuat mengulurkan tanggan kepada yang lemah. Kesimpulan ketiga, Gereja menjadi sumber hidup dan pelayanan terhadap hidup. Setiap proses pembebasan dimulai dengan pembentukan persekutuan yang solider, kelompok manusia yang saling bertemu dalam arti yang benar, dan bersedia untuk berkorban demi kepentingan bersama. Hal ini lahir dari kesadaran mistik akan kehadiran Allah dalam Yesus yang tersalib demi penghapusan dosa.

3. Ibadat – Liturgi