62
merayakan, belajar dan melayani. Orang belajar tidak hanya dari Sabda dan Tanda tetapi juga dari apel orang miskin yang diantarai oelh fungsi diakonal. Dan juga
kurang diperhatikan bahwa di dalamnya terjadi pembentukan persekutuan, yaitu fungsi koinonial.
Kotbah dapat berfungsi ganda karena dapat merupakan penjelasan tentang Kitab Suci, tentang Sabda dan tradisi keimanan. Dapat juga merupakan
penjelasan mengenai kebutuhan dan masalah tertentu diakonal, atau juga dapat dimaksudkan untuk mempertemukan anggota Gereja dalam iman mereka. Atau
untuk memotivasi mereka melakukan aktivitas bersama-sama koinonial. Melayani tidak hanya menunjukkan sikap yang harus meresapi semua tugas
jabatan dan juga tidak dikhususkan untuk fungsi diakon, melainkan menunjukkan sifat khas keberadaan kristiani yang dalam seluruh keikutsertaan pada Yesus
dalam menjalankan pelayanan terhadap kehidupan. Maka, melayani tidak merupakan salah satu tugas jabatan gerejawi,
melainkan sikap hidup yang harus dimiliki oleh semua anggota Gereja sebagai orang yang dibaptis tanpa membeda-bedakan jabatan. Pada poros yang satu, kita
mencantumkan, imami, diakonal, dan koinonial dan pada poros yang lain: merayakan, belajar, dan melayani sebagai sarana untuk menggambarkan vitalitas
dan untuk mengidentifikasi segi-segi kuat dan lemah dalam umat kristiani yang konkret.
3. Motif
Kebebasan hanya bisa terlaksana dalam tanggung jawab. Dalam hatinya, manusia modern mencurigai dan menolak segala otoritas yang memakai kuasanya
63
untuk membatasi kebebasan dan tanggung jawab sampai di bawah ukuran hati nurani sendiri. Dalam perjuangan demokratis sesuai dengan hak-hak asasi
manusia, hanya ada satu bentuk otoritas yang diakui di bidang-bidang ini, yaitu otoritas yang berdasarkan pengetahuan rasional dan profesional, serta kemampuan
dan kompetensi. Tipe otoritas ini sebetulnya juga diharapkan dari pejabat gerejawi, walupun bagi kepemimpinan gerejawi tidak mencukupi.
BAB V USULAN PROGRAM DAN SARAN
A. Pemikiran Dasar Pendampingan
1. Latar Belakang Situasi
Dalam merencanakan program pendampingan, sasaran tujuan saya adalah pendampingan prodiakon di Paroki St. Perawan Maria diangkat ke Surga, Nanga
Pinoh, Melawi. Para prodiakon Paroki St. Perawan Maria diangkat ke Surga begitu aktif. Rata
– rata yang menjadi prodiakon adalah pensiunan. Paroki senantiasa membuka kaderisasi dan pada kesempatan ini terdapat prodiakon-
prodiakon baru. Prodiakon lama memiliki kebiasaan mengadakan katekese namun dianggap terlalu monoton, kurang mengena namun sebenarnya apa yang ingin
disampaikan begitu dalam. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu pembaharuan, berupa pemahaman yang lebih mendalam dan penguatan akan kedudukan sebagai
prodiakon awam. Juga semakin mendorong sisi kreatif dari para prodiakon, sehingga acara yang dibawa tidak membosankan.
Para Prodiakon diharapkan mampu menjadi Pembawa Warta Gembira, hendaknya senantiasa membawa kegembiraan itu dalam setiap langkah hidupnya
dan dalam pewartaan terhadap umat baik dalam pendalamaan iman maupun kegiatan-kegiatan rohani yang ada di lingkungan umat. Kegembiraan itu
bersumber dari Yesus Kristus sendiri sebagai teladan hidup mereka. Seluruh hidupnya hendaknya dipersatukan dengan Yesus sehingga hidup Yesus sungguh
nyata dalam diri seorang prodiakon baik dari kisah pelayanannya maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI